"Arga."Suara itu membuat Arga menoleh. Cowok itu baru saja selesai bermain basket dan langsung duduk di pinggir lapangan sendirian.
Ditta sedang berdiri sambil membawa sebuah botol minuman di tangan kanannya. Ia lalu duduk di sebelah Arga menyodorkan minuman yang ia bawa tadi dan Arga pun langsung menerimanya.
"Thanks." ucap Arga dingin.
"Sama-sama."
Ditta tahu bahwa ia akan menerima sikap seperti itu dari mantan-nya yang satu itu.
"Ga. Tadi gue whatsapp lo kok cuma ceklist?"
"Gak tau." jawab Arga acuh.
Arga benci situasi ini. Ingin rasanya ia pergi sekarang juga.
"Hmm. Nanti lo pulang jam berapa?"
"Satu."
"Sama dong. Boleh gue nebeng?"
Drrtt! Drrtt!
Belum sempat menjawab, ponsel Arga berbunyi. Dalam hati Arga bersorak karena dengan ini ia mempunyai alasan untuk pergi dari Ditta, kalo Aryn suka menyebutnya 'wanita ular'.
"Sorry gue angkat telfon dulu." ucap Arga datar. Ia langsung berdiri menyambar tasnya dan langsung pergi sejauh mata memandang setelah sebelumnya pamit kepada teman-teman satu tim nya.
Arga bernapas lega saat ia sudah sampai di luar gedung olahraga.
Baru saja hendak menjawab telfon, namun dering nya sudah tidak terdengar lagi alias mati.
Arga mengecek siapakah yang baru saja menelfon. Tertera nama 'Aryn' di daftar panggilan paling atas kategori panggilan tak terjawab sejumlah 17 kali panggilan.
Tanpa pikir panjang Arga langsung balik menelfon kekasihnya itu.
"Halo?" ucap Arga begitu panggilannya tersambung.
"..."
"Hah? Ngapain?"
"..."
"Lo dimana?"
"..."
"Yaudah. Tunggu, gue kesana."
****
Aryn mendengus beberapa kali. Ia sudah bosan menunggu Arga yang katanya akan datang. Apakah kampus ini begitu besar hingga Arga harus membutuhkan waktu beberapa puluh menit hanya untuk ke parkiran?
Tiba-tiba ada sekitar 4 mahasiswa yang melintas dan kebetulan melihat Aryn sendirian.
"Halo dek manis." sapanya genit.Aryn menganggukan kepalanya agar terlihat sopan sambil tersenyum tipis.
"Nyari siapa, Dek?" tanya salah satu dari mereka.
"Lagi nungguin orang, Kak."
"Oh, siapa? Pacar ya?" goda mahasiswa lainnya.
"Yaelah masih kecil udah pacaran aja kamu."
"Eh. Kenalan boleh?"
"Ha? Emm..." Aryn mulai tidak nyaman dengan situasi ini. Ia hanya menggaruk kepala bagian belakangnya yang sedang gatal.
"Gak usah takut. Gak sakit kok sama Kakak."
Sungguh, Aryn benar-benar tidak tahu lagi harus menghadapi cowok-cowok ini.
"Ryn."
Suara itu membuat Aryn dan beberapa mahasiswa tadi menoleh.
Betapa senangnya hati Aryn saat ini karena melihat Arga berada di depannya. Dengan langkah cepat Aryn berjalan dan menempatkan diri di belakang lengan Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Swagger Boy
Teen Fiction"Gue cuek bukan berarti nggak perduli. Karena gue punya cara tersendiri buat bikin lo bahagia."-Arga Devano Alvredo "Kamu itu kadang dingin, kadang hangat. Meski suka berubah-ubah, tapi aku tetep suka."-Aryna Maureen Adeva ~~~~ Engga pandai bikin si...