#3

2.7K 39 5
                                    

Moon merentangkan kedua tangannya di udara dan kemudian menariknya keatas kepala. Ia menarik nafas panjang-panjang dan menahan perutnya baru kemudian menghembuskannya perlahan. “Heiz…mengingatkan orang itu membuatku terbakar”. Satu…Dua…Tiga…ia membungkukkan tubuhnya berulang-ulang. Empat…Lima…Enam…lalu memutar tubuhnya ke kanana dan …”Hooo!!! Kau membuatku hampir mati karena terkejut, Tuan Star!!” Moon refleks mundur selangkah ke belakang dan punggungnya langsung tertahan pagar pembatas balkon, kalau tidak ia pasti sudah terjun bebas dari lantai 20.

“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Star sudah dengan pakaian rapi.

Apa yang sedang ku lakukan?? Apa dia tidak liat!!! “Olahraga. Demi kesehatan. Apa kau tak tahu!” jawab Moon sewot. Ia sudah memutuskan akan menjadi seorang pemberontak pada penindasan dan kesewenang-wenangan majikannya itu. Star tersenyum kecil, lebih pada sebuah senyum yang ia tahan. “Sudah berapa lama kau berdiri disitu?” tanya Moon teringat beberapa gerakkan yang tidak-dalam-posisi-bagus.

“Ehmm…sudah cukup lama. Cukup membuatku merasa sehat pagi ini.” Star memasang wajah menggoda.

“Kau ini!!” suara rendah Moon sambil membuang pandangan ke luar, pada pemandangan danau dan rerumputan di area apartmen.

“Apa kau sudah merasa terbakar oleh ku?” goda Star yang ternyata mendengar perkataan Moon untukknya. “Memangnya kau tahu arti ucapanmu itu?” lanjutnya lagi.

“Hah?” Moon merasakan wajahnya wajahnya memanas.

“Ah~ benar-benar terbakar rupanya…” disambut gelak tawa Star yang kali ini tak bisa ia tahan. Entah lah, ia merasa sangat senang menggoda Moon.

Moon cepat-cepat menangkupkan kedua telapak tangannya ke pipi sambil bergegas masuk ke dalam.

DOKIDOKI DOKIDOKI…

Ponselnya berdering. Moon bergerak mengambil ponselnya yang tergeletak disebelah laptopnya. Sekilas ia memandang laptopnya yang terbuka. Gara-gara panggilan majikannya semalam untuk membuatkan masakan, ia sampai lupa menuliskan semua ide-ide yang bersarang di otakknya waktu itu hingga akhirnya setelah pulang dari apartmen majikannya itu, yang ada adalah rasa kantuk dan ia jatuh tertidur di sofa.

“Hallo?” suara Moon menjawab panggilan disebrang line tak tahu siapa yang sedang mencoba menghubunginya itu.

“Jadi kapan kau akan datang membersihkan apartmenku karena aku sudah tidak tahan dengan debu yang sudah menempel 5 centi.” Moon langsung mengenali suara itu. Majikannya. “Ah…dan aku mau sarapanku, NOW!” jerit Star hingga membuat Moon menjauhkan ponselnya dari telinga.

Star sedang menatap lama Moon yang bergerak kesana-kemari menarik vacuum cleaner. Ia tak habis pikir bagaimana ia bisa begitu tertarik pada gadis yang mengikat rambutnya dengan sembrono dan hanya mengenakan kaos oblong dan celana training.  Tingginya sekitar 162 cm, ehm…berat badan 43 kg, rambut lurus-meski acak-acakan-tapi mengkilap, wajahnya imut-bisa-bisa salah mengira dengan usianya yang sudah 25, perangainya..heeh, seperti bola yang akan membal kesana-kemari membuat orang senang memainkannya. Dan, ah…ketika bernyanyi suaranya sangat menghangatkan hati. Star mengalihkan pandangannya gugup saat Moon memergokinya sedang menatapnya.

“Apa!” Moon menghentikan kegiatannya dan membulatkan matanya. “Kau pasti sangat senang kan…!”

Haa…matanya juga sangat indah. “Tentu saja…” Star meneguk susu dingin yang disediakan oleh Moon, dan kemudian menyambar roti panggangnya.

“Tunggu saja, giliranku…” desah Moon penuh kemenangan.

“Apa?” tanya Star tak mengerti

Walks to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang