#15

2.2K 26 7
                                    

Moon bangun dari baringnya. Setelah kejadian sore tadi bagaimana mungkin ia bisa tidur dengan damai. Bahkan sekedar untuk memejamkan mata saja rasanya ia tak sanggup. Baru mencoba mengatupkan kelopak matanya saja ia kembali teringat akan apa yang telah terjadi. Dengan geram, Moon mengacak-acak rambutnya yang tergerai dan mulai memainkan lampu tidur disamping sofa tempatnya berbaring selama ini. Sejenak ia termenung mengingat apa yang telah ia alami. Tentang Rocky, tentang Cloud juga tentang Star.

Moon menatap kearah pintu. Malam ini, Star tak ke ruang kerjanya yang telah berubah menjadi kamar tidur Moon. Moon menarik nafas dalam-dalam. Ia masih bisa merasakan genggaman tangan Star pada pergelangan tangannya yang tak juga ia lepaskan mulai dari area taman hingga akhirnya mereka berada di dalam apartment. Moon mengusap pergelangan tangan kirinya yang tadi digenggam erat. “Kenapa dia yang merasa kesal sih…” dengus Moon kembali menatap kearah pintu.

Perlahan Moon bangkit dari duduk, menyambar dan memakai Red Hoody-nya dan perlahan berjalan keluar kamar. Moon berjalan berjinjit berharap Star tak mendengarnya atau mendapatinya sedang mengendap-endap melewati ruang tamu. Dengan sangat berhati-hati ia membuka pintu apartment dan berhenti sesaat menatap kamar Star yang sunyi senyap sebelum akhirnya berhasil keluar. Hufft…

“Selamat malam Nona Moon…” sapa sepasang security yang melihat Moon ketika berjalan keluar lobby apartment yang hanya dibalas dengan senyuman dan anggukan kepala oleh Moon. Semenjak ia tinggal bersama dengan Star dan rumor tentang ia adalah tunangannya, semua pegawai dan security apartment menaruh rasa hormat kepadanya yang semakin membuat Moon tak merasa nyaman lagi. Moon menenggelamkan kepalanya dalam Hoody-nya dan memasukkan kedua tangannya kedalam kantong saku, menahan dingin nya malam yang menusuk.

“Moon…!”

“Cloud…!”

Lama mereka berdiam diri di depan sebuah mini market 24 jam, tak saling pandang.

“Ah…aku ingin membeli mie.” Kata Moon memecah kekakuan. “Kau mau?” lanjutnya lagi sambil masuk kedalam mini market.

“Hm…” jawab Cloud singkat dan mengekor dari arah belakang.

“Apa kabar mu?” tanya Moon ketika akhirnya duduk sambil menunggu mie mereka sedikit mengembang setelah hanya disiram oleh air panas.

“Aku baik. Kau?” balas Cloud menatap Moon dan kembali menatap keluar kaca.

“Aku juga.” Jawab Moon. “Kapan kau sampai? Aku sangat merindukan mu…” Moon melirik kearah Cloudia dan tersenyum canggung. Seandainya kejadian sore tadi tak disaksikan oleh Cloudia, mungkin tak begini jadinya. Pasti saat ini ia akan langsung memeluk gadis disampingnya saat ini, dan tak perlu bersusah-payang memilih kata apa yang sebaiknya diucapkan.

“Sore ini.” Cloud tersenyum kecil kearah Moon dan kembali membuang pandangannya. “Aku juga merindukan mu…Itu sebabnya aku mengambil jatah liburanku dan kembali.” Cloud menunduk, “dan tak menyangka melihat semua itu…” lanjutnya yang membuat Moon menarik nafas dalam-dalam.

“Maafkan aku, Cloud…” kata Moon lirih.

“Sejak kapan?” kali ini Cloud memberanikan diri menatap wajah Moon yang juga sedang menatap dirinya.

“Aku dan Rocky?!” tanya moon memastikan. Cloud mengangguk menahan rasa sakit dalam hatinya. Bagaimana pun Rocky adalah pria yang sangat ia cintai sedangkan Moon adalah teman baiknya. “Sebelum kalian bersama.” Ada luka pada pandangan Moon dan Cloud. Dan mereka kembali terdiam. Membiarkan mie terlalu mengembang tak tersentuh sama sekali.

##

Dengan sangat berhati-hati Moon menutup pintu dan kembali berjalan berjinjit. Sudah lewat tengah malam dan sedikit suara saja bisa terdengar nyaring dan itu yang sangat ia ingin hindari. KLIK…suara grandel pintu mengait terkunci kembali.

Walks to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang