16. Stranger

1K 53 2
                                    


"Ryn. Bangun dong. Ck!" Entah sudah berapa kali Arga membangunkan Aryn yang tertidur di dalam mobilnya. Kebiasaan.

Arga mencubit pipi Aryn beberapa kali, namun gadis itu sama sekali tidak perduli dan lebih memilih untuk tetap memejamkan matanya.

Pada akhirnya Arga memencet hidung Aryn dengan lumayan keras.

"Ck. Issh. Kak Arga!" gerutu Aryn sembari menyingkirkan tangan Arga dari hidungnya.

"Udah sampe." ucap Arga singkat.

"Hah?"

"Hah heh hah heh. Ini udah di depan rumah lo."

Aryn melihat sekitarnya walau matanya masih terbuka setengah. Ia mengusap matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya sekitar. Sesekali menguap.

"Tidur jam berapa?" tanya Arga.

"Jam setengah 12."

Arga mendengus kesal mendengarnya.
"Tidur jam segitu lagi, gak usah minta gue ajarin tugas lo." ucap Arga datar.

"Lah? Kan aku belajar Kak, makannya sampe jam segitu."

"Harus banget?"

Aryn menggaruk kepalanya yang kebetulan memang gatal.
"Hmm, ya enggak sih, hehe."

"Ck. Yaudah sana."

"Eh. Tapi nanti malem Kak Arga nemenin aku lho, jangan lupa."

"Hm." jawab Arga menganggukan kepala.

"Janji ya. Aku sendirian nih."

"Iya bawel." jawab Arga mengacak rambut Aryn gemas.

"Yaudah. Daah." ucap Aryn melambaikan tangan lalu keluar dari mobil.

Arga tersenyum singkat lalu melajukan mobilnya untuk kembali ke kampusnya.

*****

"Kenapa harus gue sih?!" omel Arga pada perempuan yang berada di didepannya.

"Lo cuma dimintain tolong susah amat." balas perempuan itu.

"Lagian kan ada elo!" ketus Arga.

"Gue harus selesaiin tugas ini. Kalo Ditta harus nunggu gue kasian dong. Lo gak liat dia udah kesakitan?"

"Gue ada urusan lain."

"Cuma nganterin Ditta bentar astaga. Liat dong mukanya  pucet daritadi nahan sakit."

"Grab banyak kali."

"Ya nanti ka-,"

"Udah udah." lerai perempuan satunya yang tak lain adalah Ditta.
Ia lalu menatap Arga, "gak papa. Gue bisa pesen grab kok."

"Tapi, Ta. Ini udah malem, kaki lo juga lagi sakit, gue takut lo kenapa-kenapa."

"Gak papa. Gue bisa jaga diri."

Arga sempat terdiam sejenak sebelum berbicara.

"Gue anter."

****

Sunyi. Suasana yang sedang Aryn alami malam ini. Belajar hanya ditemani  suara jarum jam yang terus berdetik. Sesekali kedua tangannya ia gunakan untuk menopang kepalanya yang terasa berat. Bosan? Tentu saja, hanya seorang diri di rumah yang besar itu, terlebih malam hari.

Abangnya?

Dua hari yang lalu ia berangkat ke luar kota, kemana lagi kalau bukan untuk perjalanan bisnis.

Henong?

Lagi-lagi pulang kampung untuk merawat ibunya yang sedang sakit.

Aryn meraih ponselnya kala benda itu berbunyi. Ia mengira itu dari Arga, namun ternyata Jun yang mengirimnya pesan melalui wahtsapp.

My Swagger BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang