Star masih duduk diatas tempat tidurnya. Sebenarnya sudah lebih dari 3 jam yang lalu ia bangun, terbangun tepatnya. Dan semua itu karena semburat wajah yang turut hadir dalam mimpinya setelah rasa frustasi yang ia tumpahkan kepada Moon pada malam sebelumnya, wajah cantik yang ia sangat yakini milik tunangannya. Meski tak begitu tampak jelas, tapi semua yang ia alami dalam mimpi terasa begitu nyata. Ia merasa semua yang ia lakukan bersama tunangannya itu dalam dunia mimpi, pernah juga ia alami sebelum kecelakaan yang merenggut semua ingatannya. Tapi meski begitu, meski ia telah duduk berjam-jam lamanya, meski ia telah mengerahkan segala upaya yang ia punya untuk mengingat itu semua…hasil ia dapat hanyalah kesia-siaan.
Tok tok tok
“Tuan Star! Apa kau sudah bangun?” terdengar suara Moon dari luar kamar. “Sarapan telah siap….” Star menunggu beberapa saat, tapi suara Moon tidak mengusiknya lebih lanjut malahan ia mendengar suara langkah Moon yang semakin menjauh dari depan kamarnya. Dengan malas Star bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati pintu. “Selamat pagi…” sapa Moon menyambut Star yang berjalan menuju kearahnya.
“Pagi.” Jawab Star dan langsung duduk menghadap meja makan.
“Bagaimana tidur mu?” tanya Moon sambil menyerahkan secangkir black kopi, minuman yang belakangan ini selalu diminta oleh Star. Sekelebat ia tahu majikannya itu tak mendapat cukup tidur.
“Tidak baik…” jawab Star lalu menyesap kopinya sambil membuka lembaran koran yang ada dihadapannya itu.
“Ah~…” angguk Moon tanda mengerti dan tak ingin menanyakannya lebih lanjut. Yang bisa ia tebak adalah ini ada sangkut pautnya dengan kejadian tadi malam. Tiba-tiba saja wajah Moon memanas mengingat terakhir kali pelukan yang ia berikan, meski itu yang ia maksudkan sebagai bentuk kepedulian tapi ada sebagian dari dirinya yang sangat menikmati pelukan itu, terutama saat Star memeluknya semakin erat.
“Ada apa dengan wajah mu?” tanya Star yang sekilas tadi sempat melihat wajah Moon sebelum membuka lembaran koran berikutnya.
“Hah…ada apa dengan wajah ku?” kata Moon pura-pura tak tahu menyembunyikan perasaannya sekarang ini.
“Apa kau demam? Terlihat merona merah…”
“TIDAK!” saut Moon cepat dengan nada tinggi berharap Star tak membahasnya lebih lanjut.
“Ya ampun…kau membuatku kaget saja! Ada apa dengan mu sih…” Star yang terkejut mendengar teriakkan Moon mengelus-elus dadanya dan mengerjapkan kedua matanya.
“Ah…terima kasih ya…” sambung Moon dengan gembira langsung berubah tak memperdulukan rasa kaget Star.
“Untuk…” kembali dengan sikap dinginnya.
“Heiz…kau sudah transfer gaji ku bulan ini. Tadi aku mampir untuk mengeceknya sewaktu membeli beberapa bahan makanan…” senyum Moon mengembang manis tak mempedulikan Star yang menatap lurus kearahnya, yang pasti ia sangat senang.
“Ahhh…! Sepertinya tugas itu aku serahkan kepada Land sedari awal kau kerja dan ia tetap menjalankan perintahku waktu itu. Kau tahukan aku tak mengurusi hal-hal sepele seperti itu…” lanjutnya lagi meneruskan kegiatannya membaca koran, tak memperhatikan Moon yang kembali merasa kesal dan mengacungkan spatula yang ia gunakan untuk masak seakan ingin memukulkannya ke kepala Star.
“Heiz…kalau aku pukulkan ini mungkin ia akan langsung sadar dan bisa mengingat semuanya dan kembali menjadi majikan yang dingin seperti dulu dan bukannya seperti sekarang ini, super duper menyebalkan…” Moon berbisik halus yang takkan mungkin didengar oleh Star kecuali ia memiliki indra ke enam atau memiliki kemampuan untuk membaca pikiran Moon saat ini. *Dia sudah kembali kesosok aslinya…*

KAMU SEDANG MEMBACA
Walks to Remember
Fiksi PenggemarIt's not 'A Walk To Remember' Nicholas Sparks...*sowry