"Apakah kebahagian ini benar-benar nyata?"
***Setelah Namia setuju menikah dengan Arya. Acara pernikah pun langsung dilaksanakan. Kini sudah sebulan Namia menikah dengan Arya dan saat ini ia tengah mengandung anak dari Arya. Arya sangat menyayanginya setelah menikah. Keluarganya pun menerima baik dirinya. Apalagi setelah dia hamil sebulan setelah menikah.
"Namia kamu kan sekarang ini udah hamil, kamu masih tetep mau lanjut kerja?" tanya Ibu mertuanya. Mereka memang tinggal bersama saat ini. Ada kakak ipar dan istri kakak iparnya.
"Emmm ... niat aku sih gitu, Bu. Nanti aku baru mau cuti pas waktu mau melahirkan aja," jawab Namia.
"Aduh resiko banget, Mia kalau kamu hamil masih kerja. Kenapa kamu enggak resign aja? Gaji suami kamu udah cukup kan untuk kebutuhan. Kalau kamu enggak kerja Mama bisa mantau kesehatan kamu," ucap Ibu mertuanya.
"Aku bakal jaga kandungan aku dengan baik kok, Bu."
"Dulu Ratih juga ngomongnya gitu, Mia waktu masih baru-baru nikah. Kerja aja yang dipikirin. Ibu bolehin tapi malah....."
"Uhuk ... uhuk...." Ratih yang tadinya diam fokus pada makanannya puj tersedak karna namanya terbawa. Namia dengan cepat memberikan minum kepada Ratih, Ratih pun menerimanya dengan baik.
"Minum, Mbak," ucap Namia lagi.
"Makasih, Mia," jawab Ratih setelah minum.
"Mia. Ibu itu juga enggak mau keras kepalanya Ratih dulu kamu ikutin. Ratih dulu keras kepala kerja pas hamil. Akhirnya keguguran malah belum punya anak sampe sekarang," sindir Ibu mertuanya. Ratih hanya diam saja. Apa yang dikatakan Ibu mertuanya memang benar, jadi dia hanya bisa menerima. Walaupun, rasanya sakit Harus disindir di depan adik iparnya Dan juga Arya.
"Maaf, Bu," ucap Ratih akhirnya. Namia merasa tidak enak akan hal itu jadinya.
"Sayang mending kamu dengerin apa kata Ibuku aja. Kita kan juga baru menikah, saran Dari orang tua kan perlu. Lagian apa kata Mama juga bener. Aku bakal ngasih apapun yang kamu butuhin, jadi kamu enggak usah kerja lagi mulai sekarang. Pikirin kesehatan anak kita Dan kamu aja," ucap Arya lagi. Namia yang mendengar itupun menjadi bimbang. Tapi, mendengar Mbak Ratih yang keguguran karna kerja mungkin apa kata Ibu mertuanya benar.
"Emm baik, Bu. Aku bakal resign Dari kerjaan. Kalau memang itu yang terbaik untuk kita," ucap Namia. Namia memang selalu menurut jika hal-hal itu memang yang terbaik.
"Tuh dengerin, Ratih. Namia aja ga pake pikir panjang langsung mau resign. Kamu dulu udah Ibu bilang berapa kali buat resign. Kalau udah keguguran aja resign. Sampe sekarang malah belum punya anak," ucap Septi Ibu mertuanya.
"Maaf, Bu. Ratih mau pamit ke kamar dulu. Ratih udah selesai makanya."
"Tuhkan baru aja diingetin malah ngambek. Bukan mikir. Gitu tu Mia. Ratih tu Dari dulu pasti keras kepala kalau Ibu bilangin. Makanya kamu nanti jangan kayak gitu, nurut kata-kata Ibu. Biar lahiran kamu nanti lancar bisa dapet anak cowo, buat Ibu."
"Apapun anaknya Namia akan selalu bersyukur kok, Bu," jawab Namia.
"Hmmm ... tapi cowo lebih baik. Yaudah Ibu mau ke rumah temen dulu mau siap-siap arisan." Ibu mertuanya yang sudah selesai makan pun pamit kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan Dengan Luka
SpiritualMenjadi seorang istri dan Ibu yang bertahan untuk anaknya adalah sebuah pengorbanan, demi sang anak agar tetap mendapat kasih sayang kedua orang tuanya. Namia bertahan. Ujian yang selalu datang silih berganti membuat dirinya nyaris menyerah. Tapi, s...