#6

65 8 3
                                    


Jangan lupa kasih vote dan komentar yah ^^

*****

Langit pagi masih dikuasai gulita. Bintang-bintang masih bertaburan indah di angkasa. Tak terhalang awan. Udara masih sejuk. Dingin. Semilir.

Kini Jean tengah menatap bintang-bintang itu. Indah. Tapi tak cukup menenangkan. Tak cukup kuat menangkal rasa bimbangnya yang membelenggu kebahagiaannya.

"Hey," sergah Arman dari belakangnya, "Sudah siap?"

Jean melihat jam tangannya. Tepat pukul empat, "Baiklah, Ayo."

*****

Jean dan Arman menaiki bus dengan tulisan Jogja-Godean. Di dalam bus tak terlalu banyak penumpang. Baru dua sampai tiga orang yang berada di dalam. Dengan leluasa, Jean dan Arman dapat memilih tempat duduk.

Mereka duduk di kursi nomor tiga dari belakang. Tak terlalu depan juga tak terlalu belakang. Jean duduk di dekat jendela untuk lebih mudah melihat keluar jalan.

Jean terhimpit oleh tubuh Arman yang lebih besar darinya. Namun Ia merasa nyaman. Benar-benar nyaman. Tersentuh meskipun itu sedikit. Hanya duduk berdua bersama seseorang yang disukai bahkan dalam diam pun terasa menikmati.

"Berapa lama kira-kira perjalanannya?" tanya Arman.

"Sekitar dua sampai tiga jam atau bisa lebih jika traffic dipenuhi Transformers."

"Transformers?"

Jean tergelak, "Mobil, truk-truk besar. Mereka seperti Transformers, kan?"

Arman ikut tertawa, "Semoga mereka tidak berperang di jalan."

"Selama perjalanan yang lama, setidaknya kita bisa tidur lelap untuk beberapa saat."

"Aku bukan orang yang mudah tidur. Dalam perjalanan Aku lebih senang menikmati suasananya."

"Bisa diterima."

Lama perjalanan yang menyita waktu, mereka melihat kehidupan jalanan Kota Jogja dari balik kaca di kala lelap masih menggoda. Surya belum berkuasa. Sepi. Hanya beberapa kendaraan yang terlihat berlalu lalang memecah keheningan. Bahkan dalam ruang hampa berjalan di dalam bus, suara kebisingan di luar sana masih dapat menembus jendela kaca kedap suara sekalipun.

Perjalanan yang cukup lama, membuat Jean begitu lelah. Meski hanya duduk, matanya terasa berat. Hingga mulai mengatup dan terpejam. Mengangkutnya masuk ke dalam alam tidurnya yang lelap.

*****

"Je, kita sudah sampai," bisik Arman.

Jean menyipitkan matanya. Rasa kantuk masih menguasainya. Namun tangan Arman yang mengusap keningnya, perlahan-lahan menyadarkan dirinya dari lelap. Sontak Jean terkejut ketika mendapati kepalanya sedang bersandar di pundak Arman. Pundak yang kokoh.

Jean mengangkat kepalanya dengan segera. Ia menatap wajah Arman dengan penuh kegelisahan. Mata mereka saling bertatapan. Membatu.

Ingin sekali waktu ini Aku bekukan. Dan merasuki kedua mata itu.

"Maaf," Jean menyadarkan diri dari lamunannya, "Ayo kita turun," Jean mengembalikan senyumannya. Mendistorsi ketidaknyamanan ini dengan sebuah senyuman yang Ia paksakan.

Mereka segera turun dari bus dan disambut oleh riuh suara orang-orang yang saling berteriak menawarkan angkutan.

"Kita mau naik apa?" kata Jean.

"Terserah. Aku belum pernah ke sini," Arman masih menebar pandangannya di sekitar terminal.

"Mau coba the real backpaker?" Jean menantang.

Karena Cinta Tak Mengenal Batas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang