Star berhambur masuk ke dalam mobil. Land yang tengah terlelap dibalik kemudi, terkejut dan langsung membuka mata penuh siaga.
“Apa sudah selesai pemeriksaan mu, Tuan?” tanya Land menatap wajah Star yang terlihat sangat gelisah. Siang ini ia sengaja mengantarkan bosnya itu melakukan check up kesehatan dan setelah itu meraka akan kembali ke kantor lagi.
“Ya…jadi cepat kau nyalakan mesin mobil ini dan antar aku pulang ke apartment.” Perintah Star yang langsung dilaksanakan Land.
“Pulang? Bukankah kita harus kembali lagi ke kantor?” tanya Land tentang perubahan schedule bosnya itu. Apa terjadi sesuatu?” tanya Land penasaran.
“Hah?”
“Apa telah terjadi sesuatu?” ulang Land. Bagaimana pun ia tahu kalau bos nya ini sedang memikirkan sesuatu. ‘Mungkinkah ini tentang Moon?’ katanya dalam hati.
“Oh…ah, tidak.” Jawab Star singkat. “Oh ya…” Star menatap Land yang fokus menyetir mobil.
“Ya…”
“Apa kah kau tahu siapa itu Windy?” tanya Star akhirnya. Land adalah sekretarisnya, dan bila benar Windy bergabung dengan perusahannya mengerjakan sebuah proyek, itu artinya Land tahu siapa dan bagaimana hubungannya dulu dengan wanita itu.
“Windy…?” Land mengulang nama itu sekali lagi, dan mengangguk. “Yang ku tahu dari mu adalah kalian sudah berteman sedari kecil jadi tak aneh rasanya kalau melihat kalian berdua sangat akrab. Ia bergabung dengan kita dalam sebuah proyek. Dia lah yang mengerjakan proyek kerjasama kita dengan Mr. Robert dan semua mengakui hasil kerjanya.”
“Selain kami telah berteman dari kecil, apa kau tahu sesuatu yang lain?” tanya Star penasaran.
“Misalnya?” Land bertanya. Ia mencuri pandang karena tak juga merasa paham akan maksud bosnya itu.
“Kau kan telah lama bekerja dengan ku, kau adalah orang kepercayaan ku….Benar?” Star memiringkan posisi duduknya, hampir menghadap kearah Land. Land mengangguk mantap. “maksudku…apakah aku pernah bilang kalau sebenarnya hubungan kami lebih dari sekedar teman? Atau mungkin kau tahu kalau sebenarnya ia adalah tunangan ku?” kata Star tak melepaskan pandangannya.
“Heh? Apa kalian bertunangan?” tanya Land terkejut.
“Jadi kau tak tahu soal itu ya…” kata Star ketika mendapati reaksi Land yang seperti itu. Ia kembali ke posisi duduk semula. Membenarkan seatbelt yang terasa menekan dadanya.
“Maaf…aku sungguh tak tahu tentang hal itu.” Land melempar pandangannya kearah Star yang menatap jauh ke depan, pada barisan mobil yang berbaris rapi.
“Itu bukan salah mu. Jadi untuk apa kau meminta maaf.” Kata Star. Dan akhirnya mereka membeku dalam bisu. Star memaksa otakkanya untuk mengingat sesuatu meski itu artinya ia akan mulai merasakan kembali ribuan jarum serasa menusuk-nusuk kepalanya. Berulang kali ia menekan pelipisnya.
“Ah…” kata Land memecah keheningan di dalam mobil yang sedang berhenti di perempatan lampu merah. Matanya menatap kearah barisan toko dipinggir jalan. “Aku ingat pernah mengantar mu ke sebuah toko perhiasan terbesar di negara ini….” Land menatap Star yang meluruskan punggungnya. Star menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.
“Benarkah?” Star balas menatap Land dengan sejuta harap. Berharap setidaknya ia menemukan sebuah clue atas pertanyaan masa lalunya.
“Aku ingat…seminggu sebelum hari ulang tahun mu, kau minta aku untuk mengantar mu ke toko perhiasan itu. Kau bilang ada barang yang harus kau ambil.”
“Apakah itu cincin pertunangan?” tanya Star antusias.
Land menggeleng lemah. “Aku tak tahu. Hanya saja begitu kau keluar dari toko kau tampak senang dan puas, tapi kau tak memberitahukan ku tentang perhiasaan yang kau pesan itu.” Land kembali melanjutkan perjalanan ketika lampu lalu lintas telah berubah menjadi hijau. “Apa kau ingin aku mencari tahu tentang hal itu?” Land memperlambat laju mobil ketika memasuki area taman apartment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walks to Remember
FanfictionIt's not 'A Walk To Remember' Nicholas Sparks...*sowry