17. Block

1K 49 0
                                    

Flashback on.

Arga memarkirkan mobilnya sembarang begitu ia sampai di depan rumah Aryn. Entah mengapa perasaannya tidak enak sejak tadi di rumah Ditta.

Arga melihat pintu utama rumah Aryn terbuka. Ia kemudian berjalan tergesa memasuki rumah Aryn. Saat sampai di tepat di depan pintu, Arga melihat Aryn yang sudah tak sadarkan diri. Lantas Arga bergegas menggendong Aryn menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar Aryn, Arga menidurkan Aryn di tempat tidurnya.

"Jangan.. Hiks."

Aryn terus meracau dan menangis dalam keadaan tak sadarkan diri sehingga Arga mencoba untuk membangunkannya.

"Ryn." Arga menepuk pelan pipi Aryn berusaha menyadarkannya.

"Jangan! Hiks.. Hiks.." rancau Aryn masih dengan mata terpejam namun mengeluarkan air mata. Keringat pun membanjiri seluruh tubuhnya.

"Hikss.. Hiks." Aryn terus menangis dengan matanya yang masih terpejam.

"Sayang.. Bangun."

Aryn membuka matanya perlahan. Ia melihat sekelilingnya, baru Aryn sadari bahwa ia sedang terbaring di tempat tidurnya.

Ia kemudian beralih menatap Arga yang terlihat bingung dan khawatir.

Aryn langsung memeluk Arga, dicengkeramnya baju Arga kuat-kuat.

Arga bisa merasakan tubuh gadisnya yang bergetar hebat karena ketakutan.

"Kak.. Takut.." lirih Aryn.

Flashback off.

"Akh!" pekik Aryn saat Arga membersihkan luka di pipi Aryn menggunakan alkohol. Uhh perih gaiz.

Paham akan itu, Arga memelankan gerakannya agar mengurangi rasa sakit Aryn. Dengan sekuat tenaga Aryn menahan sakit di pipinya.

"Perih Kak." ucap Aryn yang sudah tidak kuat.

"Dikit lagi."

"Gak mau."

Arga menghela napas jengah. Ia akhirnya mengalah dan mengambil sebuah plester kemudian ia tempelkan pada luka di pipi Aryn.

"Mau cerita sekarang?" tanya Arga.

Aryn mengangguk dan mulai menjelaskan kejadian yang ia alami. Dan Arga mendengarkannya sembari berpikir siapa pelaku yang menyerang Aryn.

"Setelah orang itu ngelukain pipi aku, aku gak inget apa-apa. Dan ternyata aku malah pingsan terus mimpi orang itu mau bunuh aku." jelas Aryn, sangat kentara bahwa ia khawatir.

"Ada hal lain yang lo inget?"

Aryn mencoba mengingat-ingat hal lain yang mungkin bisa dijadikan petunjuk.

"Gak usah dipaksa." ucap Arga.

"Aku inget."

Arga mengkerutkan kening menunggu kelanjutan ucapan Aryn.

"Rambut sama hoodie-nya mirip kaya punya Kakak."

"Mirip? Rambut? Hoodie? Hoodie yang mana?"

Aryn mengangguk.
"Hoodie yang item."

Arga memutar bola matanya malas.
"Hoodie gue kebanyakan item kalo lo lupa."

"Ohiya yaa." jawab Aryn sebelum akhirnya kembali berbicara. "Hoodie yang Kakak pake tadi sore."

Arga mengangguk-anggukan kepalanya.
"Mulai sekarang, kalo pulang sekolah dan gue belum jemput, jangan nunggu di halte. Tunggu di dalem sekolah aja. Pokoknya jangan sendirian."

My Swagger BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang