Jangan lupa kasih vote dan komentar yah ^^
*****
Pria yang molek dan rupawan. Dua kata sederhana untuk menggambarkan sosok Jean yang menawan. Muda. Usianya duapuluh dua. Berpawakan tinggi seratus tujuh puluh senti. Kurus tapi berisi. Terlihat lemah namun jiwanya gagah. Kulitnya putih tak berbecak. Seperti susu tak bernoda. Rambutnya hitam lebat. Seperti safir hitam yang ditelan malam. Kedua bola matanya cokelat. Seperti warna madu yang begitu pekat. Hidungnya runcing. Sepeti ujung tebing menjulang ke langit. Bibirnya mungil berwarna merah merona di antara kulitnya yang putih. Laksana mawar merah yang jatuh di atas tumpukan salju yang berkilauan. Dan saat Ia tersenyum, kedua lesung pipinya membentuk pusaran kecil yang mempercantik wajahnya.
Hati wanita mana yang tak berdesir melihat Jean. Tak garang tapi hangat dan ramah. Melemahkan siapapun wanita yang memandanginya–meski hanya sekelebat saja, mereka pun terpikat. Bahkan rela untuk berlutut mengais cinta dari Jean. Meski itu hanya kepingan atau hanya remah-remah dari cintanya yang utuh. Harapan dan mengiba. Berbaur menjadi satu.
Jean bekerja di sebuah coffeeshop di jantung kota Yogyakarta, bernama De Cafè. Jean sebagai barista di tempat itu. Bakatnya membuat kopi cukup diperhitungkan. Tidak hanya bakatnya, tetapi juga penampilannya yang menarik menambah daya tarik sendiri untuk pelaris kafe itu. Meski begitu, kadang hal itu tidak disadarinya.
Kafe itu baru berdiri dua tahun yang lalu. Ketika Jean dan saudara sepupunya–seorang perempuan bernama Greta–mencoba untuk membuka usaha dengan modal seadanya. Kala itu mereka di tahun ke tiga, di jurusan ekonomi pembangunan. Mengajukan proposal pendanaan. Menyewa sebuah ruko. Dan jadilah sebuah coffeeshop yang cukup dikenal seperti saat ini. Kafe dengan nuansa Eropa yang klasik dan Greta adalah pencetus juga seorang pemilik.
Jean kembali menatap jam tangannya. Memperhatikan sudah sejauh mana jarum jam berpindah. Setengah jam lagi, kafe akan segera buka. Dan dirinya lebih siap dari siapapun juga. Menata kursi dan meja. Membersihkan seluk beluk hiasan dinding tanpa menyisakan noda. Ia memang anak yang bersih dan rapi. Setidaknya sesuai dengan penampilannya.
Sudah satu jam Ia berada di dalam kafe. Sendiri. Tanpa ada yang menemani. Belum ada pegawai yang datang. Memang sudah menjadi kebiasaan baginya. Mendahului tiga pegawai yang lain, Greta, Desta, dan Satya. Dan Greta adalah satu-satunya perempuan di antara kelompok mereka.
Jean lebih senang sendiri. Bereksperimen dengan biji kopi dari berbagai varietas dengan berbagai metode penyeduhan. Kopi seperti sudah mendarah daging di dalam hidupnya. Seperti candu yang tak pernah alpa dari penikmatnya.
Dua orang rekan kerja Jean akhirnya datang juga. Mereka adalah Greta dan Desta. Seperti biasa, membuka pintu masuk. Sesekali mereka menyesap aroma biji kopi yang telah disangrai. Aroma yang menyeruak ketika Jean membuka toples berisikan biji kopi. Memenuhi ruangan, bercampur dengan oksigen dan disebar oleh sejuknya udara pendingin ruangan.
"Siang," sapa Greta.
Jean belum menjawab. Ia masih fokus pada air dalam teko yang masih berasap, mengalir jatuh menerpa biji kopi yang telah dihaluskan. Dikumpulkan di atas sebuah kertas saring yang digulung kerucut. Air yang panas bertemu dengan udara yang dingin, membentuk sebuah perputaran turbulensi. Teraduk dan terpisah dari ampas kopi.
Setelah cukup lama menunggu, Jean menarik gelas yang telah menampung beberapa mili ekstrak kopi, "Cobalah, Gunung Wayang dengan metode V60," Jean menyodorkan cawan itu pada Greta dan Desta.
Seperti biasa, mereka menyesap aroma kopi itu terlebih dahulu. Memenuhi kepala mereka dengan menerka-nerka wangi apa yang dapat mereka tangkap. Sesaat kemudian mereka mereguk kopi itu perlahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Cinta Tak Mengenal Batas [COMPLETED]
عاطفيةPS: Bagi teman2 dimohon untuk membuka pikirannya ketika membaca novel ini. kategori novel ini bukan erotis tetapi lebih kpd penjelasan apa yg d rasakan kaum lgbt dlm hidupnya, bagaimana mereka menghadapi lingkungan keluarga, dan bagaimana perspekti...