#13

2K 32 3
                                    

Star bangkit dari duduknya. Entah sudah yang keberapa kali ia berjalan mondar-mandir dalam ruangan yang cukup lebar untuk ukuran ruang pemeriksa. Star kembali mengamati 3 rak raksasa yang menampung ratusan buku yang entah sudah dibaca oleh kakaknya itu atau bahkan belum tersentuh sedikit pun. Kembali ia memandang kearah standing hanger yang menggantung baju putih khas kebesaran para dokter dan kini ia memandang kearah jam yang menempel pada dinding. HUFT…Star menghentakkan kakinya. Baru selangkah ia memutuskan akan meninggalkan ruangan itu, dokter Sky, kakaknya masuk ke dalam ruangan.

“Dari mana saja kau!” Dengan kesal Star menatap kakaknya yang melangkah mendekatinya dengan tersenyum. “Houuuff…senyum mu itu tak bisa menggantikan waktu yang sudah terbuang percuma.” Star mendengus dan menarik kursi, menghempaskan tubuhnya duduk.

“Apa kau sudah menunggu ku lama?” lagi-lagi dokter Sky tersenyum kearah adiknya itu.

“Kau pikir!!” Star mengetuk-ketukkan jemarinya pada meja di depannya.

“Melihat kau bisa kembali duduk…artinya kau tak terlalu marah pada ku.” dokter Sky mengambil jas dokternya dan memakainya. Ia menarik kursi di seberang meja Star, berhadapan dengan adiknya itu. “Hahaha….” Dokter Sky tiba-tiba tertawa lepas.

“Apa yang sedang kau tertawakan?” tanya Star kebingungan

“Apa kau tidak sadar?” tanya dokter Sky, “kita sudah lama tidak pernah bertengkar. Bahkan terakhir kali kau datang kemari menemuiku…kau bertingkah seolah kau ini pasien ku dan bukannya adikku.”

“Benarkah?” Star menghembuskan nafas panjang. Ya…benar, sepanjang ingatannya setelah ia dinyatakan boleh keluar dari RS…ia benar-benar memperlakukan dokter Sky sebagai dokter, sosok yang asing dengannya.

TOK TOK…

Seorang perawat muda nan cantik masuk ke dalam ruangan membawa beberapa berkas dan laporan hasil scan kesehatan yang telah Star lakukan sebelumnya. Ia mencuri pandang pada wajah Star yang berada di sampingnya, terpesona dan hampir lupa kalau sebenarnya ia harus segera kembali ke ruang pasien lainnya.

“Ckckckck…pesonamu sungguh dasyat.” Dokter Sky memuji Star setelah perawat tersebut meninggalkan mereka.

“Cih…” Star mendengus acuh. “Bagaimana?” tanyanya penasaran. “Apa ada sesuatu dengan jantung ku? Atau operasi di kepala ku tempo hari ada masalah?

“Hm….” Dokter Sky memperhatikan hasil scan, membaca berkas dan menganalisa laporan yang ada dihadapannya perlahan. “Tidak ada.” Katanya sambil menggelengkan kepala. “Jantung mu normal. Hasil scan juga menunjukkan tak ada masalah dengan kepala mu. Operasi yang telah kau jalani sukses.” Kata dokter Sky menjelaskan apa yang ia dapat dari hasil pemeriksaan.

“Lalu mengapa_aku bisa tiba-tiba merasa pusing dan jantungku berdetak tak beraturan?” tanya Star mendesak sebuah penjelasan kepada kakaknya itu.

“Kemungkinan bisa saja terjadi saat kau menghadapi kondisi tertentu.” Dokter Sky meletakkan kertas-kertas keatas meja dihadapannya. “Misal….kau memaksa otak mu untuk mengingat sesuatu, tentang masa lalu mungkin. Atau kau berhadapan dengan sesuatu yang membuat jantung mu bekerja lebih keras.” Dokter Sky menatap penuh selidik pada wajah di depannya. “Apa kau memaksa otak mu untuk mengingat masa lalu mu , Star?”

“Ah…itu.” Star terdiam. Ada benarnya juga ucapan kakaknya itu. Setiapa kali ia mencoba untuk mengingat sesuatu, rasa sakit seperti kepalanya ditusuk oleh ribuan jarum selalu muncul. Dan setiap alasan yang belum ia ketahui ketika berhadapan dengan Moon, gadis itu…selalu berhasil membuat jantungnya berdetak tak beraturan.

“Sepertinya benar begitu.” Tebak dokter Sky menghadapi sikap bisu adiknya. “Jangan terlalu kau paksakan, Star. Seiring waktu …kau akan bisa mengingat masa lalu mu.” Dokter Sky menarik nafas dalam-dalam, “Aku menyesal, aku tak banyak meluangkan waktu dengan mu.”

Walks to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang