"Keluarganya Aryn?"
"Saya, Dok. Saya Kakaknya."
"Terjadi pendarahan di kepala adik kamu. Yang menyebabkannya kehilangan banyak darah dan otaknya mengalami pembengkakan akibat pukulan yang cukup keras secara berulang."
Jun diam masih mendengarkan ucapan dokter itu.
"Sekarang adik kamu sedang transfusi darah. Untung saja, persediaan darah disini masih lengkap, sehingga tidak perlu menunggu atau mencari donor. Dan setelah tranfusi selesai, kita akan cek lagi bagaimana keadaannya. Dan kalian sudah boleh menunggunya di dalam."
Ucapan dokter itu membuat Jun dan Arga sedikit lega. Hanya sedikit.
"Iya. Makasih, Dok."
Dokter itu tersenyum dan mengangguk.
"Iya, saya permisi." ucapnya kemudian pergi.Arga dan Jun masuk ke dalam ruangan dimana Aryn berada. Kemudian merebahkan sejenak punggung mereka pada sandaran sofa empuk yang ada di sana.
"Bang, lo gak mau kabarin orangtua, lo?" tanya Arga yang duduk disamping Jun.
"Nanti."
Jun duduk sambil memegangi kepala dan memejamkan mata. Perasaannya campur aduk sekarang.
"Maaf bang, ini semua gara-gara gue."
Jun menatap Arga. Seperti ada sesuatu yang tidak ia ketahui.
Arga menceritakan keluhan Aryn beberapa minggu belakangan. Dimana ia sering diteror, termasuk saat seseorang masuk kedalam rumah saat itu. Ingat kan?
"Kenapa lo gak ngomong sama gue?" ucap Jun dengan nada sedikit jengkel.
"Gue janji sama Aryn gak akan bilang sama siapapun, Bang. Dia gak mau lo tau."
Jun menghela napas lelah. Ia menunduk.
"Kalo aja gue lebih banyak dirumah. Mungkin Aryn bakal lebih banyak cerita ke gue. Gue Kakak kandungnya , Ga. Kalo ada apa-apa sama Aryn berarti salah gue."Arga menepuk bahu Jun menguatkan.
"Menurut gue, lo adalah yang baik, Bang. Lo udah berusaha.""Thank, Ga."
********
"Aaw..." lirih Aryn saat pertama kali membuka mata. Rasanya sulit menyesuaikan cahaya. Kepalanya terasa berputar-putar. Sangat pusing.
"Kak.."
"Abang.."
Seperti mendengar sesuatu, Arga membuka matanya. Ia yang sedang tidur di sofa, mengarahkan pandangan pada Aryn.
"Hnhhh, Abang..."
Arga bangkit dari sofa, kemudian menghampiri Aryn yang sudah sadar.
"Bang Jun.." ucap Aryn terus-terusan. Mulutnya bersuara, tapi matanya terpejam.
"Ryn. Ini gue." ucap Arga pelan.
"Kak Arga.. Kak.. pusing."
"Bentar ya."
Arga kemudian memanggil dokter yang tadi menangani Aryn. Kemudian datang bersama beberapa perawat, akhirnya berhasil menenangkan Aryn.
"Aryn kenapa, Dok?"
"Seperti yang saya bilang. Ada pembengkakan di otaknya akibat pukulan benda tumpul secara terus-menerus. Dan itu menyebabkan Aryn mengalami pusing luar biasa saat pertama sadar.
"Tapi sekarang sudah gak papa. Mungkin dia akan sesekali mengalami pusing, nanti saya akan buat resep untuk mengurangi rasa sakit dan pusingnya."
"Iya. Makasih ya, Dok."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Swagger Boy
Teen Fiction"Gue cuek bukan berarti nggak perduli. Karena gue punya cara tersendiri buat bikin lo bahagia."-Arga Devano Alvredo "Kamu itu kadang dingin, kadang hangat. Meski suka berubah-ubah, tapi aku tetep suka."-Aryna Maureen Adeva ~~~~ Engga pandai bikin si...