Holla...tererengkyu wat yang masih mau cape-cape baca kelanjutan cerita StarMoon, maaf ru sempet update storynya. Wat yang penasaran ma Windy, akhirnya orang nya muncul juga ya, hehehe....tapi cuma part ini aja (jahat ya...akunya mah, ish). Enjoy reading, met memberikan kritik dan sarannya, untuk vote...ehm, terserahlah....hahaha. \(*o~)9
Star menghentikan mobilnya diseberang jalan di depan sebuah rumah mungil yang tampak sangat cantik dengan dipenuhi oleh bunga-bunga di luar dan di dalamnya, tepat seperti yang tertulis di memo yang diberikan oleh Land. Star menatap lama kearah rumah itu. Sesosok wanita yang sangat ia kenal keluar dari dalam rumah dan tersenyum bahagia kepada seorang pria muda. Ia menyerahkan seikat bunga dan pria muda itu lantas pergi dengan senyum puas.
Windy membalikkan tubuhnya. Ia merasa ada seseorang yang sedang mengamatinya. Pandangan matanya berhenti pada sebuah mobil yang terparkir diseberang jalan.
Star keluar dari dalam mobil. Ia berjalan perlahan menuju kearah Windy dan semakin mendekat. Windy diam mematung tak mengira bahwa seseorang itu adalah Star, orang yang sudah sangat lama tak ia temui. Star berhenti tepat dihadapan Windy, tinggal beberapa langkah jarak yang memisahkan mereka. Rasanya Windy ingin segera memeluk pria yang sekarang ada dihadapannya itu. Tapi sebaliknya, ia hanya diam tak bergerak. Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari dalam mulutnya dan hanya tatapan mata yang menjalar dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Masih tak percaya.
“Apa kabar mu?” akhirnya Windy mengeluarkan suaranya sambil tersenyum dengan mata sendu penuh rindu.
“Aku baik. Dan kau?” Star membalas senyuman Windy dengan mata yang masih menyisakan kabut luka. Ia memandangi Windy yang kini terlihat sangat berbeda dari ingatannya hampir satu tahun yang lalu.
“Hmmm…” Windy mengangguk kecil, “aku juga.” Lalu mereka lama terdiam kembali. Pikiran Star memutuskan ia akan melangkah mendekat dan memeluknya, tapi ia menahan dirinya ketika seseorang muncul dari dalam rumah
“Sayang…~” suara itu kini berwujud seorang pria yang berjalan keluar dari dalam rumah sambil membenarkan dasi yang terpasang di leher kemejanya. “Ah…sepertinya kau ada tamu.” Pria itu berhenti sejenak ketika mendapati orang yang sedang ia cari masih berdiri mematung tak melepaskan pandangannya. Kini pandangannya beralih kearah Star yang juga menatap kearah dirinya dan Windy.
“Hm…” Windy mengangguk pelan, “ya sayang.” Kini ia memalingkan kearah sumber suara yang memanggilnya. “Apa kau sudah akan berangkat?” tanyanya disertai sebuah senyuman manis.
“Ya.” Pria itu melangkah mendekat dengan pandangan penuh rasa ingin tahu kepada Windy dan Star. Star yang juga masih berusaha menggambarkan keadaannya sekarang ini memandang bergantian kearah Windy dan pria itu.
“Oh ya. Aku ingin mengenalkan mu kepada seseorang.” Windy mengulurkan tangannya kepada pria itu dan mencoba berdiri rileks di sampingnya. “Star…kenalkan ini suami ku, Rain.” Windy membuka suara sambil tersenyum kecil menatap wajah pria disampingnya itu. “Sayang…dia Star, sahabat baik ku dari kecil.” Windy menatap wajah Star yang terlihat sedikit terkejut. “Kenapa tidak kau ajak masuk, sayang?”
“Ah…~” pria bernama Rain itu mengulurkan tangannya mengajak Star untuk berjabat tangan. “Halo. Aku senang akhirnya bertemu dengan mu, tuan Star. Istri ku sering sekali membicarakan tentang mu. Kau satu-satunya pria yang mampu membuatku cemburu.” Rain tertawa renyah sambil melirik kearah Windy yang tampak tegang.
“Halo.” Dengan ragu Star mengulurkan tangannya menyambut jabatan tangan pria yang diperkenalkan sebagai suami Windy. Star membalas senyuman Rain.
“Ah…sebenarnya aku ingin bergabung dengan reunian kalian. Tapi sepertinya aku tak bisa. Maafkan aku sayang…” Rain kembali menatap Windy dengan memasang wajah penuh penyesalan. “Kau tahukan aku harus bekerja dan mengumpulkan banyak uang agar aku bisa memberikan kehidupan yang layak buat istri dan calon anak ku.” Rain tersenyum lebar memandang wajah Windy lalu ia mengecup perut Windy yang tampak membuncit. Windy tersenyum kecil. Star yang sedari tadi berdiri dihadapan mereka menyaksikan semuanya tanpa berkomentar sedikit pun. Ia hanya ikut tersenyum melihat semua itu. Entah apa sebabnya, tapi hatinya kita terasa sedikit lega.

KAMU SEDANG MEMBACA
Walks to Remember
FanfikceIt's not 'A Walk To Remember' Nicholas Sparks...*sowry