24. Ketemu

569 35 20
                                    

Plak!

"Bangun! Lo gak boleh pingsan!"

Sekali lagi, entah ini sudah tamparan keberapa yang Aryn terima. Bahkan sekarang tubuhnya sudah mati rasa.

Berkali-kali ia dilukai, lalu di obati. Dan begitu terus.

Ini adalah malam kedua Aryn ditempat ini. Ia pun tidak tahu bagaimana keadaan tubuhnya sekarang. Babak belur, itu pasti. Ia bahkan tidak perduli lagi apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Gila lo, Ditta. Dia udah kayak gitu masih aja belum puas lo." ucap seorang pria yang pertama membawa Aryn kesini.

Aryn ingat, dia adalah pria yang ditemui Aryn saat ia menonton pertandingan basket Arga waktu itu *eps 2. Ia juga yang membawa Aryn kesini. Padahal Aryn tidak merasa pernah berbuat salah dengan dia.

"Kenapa? Lo kasihan sama dia?"

"Enggak lah. Udah jam segini nih. Mau cabut kapan?"

Ditta melirik jam tangan kecil yang melingkar di tangannya.
"Oke."

Ia membalikkan badannya kembali menghadap Aryn. Ia mendekati Aryn, tangannya terulur ke pipi Aryn, melepas kasar plester luka yang ia tempelkan sendiri tadi pagi setelah menyayati beberapa bagian di pipi Aryn yang membuat gadis itu kesakitan.

"Hari ini udah dulu ya." ucap Ditta sambil membalikkan badannya.
"Eh bentar."

Ditta mengambil sebuah botol alkohol dari dalam tas nya, dan..

Byur.

"Aarggh..." Aryn mengerang kesakitan saat satu botol penuh alkohol terguyur di lukanya.

"Aw sakit ya? Sorry tumpah."

Aryn mengeluarkan air matanya, sakit sekali. Rasanya berkali-kali lipat rasa sakit dari sayatan itu sendiri.

"Udah ya Aryn, sayang. Besok gue kesini lagi." ucapnya pada Aryn.
"Yuk, Jer."

Ditta kemudian membalikkan badannya kemudian pergi bersama pria yang diketahui bernama Jerry itu, mereka meninggalkan Aryn di ruangan itu bersama 2 orang penjaga.

Aryn menangis sesenggukan. Semakin lama lukanya semakin sakit.

Aryn menggeliat, berusaha melepas ikatan di tangannya. Air mata masih terus mengalir membasahi kedua pipinya.

Dirasanya tidak berhasil Aryn akhirnya menyerah karena tenaganya yang sudah mulai habis. Malam pun sudah larut tubuhnya semakin lemas, lama kelamaan matanya terpejam, entah tertidur atau pingsan. Apapun itu, setidaknya ia beristirahat untuk persiapan saat ia akan kembali disiksa besok.

*****

Bangun, Ryn..

Bangun...

Bangun..

Samar-samar Aryn mendengar sebuah suara. Oh, ia sudah memasuki alam mimpi mungkin.

"Aryn bangun!"

Suara itu semakin jelas, seperti memaksa gadis itu agar terbangun. Itu bukan mimpi, memang benar ada yang memanggilnya di dunia nyata.

Aryn berusaha membuka matanya yang terasa berat.

Samar-samar ia melihat seorang laki-laki di depannya. Aryn pasrah, entah apa yang akan dilakukan pria bernama Jerry itu kepadanya.

"Ryn, ini gue, Bangun dong.."

Tunggu. Aryn kenal suara itu. Gadis itu membuka mata sepenuhnya.

"Kak Arga." lirih Aryn lemas.

"Iya ini gue, Ryn."

"Kok, Ka-,"

My Swagger BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang