14. Pertandingan Basket

1K 53 6
                                    


Aryn berlari menyusuri lorong kampus tempat pertandingan basket Arga dilaksanakan. Bahkan dari sepulang sekolah ia langsung pergi ke pertandingan. Hanya saja kemeja sekolahnya ia ganti kaus dan rok abu-abu nya tetap ia pakai.

Ia berlari secepat yang ia bisa. Begitu Aryn sampai di unjung pintu gedung, ia bernapas legah karena pertandingan ternyata belum di mulai.

Namun Aryn bimbang, tetap diam disana, pulang, atau masuk menghampiri Arga. Karena yang ia lihat Arga sedang dikerumuni oleh gadis-gadis seperti biasa.

Seseorang menepuk pundak Aryn hingga ia sedikit terlonjak.

"Masuk aja, Dek." ucap seorang pria berseragam basket sama seperti yang Arga kenakan.

Aryn menoleh ke sumber suara,
"Eh, iya Kak."

"Aryn?"

"Halo, Kak Jim." sapa Aryn pada Jimi.

"Hai cantik." balas Jimi tersenyum genit.
"Mau nonton Arga ya?"

"Semuanya lah. Masa cuma Kak Arga aja."

"Halah ngeles. Yaudah yuk masuk. Mumpung masih ada waktu 10 menit. Ayok."

"Hmm.."

"Udah nggak papa. Sama gue deh kesananya."

"Iya deh."

Jimi berjalan beriringan dengan Aryn. Semakin dekat, suara mahasiswi-mahasiswi yang mengerumuni Arga mulai terdengar.

Sesampainya di sana, Jimi langsung bersuara.

"Ga. Dicariin nih,"

Arga mendongak dan mendapati Aryn yang sedang cengar-cengir.

Beberapa mahasiswa tadi langsung menoleh ke sumber suara.

"Adiknya Arga ya. Halo?" sapa seorang perempuan yang termasuk dalam penggemar Arga.

Aryn hanya tersenyum menanggapi.

"Kok Adiknya Arga sih? Dia itu-,"

"Iya! Adiknya Kak Arga." meski agak dongkol mengatakannya, tapi biarlah. Daripada Aryn mengaku, karena ia tak pernah tau bagaimana reaksi mereka jika mengetahui itu.

"Oke oke, semuanya siap-siap guys, bentar lagi pertandingan mulai!" ucap ketua tim menginstruksi.

"Semangat, Ga!"

"Sayangku semangat!"

"Kamu harus menang!"

Seperti itulah lontaran kalimat penyemangat untuk Arga begitupun beberapa teman satu tim-nya. Tentu saja Arga merasa geli sendiri mendengarnya.

Sebelum memulai pertandingan, Arga meminta izin pada ketua tim sebentar untuk menghampiri Aryn.

"Kenapa?" tanya Arga saat melihat Aryn dengan wajah cemberutnya.

"Aku nggak suka Kakak deket-deket sama mereka," balas Aryn.

"Mereka yang deketin gue." ujar Arga santai.

Aryn tidak menjawab dan memilih diam.

"Udah sana duduk. Nanti kalo pertandingan udah selasai jangan kabur."

"Iya."

Arga menunjuk pipi kirinya sambil sedikit merunduk agar menyamakan wajahnya dengan wajah Aryn, sedangkan Aryn mengernyit heran. Namun sedetik kemudian ia sadar.

"Biar gue semangat." ucap Arga.

"Modus." cibir Aryn.

"Modus sama pacar sendiri juga." balas Arga masih dengan posisi yang sama.

"Ogah." ucap Aryn sambil memukul pelan lengan Arga.

"Gue nggak punya banyak waktu."

"Gamau."

"Kalo gak mau gue yang cium lo." Arga mendekatkan wajahnya ke telinga Aryn.

"Ihhh."

"Cepetan, sayang."

Aryn mengulum senyum, Arga selalu bisa merubah mood nya.

Aryn memutar bola mata malas, dengan cepat ia mencium tangannya sendiri lalu menempelkan pada pipi Arga. Karena Aryn tidak akan berani mencium pipi Arga secara langsung.
"Semangat!" ucap Aryn sembari berlari menuju kursi penonton.

Sedangkan Arga tersenyum menatap punggung Aryn yang semakin menjauh.

****

Priiiittt.

Sekali lagi sorak sorai penonton pertandingan terdengar nyaring hingga ke seluruh penjuru gedung.

Tim dari kampus Arga lagi-lagi memenangkan pertandingan antar kampus kali ini.

Seperti biasa, Arga dan juga teman-temannya langsung di serbu oleh penggemarnya. Aryn selalu tersingkirkan saat berusaha menyelip di kerumunan cewek-cewek itu. Alhasil ia menjadi yang terakhir lagi dan lagi.

Aryn hanya bisa melihat saat cewek-cewek itu memberi Arga minum, memberi Arga handuk, juga ada yang mengelap keringat Arga dengan posisi yang dekat.

Apa?

Dengan kesal Aryn meremas botol minum yang ia bawa lalu melemparnya sembarangan.

"Sialan!"

Seseorang berteriak membuat Aryn menoleh.

Astaga dia lagi

Aryn hendak pergi secara diam-diam tidak mau berurusan dengan Ditta lagi.

Ditta berjalan menghampiri Aryn menahannya.
"Jangan kabur lo. Lo kan yang ngelempar botol nya!"

Aryn menoleh lalu nyengir kuda,
"Sorry,"

"Elo! Heh maksud lo apa?! Mau balas dendam?!"

"Enggak!" sergah Aryn cepat.

"Siapa sih, Ta?" tanya Sesil, teman Ditta.

"Cabe-cabean."

Aryn menghela napasnya mencoba sabar.
"Maaf ya, Kak. Saya nggak mau berantem sama Kakak lagi." ucap Aryn mencoba sopan lalu berbalik hendak ingin pergi.

Ditta dengan cepat mengambil sebuah bola basket yang berada tak jauh darinya. Lalu dengan sekali lemparan ia berhasil mengenai kepala Aryn.

"Akhh." ringis Aryn terjatuh sembari memegangi kepalanya yang terasa sangat nyeri.

"Uuhh, sakit ya?" ejek Ditta lalu disusul tawa.

Aryn masih memegangi kepalanya tidak mendengar apa ucapan Ditta. Entah kemana semua orang hingga tak ada yang melihat kejadian itu.

"Kasian, Ta. Anak orang tuh." ucap Disti, teman Ditta juga.

"Diem lo!"

Disti memilih diam dan menuruti Ditta daripada harus kena imbasnya.

Ditta menatap Aryn yang masih terduduk di lantai meringis.

Aryn berusaha berdiri. Kepalanya masih sangat nyeri, namun ia tetap berusaha berdiri.

Ia sendiri heran kenapa Arga tidak juga datang. Apakah ia terlalu asik dengan para penggemarnya itu? Pikirnya.

"Dasar cewek ular," gumam Aryn.

"Apa lo bilang?!"

"Cewek ular!"

"Berani ya lo!"

"Ngapain juga mesti takut?"

Aryn mengambil bola basket lain yang kebetulan berada di dekatnya hendak membalas Ditta.

Hingga sebuah tangan menahannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be continue..

Jgn lupa vote sama komen ya..

See yaa❤

My Swagger BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang