Gencar Mendapatkan

4.5K 227 4
                                    

"Banyak rata-rata orang hanya akan gencar mendapatkan sesuatu dengan usaha yang keras diawal. Namun, saat sudah mendapatkannya seakan semua biasa saja. Usaha keras yang pernah dilakukannya sirna dilupakan begitu saja.
Sama halnya saat mendapatkan seseorang untuk diajak hidup bersama. Gencar Mendapatkan di awal, namun diakhir sering diabaikan. Bahkan sering kali belum sampai diakhir, diawalan saja sudah mulai cuek dan enggan menghargai lagi satu sama lainnya."
***

Bukan Arya namanya jika dia menyerah karna diusir waktu itu. Dia akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Namia. Mendekati keluarganya adalah salah satu usahanya. Bahkan, dia rela mengalihkan kerjaannya ke karyawan lain hingga membuat mereka lebih banyak kerjaan.
 
  "Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Abinya Namia yang Ke luar gerbang dengan membawa tempat sampah. Arya baru turun dari mobilnya hendak masuk tapi ternyata dia sudah mendapatkan ocehan dari Abinya.

  "Sabar, Arya," batin Arya.

  "Mau berkunjung aja, Pak."

  "Waktu itu udah saya bilang jangan kesini-kesini lagi. Kamu udah bikin anak saya celaka."

  "Saya minta maaf banget, Pak. Tapi, saya serius saya menyes saya udah cari kemana-mana tempat tinggal Namia untuk meminta maaf tapi tidak pernah ketemu. Sampai akhirnya saya tahu saya akan berjuang, Pak. Untung mendapatkan maaf Dan juga ridho orang tua bapak untuk melamar Namia." Abinya Namia terlihat meremehkan laki-laki itu.

  "Muka kayak kamu sok-sok mau ngelamar anak saya. Pergi sana. Mau ngelamar anak saya hari kerja kayak gini kelayapan. Jangan bilang kamu cuma pengangguran! Kamu pikir pengangguran bisa bikin anak saya bahagia." Abinya tidak tahu kalau Arya ini pengusaha.

  "Pak saya tidak menganggur. Saya lagi izin saya dikerjaan. Sengaja untuk ke sini."

  "Halah. Kerja apa kamu emangnya?" tanya Abinya lagi.

  "Saya CEO perusahaan Chilips, Pak."

  "CEO? Halah bahasa kamu sok-sokan CEI. Dan kalaupun iya saya juga menolak kamu."

  "Loh kenapa, Pak? Saya beneran serius buat melamar anak bapak."

  "Pertama kalau saya percaya kamu ini seorang CEO pasti memang mulut-mulut seperti itu Manis untuk mendapatkan apa yang mereka mau karna menganggap harta bisa membuat keluarga kita melirik kamu iyakan?!"

  "Enggak kok, Pak serius." Arya menggelengkan kepalanya. Padahal, memang benar saat dia tadi sudah menjawab dengan sombongnya berharap Abinya lulus dengan kerjanya ternyata malah sebaliknya.

  "Halah. Kedua kalaupun saya enggak percaya kamu CEO bisa aja kamu cuma ngaku-ngaku kalau kamu itu aslinya sopir," ucap Abinya Namia dengan sarkas. Arya dengan tampilan seperti ini masih dibilang ngaku-ngaku sebagai sopir.

  "Maaf, Pak saya tidak bermaksud sombong tapi saya serius untuk melamar anak bapak."

  "Gimana saya bisa percaya sama orang kayak kamu. Anak saya aja enggak kenal, masa saya biarin anak saya menikah dengan orang yang tidak dikenal!"

Bertahan Dengan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang