Pasrah

4.7K 226 0
                                    

"Jika ada pilihan lain lebih baik tidak memilih ini dari awal."
***

      Hari sudah malam. Arya tidak bisa sampai larut malam. Besok adalah Pernikahan kakaknya.

  "Ya! Ayo pulang kakak lo udah nelpon gw nih lo suruh pulang. Hp lo kenapa enggak dinyalain aja sih. Bikin jadi gw yang diteror," ucap Fahmi yang menghampiri Arya yang masih duduk mengamati jalan seperti orang bodoh.

  "Yaudahlah. Berarti emang tu cewe rumahnya enggak daerah sini. Mau gimana lagi."

  "Udah gw bilang Dari awal tapi lo enggak mau denger. Dah ayo lanjut mesen pesawar ke Bali. Keluarga besar lo udah di sana semua," ucap Fahmi.

  "Ya." Arya pun dengan lemas akhirnya menyerah. Mereka pulang ke rumah sebelum akhirnya menuju ke Bandara untuk melanjutkan perjalanan ke Bali.
***

  Di sisi lain, Namia sudah rindu dengan keluarganya. Besok pagi adalah pelatihannya terakhir di luar kota. Tiap jam pasti Abi Dan Uminya telepon mengingatkan makan, solat Dan lain-lain. Namia tidak pernah marah karna banyak anak pasti menginginkan diperhatikan oleh keluarga.

  "Kita beli oleh-oleh dulu yuk. Besok kita kan pulang," ucap temannya Tia.

  "Huft capek banget."

  "Percuma kita udah jauh-jauh ke Bali full kegiatan pas dapet waktu free sebelum pulang kita enggak beli oleh-oleh. Lagian kasian anak gw juga, Nam. Lo belum punya anak makanya enggak paham rasanya. Makanya buru deh nikah," ucap Tia.

  "Ck lo tu ya. Yaudah ah ayo," ucap Namia. Selalu saja temannya itu menyinggung masalah nikah. Belum orang tuanya ditambah Tia. Namia pun akhirnya mengikuti Tia untuk berbelanja sebelum mereka pulang.
***

     Keesokan harinya Namia berangkat ke Bandara. Mereka semua sudah siap. Tinggal menunggu kedatangan mobil yang mengantar mereka. Sambil menunggu tiba-tiba ada yang menganggilnya.

  "Kamu....." Namia menoleh. Karna memang dirinya yang dipanggil.

"Kamu aku cari kamu beberapa hari ini," ucap orang itu. Awalnya Namia tidak tahu siapa laki-laki itu sampai akhirnya ternyata laki-laki itu yang menabraknya waktu itu.

  "Kamu. Kamu kan yang waktu itu nabrak saya. Ngapain kamu di sini!"

  "Saya cari kamu selama ini."

  "Ngapain cari saya. Udah pergi sana. Saya mau pergi."

  "Saya Arya." Arya langsung saja menyodorkan tangannya.

"Dih. Saya enggak nanya nama kamu ya! Sana minggir."

  "Namia, pulang kita ditunda katanya. Ada urusan yang harus dikerjain lagi." Tia tiba-tiba datang menghampirinya.

  "Loh kan udah selesai semuanya katanya."

  "Bos nyuruh ada tambahan kerja lagi. Btw siapa nih, Nam ganteng banget?"

  "Kenalin saya Arya temennya." Namia melotot.

"Apa-apaan kita enggak kenal! Enggak usah sok kenal."

  "Namia kamu tu punya temen ganteng gini kok diem-diem aja. Pantesan aja ya kamu jarang mau dikenalin ternyata udah punya pacar to."

  "Tia. Enggak usah aneh-aneh deh. Udah ah. Katanya enggak jadi balik kan ini ke kamar kita lagi gak?"

  "Iya ke kamar kita lagi."

  "Yaudah ah aku mau ke kamar duluan." Namia kesal dibilang pacaran dengan laki-laki itu. Padahal, dia kesal setengah mati dengan pria sombong itu.

  "Eh ... eh. Namia ini temen kamu loh kok kamu tinggalin."

  "Bodoamat. Tia buruan ke kamar atau kamu enggak usah sekamar sama aku," ucap Namia kesal. Lalu, berlalu begitu saja.

  "Maafin temen saya, Mas emang gitu orangnya yaudah saya pamit dulu."

  "Bentar-bentar boleh minta alamat rumahnya, Namia enggak." Tia mengerutkan keningnya curiga.

  "Gini, Mbak temen saya ini suka sama Namia cuma karna enggak mau lewat jalur pacaran mau langsung nemuin keluarganya. Tapi, Namia enggak pernah ngasih tahu," ucap Fahmi yang berusaha menghilangkan tanda tanya Tia. Dia untung saja mendengar temannya memanggil wanita itu dengan Namia.

  "Emm ... maaf, Mas berarti kalian belum kenal beneran ya. Maaf kalau gitu. Saya enggak ada hak buat ngasih tahu. Permisi." Tia langsung saja pergi dari sana.

  "Ehh ... Mbak ... Mbak...." Tia tidak menggubrisnya tetap pergi tanpa memberitahunya.

  "Yah ... yahhh dia enggak ngasih tahu. Padahal, gw udah berusaha sopan buat dapetin itu demi lo. Jadi, itu cewe yang lo suka."

  "Hm...."

  "Lesu banget muka lo. Sabar. Tapi, ya Mayan lah cakep juga."

  "Mata lo gw tusuk ya."

  "Hahaha...." Fahmi hanya tertawa saja mendengar ancaman Dari temannya.

  "Cari tahu bosnya minta identitas dia lengkap sama alamatnya. Urusan ini gw serahin ke lo. Nanti, setelah balik ke Jakarta lo harus udah tahu rumah dia," ucap Arya memerintah Fahmi. Dia lantas berlalu begitu saja setelah menepuk pundak Fahmi.

  "Ehhh ... ehhh, Ya! Lo kebiasaan banget sih kalau merintah-merintah. Azzz...." Fahmi mendengus kesal. Lantas dia pun menyusul Arya. Kalau sudah begini pasti Arya tidak mau dibantah perintahnya.
***

  Di sisi lain, Namia kesal harus bertemu dengan laki-laki itu lagi. Padahal, dia sudah bersumpah tidak akan lagi bertemu dengan laki-laki itu.

  "Ngapain sih tu orang ada di sini lagi. Kenapa juga aku harus ditemuin cowo kayak gitu. Ketemu sama artis Korea kek," ucap Namia kesal saat sudah masuk ke dalam kamarnya lagi. Beberapa saat kemudian Tia masuk ke dalam.

  "Astaga, Namia enggak biasanya naro sepatu, tas berantakan," ucap Tia melihat kamar mereka berantakan.

  "Ya namanya juga lagi kesel. Entar kalau udah enggak kesel juga aku taruh tempatnya."

  "Gara-gara cowo tadi?" tanya Tia lagi.

  "Iyalah. Gara-gara siapa lagi. Mood aku berantakan gara-gara liat dia."

  "Emang dia siapa? Dia kenal kamu kok kamu enggak."

  "Dia itu yang nabrak aku pas malem-malem bukannya tolongin langsung aja dia nyerca pake harga. Kesel sama orang yang menggampangkan sesuatu dengan uang," ucap Namia lagi.

  "Ya kelihatan sih emang dia kayaknya orang punya juga."

  "Halah orang punya kalau enggak ada Attitude ya sama aja zero!"

  "Hati-hati loh, Nam. Jangan benci-benci banget sama cowo nanti jadi jodoh kamu loh," ucap Tia menggoda. Namia seketika merinding mendengar ucapan Tia.

  "Idih amit-amit banget deh! Jangan sampe," ucap Namia menolak mentah-mentah.

  "Ya makanya kalau sebel sama orang jangan sebel banget. Nanti kalau jodoh gimana?"

  "Halah udah ah kamu diem. Aku mau tidur. Enggak usah ngomong aneh-aneh juga," ucap Namia. Tia hanya tertawa lalu membiarkan Namia tertidur.

    Namia belum sepenuhnya tidur. Dia benci sekali bertemu dengan laki-laki tadi. Segala Tanga namanya pula mau apa coba. Lagian, sok kenal banget!

   Beberapa menit hatinya kesal pun akhirnya dia bisa tertidur pulas di kasur. Tia entah ke mana temannya itu. Sedangkan, Namia sudah melanjutkannyaa ke Alan mimpinya.
***

Tbc ... jangan lupa vote and commenya. Kalian kenapa tiba" sepi lagi 😣😣 ramein dong buat mood aku....

Bertahan Dengan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang