20. Trouble [II]

1K 60 3
                                    

"Keracunan?" tanya Arga sekali lagi, memastikan ucapan dokter yang baru saja menangani Aryn. Dokter itu memang sudah mengatakan sebelumnya penyebab Aryn mengalami sakit itu adalah karena racun.

"Iya. Racun arsenik, salah satu racun paling mematikan. Beruntung kamu cepat bawa Aryn ke rumah sakit. Telat sedikit saja nyawanya tidak bisa tertolong."

Kalimat terakhir Dokter itu membuat dada Arga sesak. Namun juga lega karena ia sampai di rumah sakit di waktu yang tepat.

"Dan alhamdulillah, kami berhasil mengeluarkan racun itu dari tubuh Aryn. Untung aja racunnya belum tersebar dan merusak organ-organ penting." imbuh Dokter itu.

Barulah Arga dapat menghela napas lega mendengar imbuhan sang Dokter. Arga melirik ke tempat di mana Aryn berbaring, masih belum mau membuka mata.

"Terus, parah gak, Om?"

"Lumayan sih. Dia harus dirawat disini sampe beberapa hari."

"Sampe harus dirawat?"

"Iya, Arga."

Arga menganggukan kepalanya sebagai respon dari ucapan Dokter yang dipanggil 'Om' oleh Arga itu, yang notabenenya adalah Kakak dari Papa nya Arga.

"Kamu udah ke resepsionis kan buat pendaftaran?"

"Udah."

"Yaudah, sebentar lagi akan ada perawat yang bawa Aryn ke ruang rawat inap. Kamu segera hubungi keluarganya ya."

"Kakak nya lagi on the way kesini."

"Oke. Kalo gitu Om tinggal ya, Ga."

"Makasih banyak, Om Leo."

"Sama-sama." Dokter Leo menepuk pundak Arga lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Tangan Arga mengelus rambut Aryn penuh sayang. Selama ini belum pernah Arga melihat Aryn sampai seperti ini. Paling-paling hanya saat Aryn demam saja, Arga sudah terbiasa dengan itu. Tapi kali ini, ia sungguh khawatir luar biasa melihat gadis yang begitu ia sayangi sampai harus seperti tadi.

"Cepet sembuh, my little princess."

*********


"Mana yang sakit?" Tanya Arga pada gadisnya yang kini sudah dipindahkan di ruang rawat inap.

"Gak ada. Cuma lemes." jawab Aryn lesu. "Tadi aku kenapa sih, Kak?" tanya nya.

"Keracunan."

"Kok bisa keracunan?"

"Es krim. Racunnya ada di es krim tadi."

Aryn nampak sedikit berpikir.
"Tapi kan.."

"Jangan banyak omong dulu. Istirahat, biar cepet pulang."

"Emang gak boleh langsung pulang? Parah emang?"

"Kata Dokternya lumayan, jadi harus beberapa hari dirawat."

"Mintain izin, mau pulang sekarang aja."

"Besok deh."

"Gak mau, Kak. Mintain izin." Aryn tetap pada pendiriannya yang ingin pulang malam itu juga.

"Besok."

"Kak-,"

"Ryn! Tolong dong nurut aja kenapa sih? Gue capek. Jangan ngebantah bisa gak?" ucap Arga dengan nada jengkel nya. Arga langsung memejamkan matanya kala tersadar dirinya kehilangan kontrol.

Aryn tentu saja langsung diam. Tak berani menatap mata Arga yang tajam itu.

"Iya, Maaf." lirih gadis itu dingin, tak perduli reaksi Arga seperti apa, yang penting dirinya sudah minta maaf. Aryn langsung membuang muka ke arah lain.

My Swagger BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang