Moon tak bisa melepaskan pandangannya dari sosok pria yang baru masuk ke dalam Café. Rasanya ini pertama kalinya ia melihat pria itu datang. Pakaiannya terlihat santai tapi rapi. Ia hanya mengenakan jeans berwarna biru pudar dengan kemeja lengan panjang kotak-kotak yang juga berwarna biru yang digulung hingga ke batas siku dan sepasang sepatu kets. Untuk pertama kalinya, Moon menatap langsung mata pria itu saat ia membuka sun-glasses hitam dan memperlihatkan mata yang sulit ia jabarkan, karena disaat yang bersamaan ia bisa merasakan tatapan hangat dan dingin sekaligus.
“Bisa aku memesan Brown Coffee with clove?” tanyanya ramah disertai oleh senyum paling indah yang pernah Moon lihat. Sepertinya ia dalam suasana senang. Moon hanya diam terpaku tak menjawab, terhipnotis oleh pesonanya.
“Baik, Tuan Star.” Saut Sunny, pemilik Café Coffe yang tiba-tiba muncul dibalik punggung Moon sambil menepuk bahunya. “Maafkan dia, Tuan Star. Dia masih baru. Jangan sungkan terhadapnya…kau bisa memarahinya jika ia lalai.” Lanjut Sunny dengan tawa renyah yang dibalas dengan anggukan serius oleh Star, tapi kemudian tersenyum kearah Moon. Sunny beranjak pergi meninggalkan Star dan Moon berdua lagi.
“Ah, maafkan saya.” Moon tergagap menyadari kesalahannya. Bagaimana mungkin ia bisa sampai kehilangan konsentrasi hanya karena sebuah senyuman dari seorang pengunjung. “Ada lagi yang ingin tuan pesan?” tanya Moon tersenyum masih sambil tak melepaskan pandangannya dari wajah tampan dihadapannya. *Tingginya sekitar 180, berat…ehm, sekitar 63-64. Sangat tampan, good manner, hot voice…kekeke, dan melting smile. Heh…apa yang aku pikirkan sih. Moon bodoh.*
Star membulatkan matanya, binggung menyaksikan Moon tak juga beranjak membuatkan pesanannya dan tetap diam terpaku dihadapannya dengan pandangan yang jelas-jelas mengamatinya.
“Ahh~ maafkan saya, Tuan Star. Akan segera Saya buatkan…” Moon membungkukkan badan, meminta maaf atas kebodohannya dan langsung membalikkan badan sambil terus bekomat-kamit membodohi dirinya sendiri yang jelas-jelas ketahuan sedang mengamati tuan Star.
“Lucunya….” Star bergumam lirih.
“Siapa?” tanya seorang wanita muda yang baru muncul di hadapan Star.
“Ah…kau sudah datang?” sambut Star seketika melihat wanita itu, dan langsung membantunya menarik kursi dan mempersilahkan wanita itu duduk. “Wah…kau sangat cantik hari ini.” Puji Star pada wanita itu.
“Apa kau baru menyadarinya?” lebih terdengar sebagai sebuah statement dibandingkan sebuah pertanyaan, wanita itu memasang wajah seolah-olah tersinggung oleh ketidak pekaan Star terhadapnya.
“Hei…apa kau tidak tahu, bagi ku…kau selalu terlihat cantik.” Senyum Star mengembang membuat wanita yang duduk dihadapannya seketika turut tersenyum senang. “Bagaimana pekerjaan mu?”
“Ehm…semua lancar. Sudah hampir 70 persen dan akan selesai sesuai schedule jika tak ada perubahan.” Jelas wanita itu sambil melihat kesekeliling.
“Windy…"
“Ya?” dengan sekali gerakan ia menatap wajah Star yang terlihat serius.
“Jika kau butuh bantuan ku, kau bisa langsung memberitahuku…”
“Heizz…kau ini, tak perlu khawatir seperti itu.” Windy mencoba tersenyum menenangkan wajah penuh khawatir Star. Ia tahu Star sangat menghawatirkannya, terlalu mengkhawatirkannya untuk segala hal. Sesuatu yang sebenarnya sangat ia benci, karena ia tak ingin selalu tampak lemah dihadapan Star tapi dilain pihak ia juga menyukai segala bentuk perhatian Star kepadanya. “Ia…ia, aku tahu.” Kali ini tangannya mengelus lembut punggung tangan Star yang tergeletak diatas meja, menyerah pada tatapan tak percaya Star.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walks to Remember
FanfictionIt's not 'A Walk To Remember' Nicholas Sparks...*sowry