Maksud Yang Baik

5.1K 248 0
                                    

"Mencoba mengambil sisi positif dari setiap keinginan yang dituntutnya."
***

    Karna Namia sudah berumur, keluarganya selalu was-was karna Namia belum menikah. Mereka takut kalau salah satu dari mereka tidak ada siapa yang akan mendampingi Namia nantinya.

  "Namia kamu kapan kamu menikah, nak. Abi ingin sekali menikahkan kamu dengan laki-laki yang akan menjadi suami kamu. Abu takut kalau nanti Abi dipanggil lebih dulu Dan Abi belum menikahkan kamu, nak," ucap Abinya kepada Namia. Namia yang mendengarnya jadi sedih.

  "Abi ngapain sih ngomong kayak gitu. Namia itu selalu doain Abi sama Umi biar panjang umur, sehat selalu sampai Namia menikah Dan punya anak jadi Abi jangan ngomong yang enggak-enggak deh, Namia jadi takut," ucap Namia mendekat ke Abinya Dan memeluknya. Mereka sedang menonton tv di ruang keluarganya. Selama Abangnya sudah menikah rumah memang jadi sepi.

   "Ya makanya kamu cepet nyari jodoh jangan kerja aja. Maafin, Abi ya dulu enggak bolehin kamu dekat dengan lawan jenis karna Abi takut kamu itu kenapa-kenapa makanya Abi suruh fokus sama sekolah Dan kuliah," ucap Abinya.

  "Abi si dulu ngancem Namia aneh-aneh sekarang enggak ada kan yang bikin Namia deket," ucap Uminya gantian.

  "Ya dulu Abi tidak mau anak perempuan Abi satu-satunya itu kenapa-kenapa. Apalagi sampai salah pergaulan. Makanya Abi sebisa mungkin menjaga Namia. Berangkat pulang Abi pastikan kalau Namia enggak deket sama laki-laki lain."

  "Ya sekarang jadi enggak ada yang bisa deket sama anak kita 'kan, Bi. Gitu Abi nyuruh buruan Namia nikah kan jadi beban juga di anak kita." Namia tersenyum melihat perdebatan kecil di keluarganya. Rumahnya seakan hidup jika sudah ada perdebatan. Mereka tidak saling marah hanya saling bertukar pikiran. Keluarganya marah saat mereka saling diam saja. Tapi, itu sangat jarang selama Namia hidup di keluarganya.

  "Wkwkw ... udah-udah. Umi Abi enggak salah kok. Lagian waktu itu juga lagi marak tetangga kita banyak yang hamil di luar nikah. Wajar, Abi enggak mau hal itu juga terjadi sama aku. Aku paham kok, Bi Dan aku enggak nyalahin Abi juga. Malah bangga, Abi bisa jagain Namia sampai segitunya. Enggak semua orang tua lho bisa menjaga anaknya, bukan tidak bisa tapi memang anaknya saja yang kadang sudah diperingatkan malah dilakukan. Jadi, Namia punya Abi yang selalu ingetin Namia, larang Namia disertai dengan alasan-alasan dulu membuat Namia mengerti," jelas Namia.

  "Tuh, Umi Namia aja paham maksudnya Abi. Abi ngelakuin itu karna Abi sayang banget sama Namia enggak mau Namia disakitin sama siapapun. Jadi, Abi harus memastikan benar-benar pasangan yang bakal jadi suami Namia. Dan juga tugas Abi enggak akan selesai loh Namia sampai kamu menemukan jodoh yang bener-bener dia itu baik, ngerawat kamu dengan sayang kayak Umi sama Abi Dan Abang kamu."

  "Aamiin, Abi. Umi juga enggak perlu marah kok kalau Abi nyuruh Namia cepet-cepet nikah. Dari dulu jika Abi menyuruh kita untuk suatu hal pasti baik. Umi juga gitu kan?"

  "Iya, nak. Masyaallah Namia. Putri kecil Ibu yang selalu nurut, patuh, bener-bener udah tumbuh jadi dewasa. Ibu selalu berdoa buat Namia ya, nak. Namia harus bahagia, cepet dapat pasangan. Tapi, kamu juga Inget jangan suka nolak kalau mau ada yang kenal dong biar bisa deket dulu."

  "Hehe ... kadang Dari awal udah enggak sreg, Namia jadi males mengenal lebih lanjut," ucap Namia lagi.

  "Huft ... kamu ini pasti gitu. Emang kamu enggak punya idaman laki-laki seperti apa yang pengen kamu jadiin suami gitu?" tanya Uminya lagi. Namia meletakkan telunjuknya di dahi sambil berpikir.

  "Hmmm ... enggak."

  "Kok enggak biasanya cewe itu punya tipe sendiri. Dulu Umi juga punya tipe kayak artis Korea kok eh malah dapetnya Abi." Umi pernah menempuh pendidikan di Korea jadi sedikit banyak mengetahui artis-artis Korea.

  "Haha ... ya enggak papa dong. Aku enggak ada tipe sih, Mi."

  "Kamu kalau nontkn drakor emang enggak pengen punya suami kayak gitu?" tanya Uminya. Uminya ini walaupun sudah berumur tontonanya juga drakor kalian jangan salah. Bahkan drakor-drakor baru biasanya Uminya ini lebih tahu duluan.

  "Enggak, Umi. Soalnya Namia sadar enggak bakal bisa dapet. Jadi, mau kayak Abi aja deh tipenya."

  "Nah iya Bagus itu. Abi kan ganteng yakan, Nam." Mereka tertawa dengan kepedean Abinya.

  "Hahaha ... iya Abi ganteng banget."

  "Apa kalau kamu enggak bisa cari kita jodohin aja deh, Nam. Temen Umi tu banyak tahu yang mau sama Namia. Katanya Namia tuh cantik, baik Dan lain-lain."

  "Wkwkw ... nanti aja Umi. Oh iya udah malem, Mi, Bi tidur yuk besok aku kan kerja." Namia sudah mengantuk rasanya makanya memilih untuk beristirahat.

"Yaudah kita istirahat yuk." Abinya mematikan tvnya. Lalu, mereka menuju kamar masing-masing. Abi Dan Uminya masuk ke kamarnya. Begitupun Namia yang masuk ke kamarnya juga.
***

    Di sisi lain, Arya merasa kesal dengan Kakaknya. Dia selalu saja dibandingkan dengan Kakaknya. Kakaknya yang menjadi pemimpin perusahaan, kakaknya yang selalu dipuji. Dan kali ini kakaknya akan menikah dengan wanita yang pernah menjadi bagian Dari hidupnya.

     Tapi, mereka tidak tahu kalau wanita di depannya yang sedang mereka kenalkan adalah mantan Arya. Mereka semua sedang berkumpul di meja makan. Rayyan datang membawa perempuan yang akan diajaknya menikah.

    Rayyan memperhatikan saja wanita itu, benar-benar masih ada rasa dia dengan wanita itu. Mereka putus waktu itu karna Arya harus lama kuliah di luar negri sedangkan wanita itu tidak bisa ldr an.

  "Cantik, Rayyan. Kamu pinter pilih istri. Jadi, kapan kalian mau menikah? Ibu udah enggam sabar pengen ada yang nikah. Tadinya, Ibu pengen kalian berdua nikahnya bareng jadi pas punya anak kalian bisa bareng juga. Gendong cucu Dari kalian."

  "Secepatnya, Bu. Enggak usah bareng, Bu. Arya aja sampe sekarang belum ada cewe kelamaan. Nanti, aku sama Ratih enggak tahan," ucapnya bergurau. Arya sama sekali tidak berniat tertawa hanya ada kekesalan sepertinya Ratih sangat senang menikah dengan Kakaknya.  Seakan lupa dengan kisah masa lalu mereka.

  "Iyalah, Ibu juga enggak mau lama-lama kalau kamu bisa duluan ya Bagus. Biar cepet punya cucunya. Arya kamu jangan diem aja. Pikirin juga nyari istri," ucap Septi Ibunya.

  "Iya, Bu. Udah ah kalian lanjut aja makan aku udah selesai. Mau ada ketemuan sama temen. Pergi dulu ya. Sukses, Kak kalau mau nikah." Arya bangkit dari duduknya lalu menepuk pundak Rayyan. Dia melihat ke arah Ratih sekilas lalu pergi. Dia muak melihat wajah Ratih seakan tidak ingat dengan dirinya.

   Padahal, di sisi lain saat mengetahui Arya adalah adik Rayyan dia benar-benar terkejut. Untung saja Arya tidak membahas masa lalu mereka.
***

Tbc ... nungguin ya? Aku mau update tapi gaada yang komen habisan satupun makanya ga update kemarin. Kalau hari ini ada yang komen langsung next Bab. Kalau enggak ada seperti biasa. Nunggu mood .

See u!

Bertahan Dengan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang