Jangan lupa kasih vote dan komentar yah ^^
*****
Jean berada pada poros dilema yang membuncah dalam hatinya. Kejujuran akan rasa cintanya adalah hal sulit yang bisa saja membuat dirinya tidak diterima lagi oleh anggota keluarganya. Tapi bagaimana Ia melawan titah Arman. Pria itu telah menguasai dirinya. Jean tenggelam secara keseluruhan.
Pada suatu kesempatan, pada malam yang riuh di kafe, Jean dipertemukan dengan sosok Isabella yang memandanginya penuh dengan kehangatan. Senyuman rindu yang Ia pancarkan.
Jean keluar sebentar dari hiruk pikuk yang terasa begah di dadanya. Mencari angin segar. Ia mengajak Isa menyusuri jalan di kota Jogja menaiki motor. Jalan sepi berangin. Mencari napas untuk sebuah pengakhiran.
"Bagaimana Kamu bisa sampai Jogja?"
"Kampus Isa ada kunjungan di beberapa sanggar seni di Jogja. Sebenarnya tidak wajib tapi Isa mau ke sini saja. Setidaknya ada kesempatan untuk menemui Mas Jean," jelas Isa jengah.
"Kamu kabur dari hotel?"
Isabella mengangguk.
Jean semakin tak tega melihat pengorbanan ini. Tetapi kejujuran tak boleh ditinggalkan. Pengorbanan dan kasih sayang Arman yang melimpah, telah Ia nantikan.
Mereka sampai di alun-alun kota Yogyakarta. Tak sepi, namun cukup tenang untuk berbicara secara pribadi. Ada cukup ruang untuk menyematkan tanda perpisahan dengan akhir kesedihan. Itu pasti.
"Isa, Aku ingin bilang sesuatu."
"Iya?"
"Maaf tapi.....Aku tidak bisa membiarkanmu sakit hati lebih jauh lagi."
Isa tertegun. Matanya sempat berkaca-kaca penuh harap. Semoga Ia salah menafsirkan kebenaran sebuah pengakhiran, "Isa tidak mengerti."
"Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lebih jauh lagi."
Air mata Isabella merayap turun tak terbendung. Satu katapun tak ada yang keluar diantara suara Isa. Hanya desah napas yang tersengah-sengah karena isak tangis yang meledak.
"Kamu gadis baik. Kamu cantik. Pasti banyak lelaki sempurna di luar sana yang ingin bersanding denganmu."
"Tapi Mas Jean adalah yang terbaik."
"Aku tidak sebaik seperti apa yang kamu pikir."
Isa termangu. Menahan tangis tanpa harus terisak, "Apakah Mas Jean menyukai orang lain?"
"Iya," jawab Jean singkat.
Isa hanya tersenyum dalam kepedihan. Matanya berkaca-kaca. Dipenuhi air mata yang Ia tahan., "Isa tidak akan memaksakan perasaan Isa. Seperti yang Mas Jean katakan, jika memang Mas Jean menemukan yang lebih baik daripada Isa, Isa merelakan."
Mereka saling memandang dalam kesunyian. Dengan jarak yang membentang dan kini mulai terasa. Angin semilir berhembus pilu. Membawa Isa pada titik nol dalam hatinya. Kehampaan.
"Isa mau kembali ke hotel dulu ya, Mas."
"Biar Aku antar."
"Tidak usah. Isa bisa pergi sendiri."
"Tapi...."
Isa hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin kebaikan hati Jean akan menambah sakitnya sebuah pengharapan.
Isa pergi sendiri meninggalkan Jean.
Tetapi, hati Jean tetaplah hati lelaki bijaksana. Tak tega Ia melihat wanita berjalan dalam kesendirian di tengah sepinya malam. Ia pun mengikuti arah perginya Isabella menggunakan motornya yang Ia kendarai perlahan-lahan. Mengendap-endap mengantar Isabella tanpa gadis itu tahu. Memperhatikan Isabella dari belakang. Namun Aura kesedihan ita masih terasa menyerang. Hingga Isabella sampai ke hotel dengan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Cinta Tak Mengenal Batas [COMPLETED]
RomancePS: Bagi teman2 dimohon untuk membuka pikirannya ketika membaca novel ini. kategori novel ini bukan erotis tetapi lebih kpd penjelasan apa yg d rasakan kaum lgbt dlm hidupnya, bagaimana mereka menghadapi lingkungan keluarga, dan bagaimana perspekti...