Hari ini adalah hari terakhir kami di Cinta Alam, nanti setelah makan siang kami akan kembali ke Medan. Sehari nggak di rumah ternyata aku rindu dengan suasana rumahku. Kebisingan yang di timbulkan oleh kedua adikku, suara petikan gitar papaku dan masakan mama. Makanan disini nggak enak, kadang kurang garam, kadang nasinya lembek, kadang ikannya kurang matang. Resa bahkan sampai diare karena perutnya ga tahan makan ikan yang kurang matang.
Pagi hari kami memulai kegiatan dengan senam di halaman yang nggak jauh dari aula. Setelah selesai senam kami semua pergi ke sungai untuk main air. Banyak senior yang deketin maba, mungkin setelah ini banyak yang bakal jadian.
Di pinggir sungai kami mengadakan games kecil-kecilan hanya untuk senang-senang saja. Selama games berkali-kali bang Yuda deketin aku tapi aku menjauh karena anjing bang Yuda ngeliatin terus. Aku sih fokus dan semangat main karena di senyumin dan di semangatin sama Dante.
.
."Haaaaa ... akhirnya batangan hidupku kembali." Aku lihat Agnes begitu senang ketika handphone kami semua di kembalikan.
Sampai-sampai dia mencium handphonenya bolak balik dan langsung memeriksa semua sosmednya.
"Kayak bertahun-tahun nggak main hp aja." Tari nyeletuk dengan judes.
"Biarin." Agnes menjawab sambil memeletkan bibirnya.
"Woy ribut terus, mau pulang nggak?" Aku teriak dari bus memanggil mereka.
Mereka terlalu sibuk berdebat sampai mereka nggak sadar kalau diluar hanya tinggal mereka yang belum naik ke bus. Setelah ku panggil mereka berdua berebut naik ke dalam bus kami.
Hari ini Medan di guyur hujan di siang hari, membuat jalanan basah dan juga sedikit dingin. Sepanjang perjalanan aku tidur karena aku memang masih ngantuk. Aku dibangunkan oleh Novia begitu kami sampai di gerbang utama masuk ke perumahan tempat aku tinggal.
Aku turun di gerbang utama sedangkan teman-teman ku terus melanjutkan perjalanan menuju kampus.
"Hei."
Saat aku akan melangkah masuk ke perumahan tempat aku tinggal tiba-tiba aku mendengar ada orang memanggil ku. Aku langsung menoleh kebelakang untuk memastikan siapa yang memanggilku barusan.
"Kau turun disini juga?" Aku bertanya pada si pemanggil ku tadi.
"Cuma mau menemanimu berjalan." Dia mendekatku dan kami mulai berjalan menuju rumahku.
"Aku udah besar nggak perlu di temani." Aku menjelaskan padanya.
"Bapak-bapak aja ada yang pake bodyguard." Dia membuat aku hampir mati kamus.
"Aduhhh Dante, itu kalau bapak-bapaknya orang penting. Sedangkan aku cuma mahasiswa biasa, bukan orang penting nggak perlu bodyguard." Aku menepuk pelan keningku.
"Tapi kamu penting bagiku."
Dante berhenti dan menatapku membuat aku juga ikutan berhenti dan menarik nafas mendengar kata-katanya. Kalau kalian di posisiku pasti rasanya kalian ingin melompat-lompat atau teriak. Aku senang, bukan senang biasa tapi luar biasa senang.
"Kenapa diam?" Dante kembali membuka percakapan diantara kami.
"Daftar kamus ku udah habis untuk ngejawab kata-kata mu." Aku hanya menjawab tanpa melihat ke arahnya.
"Kamus mu yang berapa milyar?" Dia bertanya seolah kamus yang di jual di toko buku.
"Makanya kamu pake kamus yang satu triliun biar ga habis daftarnya kan banyak tuh kata-katanya." Dia tertawa kecil tapi membuat aku mengernyitkan kening ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Dante (End)
HorrorNamaku Harumi Akira. Gadis keturunan Jepang yang lahir dan besar di Indonesia. Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan yang namanya hantu. Ini adalah kisah ku saat memasuki bangku perkuliahan, aku berkenalan dengan seorang pria misterius dan perhatia...