"Bukan aku yang membuat mu jatuh cinta padaku, tapi kamu sendiri yang memilih takdir itu."
"Aku berjanji akan menjaga mu, dan memang aku masih selalu menjaga mu."
"Kita memang nggak selalu bisa ketemu seperti hari-hari yang lalu, tapi kamu harus percaya kalau aku selalu ada buat kamu."
"Akira, kalau aku bisa, aku ingin berada di bumi lebih lama lagi. Aku ingin kamu menghabiskan waktumu denganku. Tapi aku sadar, semakin lama kita bersama itu hanya akan membuat mu semakin sakit nantinya."
--💖💖💖--
"Pak, beli bunganya yang ini, ini, ini dan yang di pinggir sana. Di ikat rapi dan bagus, ya."
"Baik dek."
Hari ini adalah hari minggu yang cukup cerah. Setelah pulang gereja aku memutuskan untuk mengunjungi seseorang, yah hanya sekedar melepas rindu di hati. Aku membeli sebuah rangkaian bunga hidup untuk nya, agar aku tidak datang dengan tangan kosong.
"Ini dek bunganya."
"Terimakasih ya pak."
Aku masuk ke mobil dan meletakkan bunga itu di kursi di sebelahku. Sudah lama aku tidak bertemu dengan orang ini, aku sampai lupa sudah berapa lama.
Hari yang indah, musik yang indah, serta bunga yang indah untuk perjalanan yang indah juga. Aku melajukan mobilku menuju sebuah perumahan yang terletak cukup jauh dari rumahku. Hampir tiga puluh menit berkendara akhirnya aku sampai di perumahan itu.
Aku lihat di parkiran banyak mobil dan juga motor, ada juga jenis kendaraan lain terparkir di sana. Mungkin karena ini hari minggu jadi banyak orang yang ingin mengunjungi sanak saudara mereka yang sudah berpulang dan di makamkan di perumahan ini. Perumahan manusia tak bernafas atau singkatnya pemakaman.
Aku mengambil rangkaian bunga yang ku beli tadi dan berjalan menuju kuburan seseorang yang ku rindukan setelah aku mengambil tiket parkir dari penjaga tempat parkiran. Benar-benar ramai di sini. Banyak suara tawa, ada juga yang menangis, ada juga beberapa orang yang hanya diam membisu memperhatikan makam di depannya.
Aku sampai. Aku sampai di makam orang yang tak pernah ku temui di kehidupannya, tapi aku mengenalnya. Aku duduk di sisi kiri keramik yang ada di makam itu. Aku letakkan karangan bunga warna-warni yang ku bawa di atas makamnya.
Angin di sini cukup kencang, sinar matahari mulai meredup. Jadi cuacanya semakin indah dan menyejukkan. Aku mengelus salib yang ada di bagian atas makam itu sambil tersenyum.
"Hai, apa kabar?"
Entah dengan siapa aku berbicara, yang jelas aku ingin melepaskan semua yang ada di hatiku pada makam di depanku. Meskipun orang yang di bawah makam ini mungkin nggak akan pernah bisa mendengar kata-kata ku ini.
"Aku masih baik-baik saja, meski terkadang aku rindu."
"Dante, apa kamu tau sepertinya aku mulai gila. Aku terus menangisi sesuatu yang bahkan nggak pernah benar-benar hadir di hidupku. Aku ingin sesuatu itu kembali padaku, mengisi hari-hariku lagi. Tapi kembali ke awal, sesuatu itu nggak pernah ada."
"Kamu benar Dante, kebahagiaan yang paling sempurna adalah kebahagiaan karena cinta. Tapi apa kamu tau, kesedihan yang paling dalam juga kesedihan karena cinta."
"Aku tau, kepergian mu ini demi kebaikanku. Karena semakin lama kamu di sini, aku bakal semakin sayang sama kamu pahadal kita jelas-jelas berbeda. Sekeras apapun usaha kita, kita nggak akan pernah bisa bersatu di dunia ini."
"Kamu pernah bilang Tuhan punya tujuan untuk membuat setiap hal terjadi di hidup ini, termasuk pertemuan kita. Dulu aku nggak tau apa tujuan Tuhan mempertemukan aku dengan hantu yang bisa menjadi cinta pertama ku. Tapi sekarang aku tau."
"Pertemuan adalah awal dari sebuah perpisahan. Aku selalu tau kamu pasti bakal ninggalin aku cepat atau lambat. Tapi aku nggak pernah mau hal itu menjadi perusak kebahagiaan kita selagi kita bisa bersama. Aku tau kamu bakal pergi dan aku tau kita nggak akan pernah bisa bersatu, tapi aku tetap mencintai mu."
"Itu semua karena aku tau apa tujuan Tuhan mempertemukan kita. Saat pertama kali aku sadar kamu hantu, aku ingin marah, aku ingin menangis, memaki dan mencurahkan segala ketidakadilan ini. Tapi begitu aku ingat semua yang kita lalui bersama, aku jadi tau apa yang harus aku lalukan."
"Aku tetap diam meski aku sudah tau kamu hantu itu karena aku ingin di antara kita tetap seperti biasa, nggak ada perubahan. Kamu salah satu alasanku bangun di pagi hari dan berangkat ke kampus. Meski terkadang cara mu menjagaku cukup menyeramkan dan membuat aku sendiri takut, tapi aku berusaha menikmati semuanya."
"Bertemu denganmu membuat ku belajar bahwa rasa cinta ku pada sang pencipta haruslah lebih besar dari yang Ia ciptakan."
"Aku percaya, Tuhan menghadirkan mu di perjalanan hidupku untuk mengajarkanku banyak hal. Mengajarkan ku artinya melepaskan bahkan tanpa ku miliki, mengajarkan ku caranya menghargai dan mensyukuri apa yang hari ini masih ada bersamaku meskipun hanya mataku yang mampu melihatnya, dan bertemu dengan mu mengajarkan ku bahwa cinta yang sedih juga sangat di butuhkan di dunia ini agar manusia selalu mengingat sang pencipta."
"Aku menyayangimu Dante. Sangat."
Aku menghapus air mata yang mengalir di antara kedua pipiku dan menatap salib itu lagi. Seandainya bisa seperti dulu, bisa berpergian dengannya lagi pasti menyenangkan. Sayangnya itu nggak akan pernah terjadi. Lagi pula aku harus belajar, bahwa yang sudah meninggal dan yang masih hidup tidak bisa tinggal bersama.
Aku nggak perlu membersihkan kuburan Dante, karena kuburan di sini selalu di bersihkan oleh penjaga pemakaman ini. Pasti hantu-hantu di sini sangat senang karena rumah mereka selalu bersih setiap saat.
Di pemakaman ini masih ramai orang, padahal sudah hampir jam empat sore. Matahari juga masih enggan menampakkan sinarnya sejak aku sampai tadi. Mungkin dia tau hatiku sedang tidak ceria jadi dia juga tidak menampakkan sinar cerahnya.
Baru saja aku menghapus air mataku tiba-tiba kilat dan petir bersahutan. Aku segera bersiap-siap untuk pulang karena aku nggak mau kehujanan di sini. Aku mengelus salib Dante dan berjalan pergi menjauh dari makamnya dan menuju parkiran.
Aku berjalan agak cepat karena takut tiba-tiba hujan deras turun karena langit sudah semakin gelap dan angin juga semakin kencang. Begitu aku sampai di gapura yang menjadi gerbang masuk ke pemakaman langkah kakiku terhenti karena mendengar suara dari dia yang sangat ku rindukan. Tapi aku hanya berhenti sebentar dan tersenyum mendengar ucapannya dan tetap melanjutkan langkahku menuju mobilku.
"Aku juga. Jaga dirimu."
--T A M A T--
Akhirnya sampai juga di titik terakhir cerita gila ini..
Thanks buat semua reader yang baik hati.
Jangan lupa voment nya ya.
Thanks sekali lagiiiii
🙏🏻🤗💖😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Dante (End)
HorrorNamaku Harumi Akira. Gadis keturunan Jepang yang lahir dan besar di Indonesia. Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan yang namanya hantu. Ini adalah kisah ku saat memasuki bangku perkuliahan, aku berkenalan dengan seorang pria misterius dan perhatia...