"Pernikahan yang bahagia adalah harapaj semua pasangan yang menikah. Semua terasa indah di awal-awal menikah dan berharap semua akan tetap baik-baik saja ke depannya."
***Pernikahan yang dijalanin Namia serasa nyata. Walaupun, dia dulu menolak mentah-mentah Arya ternyata Arya tetap gencar mendapatkan dirinya. Perasaan cinta mulai tumbuh untuk Arya. Belum lagi Ibu mertuanya yang menerima dirinya dengan baik.
Sesekali Ibu mertuanya protective terhadap dirinya Dan calon buah hatinya. Tapi, Namia maklum semua orang tua pasti hanya menginginkan yang terbaik."Kamu udah berapa hari ngerasain pusing, mual lagi, Mia?" tanya Ibu mertuanya yang sedang memijit keningnya.
"Baru-baru ini, Bu. Pas ketahuan hamil beberapa Bulan enggak papa. Tapi, udah masuk Bulan ke empat malah sering mual pusing. Buat makan gaenak."
"Maklum kamu harus sabar. Ibu juga dulu pernah ngalamin kayak gitu. Lain kali kalau ada sesuatu langsung bilang aja sama Ibu. Arya kan kalau pulang kadang malam atau sore," ucap Ibu mertuanya. Tadi, dia benar-benar lemas sekali mau makan tetap merasa mual.
"Iya, Bu. Makasih ya udah mau direpotin sama Namia."
"Kamu enggak usah ngomong kayak gitu. Tadi, kalau Ibu ga buru-buru lihat kamu gimana?" tanya Ibu mertuanya. Tadi, Namia sempat nyaris pingsan Dan tidak ada orang untung saja Mertuanya itu ke dapur Dan melihat Namia.
"Namia kamu enggak papa?" tanya Arya yang baru datang dengan tergopoh-gopoh. Dia mendapat telephone Dari pembantu rumahnya kalau istrinya tadi hampir pingsan mau tidak mau langsung membuatnya pulang.
"Enggak papa kok, Mas. Tadi, aku cuma pusing aja. Kok udah pulang jam segini?" tanya Namia bingung padahal dia tidak mengabari apapun kepada suaminya.
"Aku ditelepon pembantu tadi kamu nyaris pingsan. Kata pembantu Ibu yang suruh telephone."
"Iya Ibu tadi nyuruh Bibi ngabarin Arya kalau kamu hampir pingsan. Ibu takut tadi ada apa-apa sama janin kamu makanya Ibu langsung telepon Arya," ucap Ibu mertuanya membenarkannya.
"Ah gitu makasih, Bu. Padahal, kamu bisa pulang nanti sore kok, Mas. Aku juga enggak papa."
"Iya tapi aku tetep aja khawatir," ucap Arya yang mengelus kepala Namia di sebelah kanannya.
"Makasih ya udah khawatir sama aku Dan calon anak kita."
"Wajar, Mia. Calon anak kamu kan yang bakal jadi cucu pertama kita. Kita bakal nunggu Dan jaga kamu banget supaya caloj bayi kamu lahir laki-laki dengan sehat Dan selamat," ucap Ibu mertuanya. Namia mengangguk Dan tersenyum. Melihat mereka perhatian dengan Namia benar-benar membuat Namia bahagia di Pernikahannya ini.
"Aamiin. Ibu enggak sabar ya nunggu anak ini lahir," ucap Namia lagi.
"Iyadong. Apalagi kamu akhirnya cepet hamil enggak kayak kakak ipar kamu itu ampe sekarang belum hamil. Itu karma karna enggak dengerin omongan Ibu buat berhenti kerja. Makanya sampe sekarang jadi belum hamil."
"Bu udahlah. Jangan bahas mereka. Nanti Namia jadi kepikiran sakit lagi. Kita sekarang ini fokus sama kesehatan Mia Dan calon anak kita. Gausah mikirin yang lain-lain ah," ucap Arya mengingatkan Ibunya. Arya cuma tidak ingin Namia jadi kepikiran.
"Oh iya. Maaf ya Mia bukan berarti Ibu benci. Engga kok, cuma Ibu tu khawatir aja sama kamu takut kayak kakak ipar kamu. Ibutu sayang sama kamu.""Iya, Bu. Mia paham kok. Mia akan berusaha untuk dengerin masukan Ibu buat jadi pembelajaraan buat Mia."
"Nah gitu dong bagus. Menantu Ibu satu ini emang enggak diraguin lagi." Mia tersenyum dengan pujian Dari Ibu mertuanya. Diterima oleh keluarga besar laki-laki adalah dambaan semua perempuan setelah menikah.
Laki-laki mudah diterima di keluarga perempuan tapi jarang keluarga laki-laki yang mudah menerima perempuan yang akan menjadi istri dari anaknya. Tapi, dengan begitu lakukan saja yang terbaik untuk menjadi diri sendiri dengan nyaman dan juga sebagai menantu yang baik. Tidak perlu berlebihan dan memaksakan untuk diakui, karna jika mereka sudah nyaman dengan kita pasti mereka akan dekat dengan sendirinya.
***Namia bahagia sekali, setiap mau tidur suaminya pasti akan mengelus perutnya. Belum lagi dengan gombalan-gombalan lainnya.
"Kamu tu pasti dulu banyak 'kan cewenya. Kata-kata kamu Manis banget," ucap Namia.
"Cuma dikit sih. Cuma kan tetep yang terbaik kamu," ucap Arya lagi. Namia berlagak seperti mau muntah dengan ucapan suaminya."Hahaha ... lagian kamu enggak usah cemburu kan sekarang udah jadi milik kamu seutuhnya."
"Idih ... idih. Udah ah capek dengerin ocehan kamu. Aku udab ngantuk mau tidur." Namia sudah ingin menidurkan dirinya dengan nyaman. Namun, Arya lagi-lagi mengusiknya.
"Ingat. Tadi katanya susunya mau diminum entar. Entar kapan lagi? Minum dulu baru boleh tidur."
"Huft ... akutu 'kan enggak suka susu."
"Kamu enggak kasihan sama calon anak kita? Dia butug gizi Dan nutrisi yang sehat Dari Ibunya. Masa cuma gara-gara kamu enggak suka anak kamu kekurangan gizi yang sehat," ucapnya lagi.
"Iya-iya ini aku minum susunya dulu," ucap Namia. Dia pun meminum susunya sampai habis.
"Nah gitu dong bagus. Yaudah sekarang baru boleg tidur," ucap Arya setelah mengelap ujung bibir Namia dengan tissue."Selamat malam suamiku...."
"Malam juga istri cantikku. Have a nice dream," ucap Arya lalu mengecup kepala Namia. Arya tidak langsung tidur dia mengelus kepala sang istri sampai tertidur. Selama hamil Namia memang sangat manja, dia tidak akan tertidur jika tidak dielus lebih dulu..
Setelah sejam kemudian, Namia dirasa sudah tertidur. Arya pun ikut tidur di samping istrinya. Seringkali dia masih mengingat kakak iparnya sekaligus mantan pacarnya. Tapi, dia langsung menghempaskan pikiran itu. Dia lebih baik. Dia akan memiliki anak sebentar lagi. Dan dia akan menunjukkan penyesalan wanita itu karna telah menikah dengan kakaknya.
Arya belum move on sepenuhnya. Tapi, kadang kala melihat Namia juga membuatnya happy. Apalagi sedang mengandung anaknya. Semoga anaknya kelar lahir laki-laki Dan bisa mewarisi seluruh kekayaan keluarganya. Apalagi kakaknya belum memiliki anak.
Pikiran licik itu membuat Arya mengantuk. Dia pun mulai terlelap disamping Namia.
***Tbc ... jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan Dengan Luka
EspiritualMenjadi seorang istri dan Ibu yang bertahan untuk anaknya adalah sebuah pengorbanan, demi sang anak agar tetap mendapat kasih sayang kedua orang tuanya. Namia bertahan. Ujian yang selalu datang silih berganti membuat dirinya nyaris menyerah. Tapi, s...