Hari ini adalah hari yang paling ku tunggu. Karena nggak sabar nunggu hari ini sampai tadi malam aku begadang susah tidur. Jam 07.00 aku berangkat dari rumah dengan mobil baru ku. Aku di beliin mobil baru sama papa ku karena aku bakal pulang malam jadi kalau bawa motor papaku nggak yakin takut di apa-apain sama orang jahat.
"Ma kakak pergi ya." Aku pamit pada mamaku yang masih sibuk membuat sarapan untuk kedua adikku.
"Hati-hati kak." Aku masih bisa mendengar teriakan mama ku dari dalam rumah.
Aku menuju garasi dan menghidupkan mobilku. Hari ini aku pakai pakaian layaknya orang yang mau training. Memakai kemeja putih lengan pendek dan rok hitam panjang. Kami memang di harus kan memakai rok panjang saat masa PKKMB, dengan sepatu hitam dan aku membawa sebuah topi. Topi itu untuk wanita yang tidak mengenakan jilbab agar saat di lapangan panas matahari tidak langsung mengenai kepala kami kata senior.
Kami mulai kegiatan PKKMB sekitar jam 08.00 dan aku terlambat. Jalanan macet banget tadi, aku nggak bisa motong atau ngambil jalan pintas karena aku belum tau jalan-jalan tikus yang ada disini. Aku langsung menuju parkiran dan setelah memarkirkan mobilku buru-buru ku ambil semua peralatan yang harus di pakai saat PKKMB berlangsung.
Aku lari dari mobil menuju lapangan tempat semua Maba berbaris dengan menenteng bekal, plastik besar isinya snack yang sudah di suruh bawa oleh senior, lalu kardus yang sudah di bentuk sedemikian rupa agar berbentuk segienam.
"Kenapa harus lari?" Langkah kakiku melambat begitu mendengar suara Dante yang sedikit mengejek ku.
"Aku udah terlambat." Aku tidak berhenti bahkan hanya untuk tersenyum padanya atau melihat senyum gulali nya.
Aku kembali berlari ke arah lapangan dan sampai aku disana semua senior menatap ku termasuk maba juga.
"Telat dek?" Salah satu senior ganteng berbadan tegap menyapaku.
Aku hanya menunduk sampai topi kerucut yang aku pakai hampir terjatuh. Topi kerucut ini menjadi salah satu pernak-pernik PKKMB kami.
"Di jawab dek!" Tiba-tiba suara lantang dan sedikit membentak dari seorang wanita dengan lipstik merah di bibirnya membuat kepala ku berhasil naik dan mata ku membulat menatap nya.
"Iya bang!" Balik aku membentak mereka. Karena jujur aku tak suka di bentak.
"Iyah.. Maba kek gini?" Logat khas Medan dari senior wanita yang tadi membuat ku semakin kesal.
Oh seperti ini ternyata senioritas yang di maksud oleh Dante pikirku.
"Jangan di lawan." Tiba-tiba suara lembut Dante terdengar di telingaku membuat ku menoleh ke samping kiri.
Aku melihat Dante tersenyum sambil berlalu meninggalkan ku dan menuju para senior berbaris di depan kami. Aku mencoba mengikuti arahan dari Dante dan tidak melawan para senior itu lagi.
"Yang telat disini. Kau telat kan kesini kau baris." Kakak yang tadi kembali membentak ku sambil menunjuk barisan yang ada di sebelah kiri ku.
Aku tak menjawab, aku hanya menatap kakak itu dan pindah ke barisan yang isinya orang-orang yang telat sepertiku. Di depan sana aku melihat Dante tersenyum ke arahku. Aku masih terlalu kesal sampai aku nggak membalas senyuman dari Dante.
"Kau ngeliat siapa?"
Gadis yang berdiri di samping ku bertanya padaku dengan suara yang seperti berisik agar tidak di dengar oleh senior.
"Senior yang di depan sana." Aku menjawab dengan santai.
"Kau pemberani kali ya" Aku melihat dia tersenyum padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Dante (End)
TerrorNamaku Harumi Akira. Gadis keturunan Jepang yang lahir dan besar di Indonesia. Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan yang namanya hantu. Ini adalah kisah ku saat memasuki bangku perkuliahan, aku berkenalan dengan seorang pria misterius dan perhatia...