Hangatnya Keluarga Namia

5.3K 246 1
                                    

"Pernah menjadi seseorang yang sangat bahagia. Namun, kebahagiaan yang dulu aku rasakan ternyata terlalu cepat berlalu."
***

Namia lahir dalam sebuah kehangatan dalam keluarganya. Tidak pernah ada masalah dalam keluarganya selain dirinya yang bandel dulu atau kakaknya yang suka jail kepadanya. Namun, walaupun begitu Namia anak bungsu perempuan Dari dua bersaudara itu tetap menjadi kesayangan keluarganya Dan kakaknya.

Kakaknya bernama Nevian. Laki-laki yang hanya berbeda tiga tahun dengannya. Namia sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Sampai dewasa pun masih dianggap sebagai gadis kecil keluarga Dirgantara. Sejak lulus kuliah Namia seseorang yang perfeksionis makanya dia terima di sebuah perusahaan ternama. Karirnya sangat bagus bahkan dia juga sudah menjadi seorang manager di usianya yang sangat belia dulu.

Namia sangat mencintai pekerjaannya. Sampai dia lupa umurnya sudah cukup untuk menikah. Kakaknya sudah menikah sejak Namia lulus kuliah. Sedangkan Namia, masih saja berkutat dengan kertas-kertas Dan belum pernah ada laki-laki yang menjadi pasangan Namia.

Orang tuanya pun merasa takut, kalau anaknya terlalu gila kerja hingga lupa memikirkan masa depannya.

"Namia kamu kapan, nak mau memikirkan masa depan," ucap Abinya.

"Nanti aja, Bi. Aku masih mau bahagiain Umi sama Abi. Apalagi abang udah nikah. Abi sama Umi jadi sering kesepian kan. Apalagi Abi juga udah pensiun. Aku mau bahagiain Abi sama Umi dulu," jawab Namia lagi.

"Abi sama Umi udah bahagia lihat kalian sukses-sukses dengan pilihan kalian jadi kamu udah enggak usah pikirin kita lagi, nak. Kamu waktunya mikirin masa depan kamu, Namia...." Uminya yang kini gantian berbicara kepadanya.

"Lagian jodohnya juga belum kelihatan, Mi. Nanti aja lah dipikir. Emangnya nyari jodoh sama kayak nyari kerupuk," ucap Namia lagi.

"Ya makanya kamu mulai terbuka, Namia. Itu loh tetangga kita Dokter Haris Ibunya bilang anaknya tertarik sama kamu."

"Ashhh Duda gitu Umi tawarin sama aku? Astaga Umi."

"Belum, Duda, Mia. Nikahnya gagal."

"Ya sama aja, Mi. Mendekati jamnya sah sah an lagian napa cewenya malah batalin aneh." Tetangga mereka memang ada yang bernama Dokter Haris beliau gagal menikah hingga membuat gempar kompleknya. Lalu, saat ini Mia ingin dengan laki-laki itu? Big no!

"Ya makanya coba kamu kenalan dulu sama dia. Kali aja kamu cocok."

"Enggak ah, Mi enggak mau. Udah tua juga mukanya." Uminya tertawa Dan menggelengkan kepalanya. Anaknya ini susah sekali hanya untuk disuruh menikah.

"Lalu kapan kamu mau mengenalkan laki-laki kepada kita, nak. Kita enggak bisa dampingin kamu terus," ucap Abinya.

"Abi. Abi jangan ngomong aneh-aneh deh. Iya nanti, Namia usaha buat mikirin masa depan. Lagian, dulu Abi yang larang Namia pacaran suruh fokus gapai cita-cita dulu. Namia 'kan belum gapai cita-cita, Abi,,,," Namia merengek kepada Abinya. Walaupun usianya sudah memasuki 25 Namia tetap sama masih suka manja kepada kedua orang tuanya. Beruntung muka baby facenya tidak begitu terlihat dia berumur 25.

"Ya itu kan dulu pas masih sekolah. Sekarang kamu udah kerja lama. Udah bisa beli motor, mobil, tanah. Terus juga umroh in Abi sama Umi. Udah cukup, nak. Sekarang kamu tinggalin mikirin kebahagiaan kamu aja, nak," ucap Abinya.

"Nahkan Abi sih dulu juga enggak biarin Namia punya temen cowo aja. Kalau punya temen cowo kan setidaknya dia pernah punya rasa suka. Geliran sekarang belum kenal cowo Abi marahin juga," ucap Uminya membela anak perempuannya.

"Bukan gitu, Umi. Dulu maksud Abi baik. Yaudah intinya Abi minta maaf. Kamu jangan lupa buat mikirin masa depan. Cari pasangan, Namia."

"Iya, Abi...."

"Assalamualaikum." Mereka menengok kala ada seseorang yang datang.

"Waalaikumsalam," jawab Namia Dan keluarganya.

"Pantesan di depan sepi ternyata pada di sini."

"Bang Nevian, Kak Arum...." sapa Namia. Mereka adalah Abang Namia Dan juga Kakak ipar Namia.

"Memangnya tidak ada bibi yang buka?" tanya Uminya.

"Ya ada makanya di depan sepi banget kata Bibi pada di taman yaudah langsung aku samperin."

"Arum kamu sehat, nak?" tanya Uminya kepada menantunya dengan penuh kasih sayang.

"Alhamdulillah sehat ibu."

"Tadi, Vian denger lagi ngomongin serius ngomongin apaan sih kalian?" tanya Nevian.

"Ituloh, Vian. Adek kamu suruh buruan nikah. Umurnya udah cukup tapi mikirinya kerjaan sama main aja enggak ada pemikiran buat nikah sama sekali." Ucapan Abinya membuat Namia mendegus. Sedangkan Nevian malah tertawa.

"Ck ... Dek ... Dek makanya dengerin kata Abi."

"Ck abang juga sama aja. Lagian kan nyari jodoh emang kayak nyari kerupuk."

"Nahkan jawabnya gitu mulu kalau lagi diingetin. Yang melamar kamu kemarin-kemarin juga ada tapi kamu tolak. Terus ada Dokter yang tertarik sama kamu. Juga kamu tolak. Sebenernya tipe kamu kayak gimana sih?" tanya Abinya.

"Kayak Abi." Mereka semua tertawa Abinya malah menggelengkan kepalanya.

"Pinter banget kamu kalau suruh ngeles."

"Kan anak Abi. Abi Dirgantara yang ajarin jadi wajar dong aku pinter."

"Arum. Lihat adik ipar kamu. Ayo dong, Rum semangatin dia biar mau nikah. Siapa tahu kalau dibilangin sama kamu nurut. Kamu kan sepantaran," ucap Uminya. Namia hanya tertawa. Walaupun, Namia sering disuruh menikah dengan kedua orang tuanya. Namia tidak pernah marah atau tersinggung. Selama ini mereka hanya bercanda Dan memang hanya menginginkan anaknya bahagia.

Sedari kecil Namia sudah paham dengan keluarganya. Semenjak dia menuruti keinginan orang tuanya memang hidupnya mujur. Bahkan sampai dia menjadi manager Namia yakin ini berkata dia kedua orang tuanya Dan didikan kedua orang tuanya. Bukan semata-mata hanya karna usahanya.

"Iya, Umi. Nanti aku ingetin adik aku yang satu ini biar mikirin masa depannya...."

"Aduh ... aduh kak Arum sakit," ucap Namia mengerucutkan bibirnya karna hidungnya yang di jepit oleh kakak iparnya.

"Dengerin kata Umi makanya. Umi sama Abi kan cuma mau kamu bahagia," ucap Arum.

"Iya kakak sayang aku juga tahu. Tapi, ya gimana harus SABAR. Kan dulu Abi sama Umi yang ajarin Namia buat jadi anak yang sabar. Makanya sekarang kita juga harus sabar," ucap Namia. Orang tuanya sudah angkat tangan setiap menceramahi anaknya untuk menikah ada saja jawaban yang dilontarkan.

"Yaudah yuk ah makan siang. Abang sama Kakak pasti laper nih baru dateng malah bahas Namia. Ayo kita ke meja makan. Kita makan," ucap Namia bangkit lalu menuju ke meja makan untuk makan. Mereka langsung mengikuti Namia. Harus sabar memang menghadapi si bungsu itu. Kalau tidak pasti mereka sudah mengoceh walaupun kerap kali mengoceh gadis itu tetap akan jadi gadi ceria. Abi Dan Uminya hanya selalu berdoa semoga Namia segera menikah.

***
Tbc ... jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Selama malam....

Bertahan Dengan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang