Bab 21 – Bagaimana Aku Membenci dan Berterima Kasih Atas Hidup Ini
(Axelyon)
Status Garis Waktu: Normal, dua minggu kemudian
“Menurutmu aneh kalau tas yang harusnya kubawa ke bandara malah dibawa petugas pembantu pindahan rumah kita?” tanya Cheryl ketika kami berdua sama-sama menunggu penerbangan Chicago hari itu.
Kami harusnya berangkat sejak satu jam lalu, tetapi ada masalah penerbangan dan cuaca, sehingga harus ditunda sementara waktu. Menyebabkan aku dan Cheryl harus terperangkap di kursi tunggu bersama penumpang lainnya.
Aku mengangkat bahu menjawab pertanyaan Cheryl tadi, “Mungkin mereka melakukan kesalahan.”
Bibir wanita itu mengerucut, “Rasanya aneh tidak membawa apa-apa ke bandara,” katanya. “Walau tas itu tetap sampai ke Chicago, semua barang pribadiku untuk penerbangan ini ada di sana semua,” keluhnya lagi.
Aku melihat orang-orang berjalan membawa kopernya dari ujung bandara sampai ke ujung lainnya. Aku bisa menemukan sosok penjaga keamanan yang memperhatikan dengan teliti di sekitar bandara serta para pengunjungnya. Kuembuskan napasku perlahan dan menoleh ke sampingku kananku di mana ada sepasang suami istri yang tengah menghibur bayi mereka yang kutebak baru berumur satu tahun.
Mereka memberikannya mainan. Mengecup kepalanya. Memujinya dengan panggilan lucu.
Sampai kemudian bayi itu mendapati tatapanku dan dia hanya tersenyum memamerkan dua gigi kelincinya. Bayi yang beruntung pikirku.
Apa kelak aku bisa merasakannya? Menjadi sosok ayah sekaligus suami yang dicintai? Jawaban mudahnya ada pada sosok wanita yang duduk di sebelah kiriku.
“Cher,” panggilku.
Wanita itu menoleh, “Ya?”
Belum sempat aku mengatakan yang selanjutnya suara pengumuman menginterupsi kami. Seorang wanita salah satu staff memberitahu para penumpang penerbangan ke Chicago pukul sepuluh pagi ini, untuk segera bersiap.
Kurapatkan bibirku dan memejamkan mataku sejenak. Waktuku tidak banyak.
“Lyon, ada apa?” tanya Cheryl lagi.
Aku menjawab, “Kau membawa tiket penerbanganmu, ‘kan?”
Wanita itu mengangguk dan mengulas senyum.
Nah, di detik inilah hidupku mau tidak mau akan berubah. Terbang ke Chicago bersama Cheryl. Memulai hidup baru di sana. Membentuk keluarga. Memiliki seorang anak. Hidup dan tumbuh tua di sana.
Itu yang kuinginkan sejak awal pertukaran ini dimulai, ‘kan?
“Boleh aku lihat tiketmu sebentar?” tanyaku.
Tanpa ragu Cheryl memberikannya padaku. Mataku beralih pada kertas panjang yang menjadi penentu kehidupanku selanjutnya. Kehidupan yang sudah kutentukan sendiri sejak Cheryl memutuskan untuk tetap tinggal denganku apapun yang terjadi.
Betapa beruntungnya. Bagai mimpi yang menjadi nyata.
“Lyon, sebentar lagi penerbangannya …,”
“Cher, dengarkan aku,” potongku secepatnya.
Kutatap wanita itu dan rasanya dadaku berdenyut dengan cara yang tak kusukai. Pikiranku berputar dengan berbagai memori. Tentang bagaimana dulu aku bertemu Cheryl. Bagaimana konyolnya aku saat itu. Bagaimana sakitnya aku melihatnya memilih Nathan ketimbang aku.
Kemudian entah dari mana Laura muncul dalam pikiranku. Bagaimana dulu ia sering mengajakku menonton film. Mengganggu waktu luangku hanya untuk menemaninya maka crepes. Menikah dengannya. Malam di mana ia ingin bercerai denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Replacing Husband (TAMAT) | 1.3
Romance"Aku ingin Nathan dan Cheryl tidak pernah bertemu dan ... dan biarkan aku menjadi suami Cheryl ...." Sebuah Cerita dari Dunia FIRST . . . . . . . Axelyon Alexander tidak puas dengan kehidupan pernikahan miliknya. Istrinya pemarah dan selalu membuat...