"Kamu nggak terkejut?"
Aku bisa melihat ekspresi terkejut di wajah Dante yang melihat ekspresi santai dariku.
"Enggak."
"Kenapa? Tapi aku udah meninggal, itu makam ku." Dante berkata terburu-buru sambil menunjuk-nunjuk makamnya.
"Iya, aku tau."
"Trus? Kamu biasa aja gitu? Aku hantu loh, H A N T U." Dante mengulang kata hantu sambil mengejanya.
"Iya, aku tau."
"Nggak bisa kamu ngeluarin kata-kata lain selain aku tau? Aku mulai emosi dengan kata-kata itu." Aku lihat Dante mulai berkacak pinggang.
Aku menarik nafas sebelum mengutarakan apa yang sedari tadi ku pendam. Sejujurnya aku butuh seseorang untuk di peluk karena aku ingin menangis selayaknya orang yang mengetahui orang yang dia sayang sudah meninggal. Tapi entah kenapa melihat ekspresi Dante semua jadi terasa lucu.
"Iya, aku tau kamu sudah meninggal. Aku tau kamu hantu yang menyayangiku, yang mempedulikan aku, yang selalu ada di samping ku, yang selalu menjagaku, dan banyak lagi."
"Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu tau aku hantu?"
"Apa gunanya?"
Dante nggak menjawab lagi dia hanya diam sambil melihat ke tanah.
"Kamu punya alasan kenapa nggak pergi ke alammu?" Aku mencoba membuka percakapan lagi diantara kami.
"Punya."
"Apa?"
"Teman."
"Maksudmu?"
"Dulu aku selalu ingin ngeliat hantu, aku ingim berteman dengan hantu. Tapi aku bukan anak dengan kelebihan itu. Aku pernah berfikir jika....."
"Jika kau mati dan kau jadi hantu, apa ada manusia yang bisa berteman dengan mu?" Aku memotong kata-kata dari Dante.
"Iya. Aku nggak nyangka kamu masih ingat kata-kata ku itu."
"Sekarang kau sudah tau jawaban dari pertanyaan mu, kenapa belum pergi?" Aku bertanya padanya.
"Karena kamu."
"Aku? Kenapa?" Aku terkejut karena Dante menjadikan ku alasannya tidak pergi.
"Karena aku menyukaimu, sayangnya kita terlambat bertemu."
Sekarang aku yang terdiam, aku bingung mau jawab gimana kata-katanya agar tidak menyinggung perasaannya.
"Aku terkejut saat di parkiran kamu bisa ngeliat aku, aku memperhatikan mu sejak pertama datang ke rumah sakit itu. Aku bisa datang ke danau Toba saat kamu liburan itu karena aku memang pernah datang kesana. Aku memakai memori ku untuk bisa kesana lagi."
"Kamu harus pergi Dant, kita berbeda."
"Aku tau, dan aku memang mau pergi."
Aku lihat senyum khas di wajahnya, senyum yang pertama kali membuat aku jatuh hati. Tapi diantara senyum itu ada hujan yang turun di wajahnya.
Kalau di lihat hari ini cukup kurang baik dengan akhir yang juga kurang baik. Aku harus cabut kuliah karena Dante, kami pergi ke tempat yang cukup jauh dari kota Medan. Selain itu aku juga harus berpisah dengan Dante, pria yang setahun belakangan ini menjadi semangat ku bangun di pagi hari.
Udara hari ini sedikit lembab karena mendung dan akan turun hujan. Hari ini di tempat pemakaman umum ini aku dan cinta pertamaku berpisah. Aku kembali ke rumahku dan dia kembali ke dunianya, mungkin. Tapi yang membuat hari ini sempurna adalah senyuman terakhir yang di beri Dante untuk ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Dante (End)
HorrorNamaku Harumi Akira. Gadis keturunan Jepang yang lahir dan besar di Indonesia. Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan yang namanya hantu. Ini adalah kisah ku saat memasuki bangku perkuliahan, aku berkenalan dengan seorang pria misterius dan perhatia...