Jangan lupa kasih vote dan komentar yah ^^
*****
Sang Matahari mulai terbenam. Meredupkan sinarnya beberapa saat. Membiarkan konstelasi orion tergantung di langit Yogyakarta. Menggantikannya untuk satu malam.
Orang-orang berduyun-duyun mencari keramaian ke seluruh penjuru kota. Malam pun akan terasa hidup. Mereka menikmati malam hingga fajar menjelang. Alunan musik pinggiran dengan irama yang sederhana namun memikat. Kembang lampu yang romantis, terhias di setiap sudut-sudut kota. Aroma makanan daerah yang menggugah selera. Dan tentunya, setiap manusia-manusianya begitu ramah menyapa.
Di sebuah rumah sakit di jantung Kota Yogyakarta, tidak jauh dari pusat keramaian kota, terdapat sebuah kamar pasien di lantai paling atas bangunan itu. Sebuah kamar yang gelap. Cukup luas dan tak banyak perabotan. Sinar lampu jalanan menembus kaca memberikan sedikit percikan cahaya di ruangan yang dingin itu.
Di dalam kamar itu terdapat sebuah ranjang yang tengah ditempati oleh seorang pria. Ranjang itu berada tepat di dekat jendela sehingga membuat pria itu cukup mudah mengamati lalu lalang kendaraan di jalan.
Pria itu terlihat kurus. Menjelma sebagai wujud yang paling ringkih dari bentuk manusia. Jarum infus menusuk pegelangan tangannya. Menembus nadi. Di wajahnya terlingkar selang oksigen yang berdesis di kedua lubang hidungnya. Sejuk udara dalam tabung itu mendinginkan saluran napasnya. Meski terkadang nyeri itu terasa.
Suasana Kota Yogyakarta dan segala keramaian di sana, Ia membungkusnya untuk kemudian Ia sebar di ingatannya. Mengaktifkan memorinya akan kenangan kisah cintanya. Menghangatkannya dalam suasana kenangan dan rindu yang menggebu.
Pria itu mulai memejamkan matanya. Kemudian melempar dirinya dalam isyarat bahasa yang Ia pahami. Berkomunikasi dengan masa lalunya, membeberkan pahit dan manisnya kisah cintanya. Segalanya dalam imajinasi di alam pikirannya.
Cinta tidak memiliki batasan. Pada apapun atau siapapun. Perasaan yang boleh dipendam atau diekspresikan. Disimpan atau diungkapkan. Tergantung dari setiap individu. Rasa cinta itu nyaman. Perasaan yang tidak ingin kita tinggalkan. Begitu mengikat kuat. Tak ingin lepas. Hanya mencintai, bukankah itu tidak melanggar aturan apapun? Apakah perasaan cinta itu diikat oleh sebuah peraturan? Setiap orang berhak mencintai, bukan?
Terkadang cinta benar-benar bisa diluar kendali sang pemilik. Menguasai. Mengambil alih hidup seseorang, hingga Ia lupa siapa dirinya. Melupakan kebenaran dari setiap pandangan manusia. Menjadi cinta yang mulia atau hina.
Hina? Apakah sebuah rasa cinta itu hina? Bagaimana rasa yang wajar itu menjadi sebuah hinaan? Di setiap diam? Atau di setiap ungkapan?
Kenangan.
Pengingatku akan kehampaan.
Kehampaanku kini yang terasa.
Menggugah segalanya.
Membangunkanku.
Menarikku.
Menyeretku dalam suka cita dan derita.
Tak sudi ku dicambuk olehnya.
Namun tak tega Aku melepaskannya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Cinta Tak Mengenal Batas [COMPLETED]
RomancePS: Bagi teman2 dimohon untuk membuka pikirannya ketika membaca novel ini. kategori novel ini bukan erotis tetapi lebih kpd penjelasan apa yg d rasakan kaum lgbt dlm hidupnya, bagaimana mereka menghadapi lingkungan keluarga, dan bagaimana perspekti...