"Tamparan keras setelah mengetahui kalau orang yang kita sayang memiliki wanita lain di luar sana."
***Namia berusaha menutupi kesedihan yang telah ia ketahui. Mereka Sudah sampai di rumah setelah magrib. Padahal, mereka jalan-jalan dari pagi.
"Nam, maaf ya. Aku enggak maksud sama sekali bikin hubungan rumah tangga kamu berantakan. Tapi, aku cuma kasihan sama kamu Dan anak kamu." Tita merasa bersalah setelah menunjukkan foto perselingkuhan suami sahabatnya. Sedangkan, Namia berusaha untuk tetap tegar. Dia kecewa tapi dia harus memastikan langsung apa benar itu semua.
"Enggak papa, Ta. Makasih ya hari ini udah diajak jalan-jalan aku sama Kaylanya. Dan juga kamu udah ngasih tahu hal tersebut makasi banyak ya," ucap Namia.
"Maaf, Nam."
"Udah enggak perlu minta maaf terus aku enggak papa kok. Yaudah aku masuk ya udah malem. Kamu nyetirnya hati-hati loh nanti kalau udah sampai rumah kabarin aku biar aku tenang kamu baik-baik saja sampai rumah," ucap Namia tetap bisa tersenyum walaupun hatinya terluka.
"Iya, Nam."
"Yaudah aku turun dulu ya Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, dada ponakan ateu nanti kita main lagi ya," ucap Tita mengelus pipi Kayla. Namia tersenyum lalu menjawab, "Oke ateu ditunggu ya," ucap Namia menirukan suara anak kecil.
Setelah mereka berpamitan. Tita melajukan mobilnya. Namia masuk ke dalam rumahnya. Sampai di dalam rumah, mereka sedang makan malam.
"Assalamualaikum," ucap Namia. Saat Namia ingin bersalaman kepada suami Dan Ibu mertuanya dia langsung saja diintrogasi. Namia berusaha paham karna dia main juga terlalu lama. Tapi, semakin mereka bertanya malah semakin menyudutkan Namia.
"Dari mana kamu jam segini baru pulang?" tanya Arya tanpa memandang Namia.
"Aku habis jalan sama Tita, Mas. Lagian aku kan juga udah bilang sama kamu Dan pamit sama Ibu," jawab Namia.
"Ya tapi kamu sadar dong ini jam berapa kamu pulang. Kamu main Dari pagi enggak puas? Jam segini baru pulang?" tanya Arya lagi dengan nada yang mulai meninggi.
"Iya maaf, Mas." Namia memilih mengalah saja. Dia sudah terlalu lelah hari ini apalagi dengan tamparan yang cukup menyakitkan hatinya.
"Dengerin kalau suami kamu bilang. Kamu itu perempuan masa keluar dari pagi jam segini baru keluar jangan-jangan kamu pergi sama cowo. Makanya perginya betah," ucap Ibu mertuanya.
"Astagfirullah, aku enggak kayak gitu. Aku udah bilang kalau aku pergi sama Tita temen kerja aku dulu."
"Kamu beneran pergi sama temen cewe kamu kan?! Jangan bilang kamu sekarang mulai macem-macem?" tanya Arya mengintimidasinya lebih deket.
"Kamu apaan sih, Mas. Kamu juga nuduh aku? Emang selama ini aku sering ke luar? Aku aja baru ke luar hari ini. Aku jarang ke luar-luar terus sekalinya aku ke luar kamu nuduh aku kayak gini?"
"Kamu Inget ya, Namia. Semua itu berawal dari kayak gini. Kamu aja sekali di lepas pulang langsung jam segini gimana aku bolehin terus ke depannya? Nanti kamu pulang subuh?" tanya Arya lagi.
Plak.... Namia langsung saja menampar pipi Arya yang lancang menuduhnya. Dia sudah menahannya Dari tadi.
"NAMIA! KAMU APA-APAAN NAMPAR ARYA! DIA SUAMI KAMU. KAMU MAU JADI ISTRI DURHAKA!" Septi langsung membentak Namia. Dia tidak terima kalau Namia lancang dengan anaknya. Arya hanya memegangi pipinya yang memerah.
"Ibu kenapa si selalu bela Mas Arya. Ibu tahu enggak sih kalau malah Mas Arya yang selingkuh sama wanita lain. Tapi, sekarang aku cuma main sama Tita aja Mas Arya tuduh aku selingkuh," ucap Namia lagi.
"Ngomong apaan sih kamu. Kamu malah balik nuduh aku?" tanya Arya dengan kesal.
"Nuduh? Kamu bilang aku nuduh?" Namia langsung mengambil foto-foto yang ditunjukkan Tita. Anaknya menangis kencang.
Mereka berdua melihat foto-foto yang dilempar oleh Namia. Kebetulan ada pembantu yang lewat Namia menyerahkan Kayla ke pembantunya.
"Bi minta tolong, Kayla dibawa ke kamar ya. Saya masih ada urusan di sini," ucap Namia.
"Baik, Bu." Kayla dialihkan kepada pembantunya. Pembantu mereka sudah biasa mendengar keributan seperti ini. Tapi, mereka bertahan karna sulit mencari kerja saat ini.
"Kenapa kamu cuma diem aja? Bener kan kamu punya wanita lain di luar sana. Ibu? Sekarang Ibu lihat kan gimana kelakuan anak Ibu di luar sana."
"Arya ini benar?" tanya Ibunya lagi. Mendengar Ibunya yang gantian bertanya kepada Namia seakan Namia merasa kali ini Ibu mertuanya membela dirinya.
"Arya jawab kenapa diam aja?" tanya Septi lagi. Dengan nada suara yang juga mengintrogasi.
"Iya, Bu." Namia menggelengkan kepalanya Tidak percaya. Dia kira Arya akan menampik dengan foto itu Dan Namua akan berusaha untuk tidak percaya. Tapi, apa suaminya malah mengakui itu.
"Bu tapi ini Arya lakuin karna Arya bosen sama Namia. Arya capek di rumah debat terus. Arya capek denger Ibu yang marah-marah terus minta anak laki-laki sedangkan Namia enggak bisa ngasih cucu laki-laki buat Ibu. Makanya aku cari wanita lain buat kesenangan aku. Lagian, Namia juga bakal jadi istri aku. Wanita itu cuma buat maim-main aja." Namia tidak percaya dengan jawaban Arya. Hatinya sakit mendengar hal tersebut. Bisa-bisanya mengatakan semudah itu.
"Mas kamu sadar enggak sih ngomong kayak gitu. Kamu enggak mikirin perasaan aku? Sakit, Mas kamu selingkuh dengan wanita lain. Apalagi kamu itu udah seorang Ayah. Gimana kalau aku yang selingkuh? Aku aja jalan sama Tita udah kamu kira selingkuh." Namia tidak kuat berbicara panjang lagi. Air matanya sudah cukup deras.
"Karna kamu perempuan! Mau jadi apa kamu selingkuh-selingkuh!"
"Bu. Ibu jangan diem aja dong, Bu. Ibu itu kan perempuan seharusnya Ibu bela aku. Gimana perasaan Ibu saat tahu suami Ibu selingkuh." Namia berusaha mencari pembelaan Dari Ibu mertuanya yang diam saja.
"Cukup, Namia!" Septi terdiam. Bagaimana pun Arya anaknya, dia harus tetap membela anaknya. "Ini juga semua salah kamu. Apa yang dikatakan Arya ada benarnya. Seorang istri itu memberikan kenyamanan untuk suami Dan menuruti kata suami. Wajar kalau Arya cari wanita lain di luar sana. Lagian, kamu juga enggak dicerai sama Arya jadi kamu enggak usah mendramatisir keadaan. Udahlah. Udah malem Ibu males debat terus. Selera makan jadi hilang." Namia semakin menangis kala Ibunya sama sekali tidak ada niat membelamya malah pergi begitu saja.
"Mas kamu itu keterlaluan."
"Udahlah gausah drama. Aku juga capek mau tidur." Arya juga meninggalkannya begitu saja.
"Mas! Mas!!!! Kamu itu apa-apaan sih." Panggilan Namia sama sekali tidak digubris oleh Arya. Namia menangis terduduk di lantai. Hatinya sakit, hancur. Bukan ini yang ingin dia dengar. Dia hanya ingin Arya sadar. Tapi, kenapa takdir begitu tidak adilnya dengan dirinya.
***Tbc ... aku mulai ada kesibukan aku target ada 5 komen aku baru lanjut ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan Dengan Luka
SpiritualMenjadi seorang istri dan Ibu yang bertahan untuk anaknya adalah sebuah pengorbanan, demi sang anak agar tetap mendapat kasih sayang kedua orang tuanya. Namia bertahan. Ujian yang selalu datang silih berganti membuat dirinya nyaris menyerah. Tapi, s...