Dua puluh tiga

530 67 54
                                    

"Akira kemana, ya?" Agnes membuka percakapan di ruang 201.

"Iya, aku sedih loh dia hilang begini." Ekspresi murung terlihat jelas di wajah Tari.

"Aku nggak tau mau bilang apa kalau udah gini." Resa menunduk.

"Kasian mama dan papanya pasti cemas kali sekarang." Cahya menimpali omongan teman-temannya.

"Ahhhh .... Aku rindu sama Harumi." Novia menyenderkan punggungnya ke kursi.

"Aku juga." Tari menyambung omongan Novia.

Hari itu di ruangan 201 kelima sahabat Akira hanya duduk meski sudah jam pulang kampus. Ini adalah hari ketiga Akira dinyatakan hilang oleh pihak berwajib setelah orangtuanya melapor ke kantor polisi. Bahkan kasus ini sudah menyebar di media sosial. Ponsel Akira juga tak pernah bisa di hubungi.

Empat hari yang lalu, tepatnya pada hari minggu, orangtua Akira tak bisa menghubungi putri sulung mereka itu. Berhubung orangtua Akira sedang ada di Padang maka mereka tidak bisa mencari Akira. Hari senin pagi orangtua beserta adik-adik Akira tiba di Medan. Mereka berfikir Akira sudah pergi ke kampus karena rumah kosong, tapi sampai malam Akira tak kunjung pulang, bahkan ponselnya tak bisa di hubungi.

Karena sudah satu harian Akira tidak ada kabar, ayahnya memutuskan untuk melapor ke pihak berwajib. Sampai detik ini Akira masih dalam pencarian dan belum menemukan titik terang sama sekali.

"Eh, kalian ingat nggak, waktu kita rame-rame di kelas ini beberapa hari lalu?" Agnes kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu.

"Yang waktu Akira di ajak keluar sama bg Yuda, abang asuhnya itu?" Tari langsung menjawab.

"Iya." Agnes menjawab dengan singkat.

"Emang kenapa sama hari itu?" Novia bertanya sambil menyeruput minuman dinginnya.

"Kalian ingat nggak, Akira bilang ada tugas negara, terus hari minggu di WA Akira buat story pemandangan pantai jelek, tapi banyak love-lovenya gitu." Agnes mengingatkan rekan-rekannya.

"Iya. Pantai Romantis, kan?" Resa.

"Logikanya aja ya, Akira baru di Medan, nggak mungkin dia bisa ke Perbaungan sendirian. Pasti ada yang ngajak dia kesana." Agnes menerawang bagai detektif.

"Hemmm .... Iya sih, ada benernya juga omongan mu, Nes." Cahya menimpali.

"Jadi maksud kalian, Akira pergi sama bang Yuda trus bang Yuda yang culik, gitu?" Tari langsung menyambar omongan.

"Ya, nggak gitu juga sih ..." Agnes menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Mungkin aja bang Yuda tau." Cahya.

.

Sore itu sepulang dari kampus, kelima sahabat Akira mendatangi rumahnya untuk menanyakan kabar tentang Akira apa sudah ada kemajuan atau belum. Tapi kenyataannya belum ada kemajuan apapun dari kasus yang menimpa Akira. Polisi juga sudah mulai kehabisan petunjuk, karena semua petunjuk tak ada yang mengarah ke keberadaan Akira saat ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Gelap. Aku nggak bisa ngeliat apa-apa disini. Aku nggak tau ini jam berapa, aku juga nggak tau udah berapa hari aku ada disini.

Aku mau pulang.

Dante aku mau pulang.

Katanya, kamu bakal selalu ada. Sekarang kamu dimana?

Aku lapar. Aku haus.

Dante...

Aku membatin sambil terus menangis dan berharap ada yang kan menolongku di sini.

Halo Dante (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang