Moon menatap kearah pintu kamar Star. Sejak kejadian di Mall waktu itu, majikannya itu seperti menghindarinya. Sudah dua hari ini, Star berangkat pagi-pagi sekali tanpa menyempatkan diri untuk sarapan di apartment dan pulang larut saat Moon telah terlelap dalam tidur. Bahkan ia sekarang tak pernah mengusik Moon dan seminim mungkin mengajaknya berbicara.
“Tuan Star! Apa kau tidak mau makan malam? Aku membuatkan mu soup tulang sapi…” teriak Moon dari luar pintu berharap majikannya itu segera keluar atau paling tidak menyauti panggilannya. “Apa kau baik-baik saja? Apa kau bisa mendengarkan ku? Ada apa dengan mu sih!!?” teriak Moon kini ditambah ketukan bertubi-tubi pada pintu yang tak jua terbuka. “Kalau kau tak juga menyahut…aku akan dobrak pintu ini!!! Kau jangan sampai menyesal ya…” kali ini habis sudah kesabarannya. Moon mengambil ancang-ancang dan bersiap menubrukkan dirinya ke pintu dan berharap bisa merobohkannya hanya dengan sekali gebrakan.
Star yang telah berdiri dibalik pintu siap membuka pintu, tersenyum kecil membayangkan Moon dengan tubuh mungilnya itu berusaha mendobrak pintu. *Dia kira, dia siapa –Xena?*. Star terkikik kecil. Dan ketika akhirnya ia membuka pintu….
HUPPP….
Star menangkap tubuh Moon yang melayang kearahnya sesaat ia membuka pintu. Mereka tetap dalam posisi saling berpelukan untuk beberapa lama. “Apa yang sedang kau lakukan?” kata Star mengerjap-kerjapkan matanya shock dengan apa yang terjadi. “ Apakah kau sudah bisa melepaskan pelukan mu atau kau tetap ingin aku peluk?” kata Star berhasil mengontrol perasaannya dan mencoba menggoda dengan tetap memeluk Moon yang tak juga bergerak dari tempatnya. Buru-buru Moon melepaskan pelukkannya dan memegang wajahnya yang terasa terbakar. *Bodoh…bodoh…bodoh…apa yang sedang ku lakukan!! Moon kau pervert!!” Star berjalan melalui Moon yang tetap berdiri mematung.
“Ada apa dengan wajah mu? Kau itu tidak menabrakkan wajah mu ke pintukan?!”
“HOO!!!” teriak Moon kembali kekesadarannya dan melepaskan tangkupan kedua telapak tangannya di wajahnya itu. “Apa kau mau aku memanaskan soup untuk mu?” tanya Moon kini berjalan lebih cepat mendahului Star, yang hanya bisa geleng-gelengkan kepalanya menahan hasratnya untuk ikut menyalip jalan Moon.
HUFTTT. Star membuang nafas panjang. “Rasanya aku tidak berselera makan.” Alih-alih menyalip Moon yang berjalan kearah dapur, Star memilih duduk di sofa ruang tamu. Berkali-kali mengonta-ganti channel, akhirnya ia malah melemparkan remote tv itu kesembarang tempat dan menyandarkan kepalanya.
“Apa kau tak enak badan? Sakit?” tanya Moon yang sudah duduk disebelahnya sambil telapak tangannya mengecek suhu tubuh Star. Ia menggeleng pelan, tak yakin apakah majikannya itu sedang sakit atau tidak.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tangan Star menghalau telapak tangan Moon yang masih bertengger di keningnya dengan halus. “Aku tak apa-apa.” Star masih tetap memejamkan matanya.
“Tapi kau berubah menjadi aneh setelah kepulangan kita dari Mall tempo hari.” Moon menatap wajah Star. *Gosh…kenapa sulit sekali sih untuk tidak tergoda dengan mu…*
“Apanya yang aneh?” jawab Star malas-malasan.
“Ya kau ituu…” Moon membuang pandangannya kearah lututnya, ia terlalu nervous untuk berlama-lama memandang wajah sang majikan. “Sepulang dari Mall waktu itu, kau seperti menghindari ku. Waktu itu aku sangat kelaparan karena kau tidak jadi mentraktir ku makan siang, sesampainya di apartment kau langsung masuk kamar dan mengunci pintu, kemudian menghilang beberapa hari juga menghitung setiap kata yang kau keluarkan terhadap ku….” Moon mendesah pelan, mengeluarkan uneg-unegnya.
“Benarkah?” Star tersenyum kecil memikirkan apa yang Moon katakana tentangnya belakangan ini, itulah yang ia lakukan kepada Moon. Berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi Moon.
“Hoo…aku merasa aneh. Apa kau tidak merasakannya juga?” tanya Moon menoleh kearah Star yang kebetulan telah membuka matanya dan tepat memandang ke wajahnya. Dengan kikuk, Moon membuang muka, menghindari tatapan Star.
“Sejak kapan kau merasa aneh?” selidik Star.
“Ehm…du-lu, dulu sekali saat awal-awal aku bekerja dengan mu aku pernah mengalami seperti apa yang ku alami saat ini... tapi sepertinya tak separah ini” Moon memaksakan bibirnya untuk tersenyum, meski ia merasa sangat janggal.
“Ya?” desak Star lagi sambil menahan senyumnya.
“Ah…itu dulu, dan sudah lewat. Aku sempat sembuh…”
“Kau pikir itu penyakit?!” Star melotot kearah Moon, yang hanya meringis pasrah.
“…dan kurasa kini penyakit itu kumat lagi.”
“Penyakit apa?” tanya Star tak melepaskan pandangannya.
Moon menggeleng lemah. Ia benar-benar tak tahu apa nama penyakit itu, ia hanya merasa sangat aneh bila bersama dengan Star. Dulu…dulu sekali ia menyangka itu yang namanya penyakit cinta-selalu merasa bahagia saat ia bisa bersamanya, tapi hanya dengan sedikit usaha ia bisa menyembuhkan ‘penyakit’nya itu jadi kini ia tak yakin apakah ia benar-benar telah jatuh cinta pada majikannya itu sekarang. Atau sebenar ‘penyakit’ itu tak pernah sembuh…
“Hei…sekarang ini, kau yang sedang sakit!” teriak Moon yang membuat Star melonjak karena terkejut. “Tidak makan, jarang bicara…apa tidak jadi penyakit itu nanti!” Moon memelototi Star, menutupi gelisahnya. “ Sudah…aku panaskan soup dulu, dan kau harus memakannya.” Kata Moon bersiap bangkit.
“Belakangan ini ia sering muncul…” kata Star mencengkram pergelangan tangan Moon. Mau tak mau ia membalikkan tubuhnya menghadap Star. Ia tak tahu siapa yang dimaksud oleh Star saat ini. “Pada waktu di Mall waktu itu, saat kau memilah spatula kayu, pada saat kau melihat-lihat gelas-gelas Kristal dan piring-piring keramik, pada saat kau berperan seolah sedang memasak di kitchen stuff…aku seakan melihat seorang wanita yang sedang mengenakan celemek sedang membuat masakan dan tersenyum kearah ku.” perlahan Moon kembali duduk disebelah Star mendengarkan apa yang sedang ia berusaha katakan. “Saat kau menyodoriku secangkir kopi saat aku menyelesaikan pekerjaanku malam kemarin …bukan kau yang ku lihat tapi wanita lain…” suara Star bergetar saat mengatakan apa yang belakangan ini ia alami kepada Moon.
“Apa itu artinya kau sudah ingat?” tanya Moon turut merasakan penderitaan Star belakangan ini.
Star menggeleng lemah. “Aku belum bisa mengingat dengan jelas wanita itu-tunanganku.”
Moon menelan ludahnya, perasaan aneh itu kembali muncul dan kini rasanya menyakitkan. “Tuan Star…kau jangan memaksakan diri. Seiring waktu, kau akan bisa mengingatnya kembali.” Kali ini Moon sengaja memakai sapaan ‘Tuan’, dan mengingatkan dirinya sendiri bahwa majikannya itu tak pantas ia miliki bahkan meski itu hanya dipikirannya saja.
“Apa kau tahu dimana aku menyimpan foro-fotonya? Mengapa di apartment ku ini tak ada satu pun barang yang bisa mengingatkanku padanya? Apa kau tahu…?” tanya Star mulai frustasi. Moon menggeleng lemah. “Kau kan yang membersihkan tempat ini…” Moon kembali menggeleng. Ia sendiri merasa aneh karena tak menemukan satu pun foto atau barang yang ada sangkutannya dengan nona Windy. “Apa yang harus aku lakukan? Kemana aku harus mencarinya…? Setiapkali aku berusaha mengingatnya…kepalaku rasanya sakit, dada ku terasa sesak….” Star mencengkram kuat-kuat rambutnya seolah dengan itu semua ingatannya akan pulih. Tanpa terasa air matanya mulai mengalir.
“Tenanglah…Tuan Star.” Moon merengkuh Star kedalam pelukannya, berusaha menenangkan sambil mengusap-usap punggung Star. “Jangan terlalu memaksakan diri…aku akan berusaha membantu mu untuk mencari keberadaan Nona Windy.” Star mempererat pelukannya.
Note:
1. Mengingat saia ini bukan penulis dg outline yg jelas, jadi harap maklum kalau sebenarnya tanda pagar (#) ini bukanlah bagian chapter...jujur, kl ini dianggap chapter mah...kacau beliau. kembali jujur, ini lebih sebagai pengingat udah keberapa kalinya saia meng-update this story. Maaf yak yak yak...take a deep bow.
2. Nah, kalo tadi liat tanda pagar...sekarang tanda bintang (*) yang artinya ntu adalah ucapan sang character antara ucapan dalam hati atau dalam pikiran. silahkan dipilih aja yak yak yak...hehehe
3. Mohon bantuannya yak yak yak...saran dan kripik pake vote, peace!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Walks to Remember
FanfictionIt's not 'A Walk To Remember' Nicholas Sparks...*sowry