Bab 19 – Bagaimana Jika Kau Memilihku?
(Nathan)
Ke luar dari rumah sekarang, adalah masalah besar. Terutama ketika semua orang menggosipimu dan melihat layar televisi di mana terpampang jelas namaku serta foto diriku bersama seorang wanita. Di depan mansion, berciuman di bawah cahaya bulan. Tentu itu akan menjadi kenangan yang indah andai aku tidak mendaftarkan diri sebagai calon walikota.
Atau bahkan jatuh cinta pada wanita yang sudah menikah.
Ini memang perkara yang mudah, tetapi bagaimanapun aku harus menghadapinya. Meski resikonya aku sudah menghancurkan sosokku di mata publik, setidaknya dengan bantuan Aaron—asisten Marianne—aku bisa ke luar dari rumah dan menghindari perdebatan dengan Marianne.
Aaron mengantarku dengan mobil pribadi, menuju sebuah rumah sakit yang dimaksud. Kututup wajahku rapat-rapat dengan masker sekali pakai, dan berjalan melewati meja resepsionis, kemudian masuk ke dalam lift yang terbuka. Menekan tombol yang menuliskan angka tiga, lalu berserah pada nasibku selanjutnya.
Aneh sekali rasanya aku mau-maunya menuruti perintah si Tuan Alexander itu untuk datang kemari. Yah, aku akhirnya datang juga, terutama mendengar Cheryl mengalami kecekalaan tepat setelah dia pulang dari mansionku. Rasanya seperti terlalu kebetulan saja.
Ting! Suara bel lift mengejutkanku dan seketika pintu besinya terbuka. Memberiku pemandangan lorong putih yang agak sepi. Aku bisa mendengar suara para petugas medis saling berbincang di meja resepsionis lantai ini, tetapi selain itu tak ada lagi suara yang meramaikannya.
Di ujung lorong, sebuah pintu kaca terbuka yang mengarah pada balkon rumah sakit, aku bisa melihat suasana siang yang agak gelap dengan langit berwarna abu. Tak jauh darinya, aku melihat sosok si Tuan Alexander yang sudah lama tak kulihat sejak pertemuan kami di sebuah supermarket. Dia hanya duduk sendirian di salah satu bangku yang diletakkan di pinggir. Seolah sedang memikirkan sesuatu.
Dengan gugup aku tetap memutuskan untuk menghampirinya. Bersiap pada hal terburuk yang mungkin terjadi.
Tuan Alexander sepertinya memiliki kepekaan yang cukup tinggi. Kami hanya berjarak sepuluh kaki sekarang, dan Tuan Alexander langsung menoleh, menyadari kehadiranku. Aku sempat tersentak dan berhenti kala tatapan kami bertemu, tetapi anehnya aku tidak merasakan aura intimidasi seperti yang kuduga.
Aku semakin bingung bagaimana menghadapi suami dari Cheryl.
“Dia menunggumu,” kata Tuan Alexander memulai pembicaraan. Tak ada senyum. Tak ada salaman. Tak ada sambutan hangat.
Hanya tatapan datar, tak bermakna yang kudapat.
Kuteguk air liurku sendiri, “Bagaimana keadaannya?”
Tuan Alexander hanya mengangguk, “Dia baik saja,” katanya. “Beberapa tulangnya patah. Dokter sempat menjahit perutnya sebab ada semacam kaca yang tak sengaja menusuknya.”
Aku sungguh berusaha bersikap normal saat itu, namun mendengarnya langsung seperti ini membuatku ingin mual saja. Dia pasti kesakitan, Tuhan. Kenapa … kenapa harus Cheryl mengalami ini semua?
“Kau sungguh mengizinkanku untuk menjenguknya?” tanyaku ragu menunjuk pintu.
Aku tidak akan bertanya apa lelaki ini sudah tahu apakah istrinya masuk berita media besar-besaran pagi ini, karena mencium seorang calon walikota di tengah malam. Siapapun akan mengira-ngira kami berbuat yang tidak-tidak. Walau itu memang terjadi.
“Ya, aku memang ingin kau menjenguknya,” jawab lelaki itu.
Keningku berkerut, “Apa maksudmu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Replacing Husband (TAMAT) | 1.3
Romance"Aku ingin Nathan dan Cheryl tidak pernah bertemu dan ... dan biarkan aku menjadi suami Cheryl ...." Sebuah Cerita dari Dunia FIRST . . . . . . . Axelyon Alexander tidak puas dengan kehidupan pernikahan miliknya. Istrinya pemarah dan selalu membuat...