#8

2.4K 33 8
                                    

Café Coffe

CLOSE

“Dasar Gila!!” desah Moon kesal. DASAR GILA. Dasar gila. Hanya kata-kata itu saja yang keluar dari mulutnya sepanjang perjalanannya menuju ke Café Coffe. “Esrrrp…sepertinya otaknya benar-benar bermasalah?! Kenapa belakangan ini ia makin aneh sih…Arrrghhh!!!” Moon memiringkan kepalanya sambil mengacak-acak poni rambutnya.

“Kau juga semakin aneh Moon…” tepuk seseorang pada pundaknya dari arah belakang. Moon terlonjak dan menolehkan kepalanya. “Kenapa tidak langsung masuk?”

“Bosss….” Moon tersenyum melihat wanita cantik itu akhirnya membukakan pintu, masuk kedalam Café yang diikuti oleh Moon.

“Moonnnn!! Lama tidak bertemuuu…” serbu teman-teman Moon ketika masih menjadi pelayan Café. Mereka langsung saja saling berpelukan melepas rindu. Sang Bos hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku para pekerjanya yang sudah saling mengangap satu sama lainnya adalah anggota  keluarga sendiri dan meninggalkan mereka menuju ruang kerjanya. Moon  melepas bayangan Bos nya itu sesaat sebelum kembali asyik bercengkrama dengan yang lainnya. Café masih sepi, dan mereka memang baru saja bersiap memulai hari.

“Apa kau sudah makan?” tanya kepala chef  menyambut kedatangan Moon. “Aku punya resep baru, kau mau mencobanya?” tanyanya lagi tersenyum dengan kedua tangannya yang penuh dengan panci dan spatula.

“Hooo…sekarang aku sangat-sangat-sangat kelaparan. Beri aku makan paman….” Moon memasang muka memelas teringat sedari pagi perutnya hanya diisi dengan berliter-liter air mineral dan selembar roti.

“Baiklah…kau duduk manis saja disini. Hari ini kau adalah tamu special pertama kami…” kepala chef menarik kursi disamping Moon dan mempersilahkannya duduk. “Hei…dengar semua! Jika kalian tak ingin dipecat…layani nona ini dengan baik karena ia sangatlah cerewet…” kepala chef menginstruksikan kepada semua yang ada, yang disambut dengan posisi hormat oleh semuanya dan kemudian disusul tawa yang berderai keluar dari semuanya tak terkecuali Moon. Sementara menunggu hidangannya datang, Moon hanya terduduk memandangi teman-temannya sibuk membersihkan café dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ia sudah mencoba membantu, tapi berulangkali ia didorong kembali ke kursi nya. “Hidangan siapppp…” kepala chef keluar dengan sesuatu ditangannya.

“Apa ini? Ramyun??” tanya Moon menatap masakan dalam mangkok super besar yang masih mengepulkan uap panas.

"Hm…dengan ekstra bubuk cabe, daun bawang, dan seafoods kesukaan mu. Ayo coba…” sang chef yang duduk dihadapan Moon menggerakkan kepalanya menyuruh Moon untuk mulai menyantap mie berkuah merah itu segera.

“Baik lah…selamat makannnnn!!!!” Moon menggosokkan batang sumpit agar terpisah dan mulai memasukkan mie kedalam mulutnya. “Whoaa…ini enak sekali, slurrrrppp…” Moon mengangkat mangkok dan menghirup kuahnya. Moon menatap kepala chef, air matanya menetes.

“Apa benar seenak itu sampai kau menangis?” tanya kepala chef ketika melihat reaksinya.

“Ini benar-benar enak…” Moon membuka mulutnya, “dan benar-benar pedas…” sautnya lagi sambil mengibaskan telapak tangannya ke depan mulutnya.

“Hahaha…mungkin aku harus mengurangi sedikit cabe nya.”

“Tidak…tidak…kau hanya perlu membagi level kepedasannya dalam daftar menu dan biarkan tamu yang memutuskan apa yang mereka inginkan.” Moon menegak kuah terakhir dalam mangkoknya dan kemudian meneguk es green tea nya. Punggung tangannya melap kening yang basah oleh keringat.

“Ah~ benar juga. Akan aku bicarakan dengan Bos.” Kepala chef tersenyum puas.

“Terimakasih atas ramyon nya. Sekarang aku akan menemui Bos dulu…” Moon bangkit dari duduknya, “lain kali kau harus membuatkan aku hidangan yang lainnya. Kau jenius chef…” tanpa ragu Moon langsung mengecup pipi sang chef. Pria tua itu tersenyum senang. Baginya Moon sudah seperti putrinya sendiri, begitu pula sebaliknya...bagi Moon pria itu sudah seperti ayahnya.

Walks to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang