"Buktikanlah dengan syarat-syarat yang sudah diberikan dan jangan menolak jika ingin diterima."
***Hari ini waktunya Arya kembali lagi ke rumah Namia. Dia akan siap menerima syarat apapun yang diberikan oleh keluarga Namia.
Sampai di depan rumah ternyata orang tua Namia sudah berada di depan. Dengan Namia yang memandangnya tidak suka. Berbeda dengan Abi Dan Namia Ibunya Namia terlihat lebih welcome dengan kehadiran Arya.
Mereka mempersilahkan masuk Arya Dan berbicara di dalam. Sampai di dalam dia kira sudah tidak ada orang ternyata ada 2 orang lagi di dalam.
"Oh jadi ini laki-lakinya?"
"Abang yang sopan," ucap Uminya.
"Ya, Umi."
"Ini kakaknya Namia namanya Nevian sedangkan ini istrinya Arum." Uminya mengenalkan mereka. Arya pun berjabat tangan dengan mereka semua.
"Umi, kalian perempuan di dalam aja. Biar Abi sama Nevian yang ngomong serius sama laki-laki ini."
"Tapi, Abi. Abi nanti ngomongnya kasar."
"Umi udah biarin aja Abi mau ngapain. Kalau emang dia siap seharusnya dia berani. Ayo, Mi masuk ke dalam. Kak Arum ayo kak," ucap Namia yang mengajak mereka ke dalam. Lagian, Namia berharap agar laki-laki tidak jelas itu tidak bisa memenuhi syarat Dari orang tuanya Dan sang kakak.
Setelah para perempuan pergi, Arya langsung dihadapkan dengan dua orang di depannya dengan wajah serius. Padahal, dia juga tahu kalau misalnya dia sudah siap.
"Nama kamu siapa?" tanya Nevian dengan wajah serius.
"Arya, Om."
"Om lagi panggil saya Abang. Kamu pikir muka saya udah kayak om-om. Tuaan juga kamu," ucap Nevian tidak terima dipanggil dengan sebutan om.
"Maaf, Bang. Nama saya—"
"Kamu fikir saya bang bakso kamu panggil bang doang! Saya tadi nyuruh kamu manggil Abang! Bukan malah bang doang," Nevian menggertak laki-laki itu.
"Iya maaf banget abang. Nama saya Arya."
"Umur."
"30 tahun."
"Gila! Tua banget kamu." Arya hanya diam saja.
"Punya mantan?" tanya Arya lagi mengabaikan umur yang tadi.
"Hm?" Arya sedikit terkejut dengan pertanyaan itu.
"Oke ternyata punya. Berapa mantan kamu? Dan paling lama berapa tahun?" tanyanya lagi tanpa menunggu jawaban Arya. Arya benar-benar terlihat skakmat dengan ini.
"Jawab aja kenapa malah diem aja?" tanyanya lagi.
"Iiii ... iya, Maaf. Saya punya tapi cuma satu." Arya berusaha untuk membuat suasana cair namun ternyata sulit.
"Satu kok cuma. Gitu mau dapetin adek saya yang ga pernah pacaran. Adek saya dapet kamu berarti bekas. Yaudah berapa lama pacaran."
"Emmm ... dua bulan. Habis itu saya harus kuliah di Amerika Dan kemudian kita putus."
"Walaupun sebenernya dua tahun...." batin Arya.
Arya tidak mau terlalu jujur. Karna mungkin akan menjadi sebuah kesulitan dalam melamar Namia."Dua Bulan ngapain segala pacaran? Kamu mainin anak orang doang?"
"Enggak, Abang. Waktu itu saya harus serius kuliah begitupun dengan dia. Tapi, kemudian jarak yang jauh mungkin hubungan kita tidak akan maksimal jadi lebih baik saya mundur."
"Terus sekarang kemana mantan kamu itu? Berapa lama kamu kuliah di Amerika."
"Sudah menikah. 3 tahun, Abang." Nevian menganggukan kepalanya.
"Bi kayaknya enggak. Feeling Abang enggak enak. Dia punya mantan, Namia aja pacaran enggak pernah." Arya sedikit terkejut dengan penolakan itu.
"Abang maaf, walaupun saya punya mantan tapi saya sudah move on. Karna dulu saya pacaran cuma sebagai penyemangat. Namun, seiring berjalannya waktu kita harus fokus pendidikan jadi yaudah kita fokus karir Dan pendidikan."
"Tetep aja. Saya ga rela adek saya dapet yang bekas. Dia aja ga pernah pacaran masa dapet kamu yang bekas."
"Saya enggak pernah ngapa-ngapain sumpah, Abang. Pak. Kasih saya kesempatan lain supaya bisa melamar anak bapak. Selama ini saya tidak pernah merasakan hal ini sejak saya pertama kali bertemu dengan Namia, saya sudah berdoa semoga dimudahkan jalan dengannya. Jadi, saya akan lakukan apapun untuk mendapatkan Namia. Tentunya dengan restu Allah Dan orang tua Namia." Abinya masih diam saja. Nevian mengangkat satu alisnya.
"Yaudah kalau kamu benar serius dengan anak saya. Setiap pagi solat subuh berjamaah di masjid dekat rumah saja di depan itu. Selama satu bulan. Saya setiap hari ke sana kalau kamu tidak muncul satu kali pun tidak ada kesempatan kedua untuk kamu melamar anak saya." Final Abinya. Arya sempet terkejut. Nevian yang peka melihat perubahan Arya.
"Kenapa? Enggak siap? Ya enggak papa enggak masalah juga buat saya. Kalaupun enggak mau ya adek saya bisa dapetin yang lebih dari ka—"
"Saya siap." potong Arya dengan cepat. Abinya Dan Nevian saling pandang dengan Arya. Sempat ada rasa tidak percaya.
"Yaudah kalau gitu mulai besok saya akan pantau kamu ada atau tidak. Selama sebulan."
"Siap, Om." Arya dengan yakin menerima persyaratan itu.
***Tbc ... jangan lupa vote and commennya. Sekian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan Dengan Luka
SpiritualMenjadi seorang istri dan Ibu yang bertahan untuk anaknya adalah sebuah pengorbanan, demi sang anak agar tetap mendapat kasih sayang kedua orang tuanya. Namia bertahan. Ujian yang selalu datang silih berganti membuat dirinya nyaris menyerah. Tapi, s...