#9

51 5 0
                                    


Jangan lupa kasih vote dan komentar yah ^^

*****

Arman masih terjaga. Ia masih telentang sembari memandangi langit-langit rumah. Tatapannya penuh rasa bimbang.

Aku mengerti. Bahkan sedari awal. Yang aku tak mengerti kenapa semua bisa seperti ini.

Arman memejamkan kedua matanya dan melacak memorinya yang telah lalu. Yang usang tak tersentuh. Masa kecilnya.

Tak ada riwayat kelam dalam hidup Arman. Semua baik-baik saja.. Keluarganya terhormat. Papanya, Brotokusumo seorang konglomerat. Arman tak kurang kasih sayang. Tak pernah mengemis perhatian. Segalanya tersedia untuknya.

Ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat. Papanya melatih dirinya untuk menjadi pria yang tangguh. Berjiwa besar.

Berstatus sebagai anak sulung, Ia harus bisa melindungi kedua adik perempuannya. Menjaga dan menaungi seperti seorang ayah bagi mereka.

Hal itu membuat sosok Arman kecil memulai pertumbuhannya dengan banyak olahraga berat. Membentuk tubuhnya hingga mendapatkan postur tubuh atletis. Memperkaya dirinya akan pengetahuan. Hingga Ia tumbuh menjadi pria yang gagah dan terpelajar. Tampan. Menarik perhatian.

Pesona Arman mampu menggetarkan hati setiap wanita yang memandangnya. Ia adalah wujud jantannya seorang pria.

Ia menjalani kehidupan cinta selayaknya lelaki normal secara silih berganti. Wanita datang dan pergi. Hingga dirinya menemukan dermaga yang siap Ia labuhi. Ketika Arman benar-benar telah dewasa, Ia berjumpa dengan Elisa.

Wanita yang berdaya pikir luas. Cerdas. Tegas. Tapi tak meninggalkan kesan anggun dari dirinya. Cantik. Tinggi semampai, sepadan dengan tubuhnya yang tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Lakunya bak model. Wajahnya tirus. Kulitnya putih mulus. Tatapan matanya tajam tetapi halus. Lakunya memukau Arman dari pandangan pertama berjumpa. Melalui proses yang mudah dari Arman yang menawan. Mereka mulai menjalin cinta dan berakhir pada ikatan pernikahan. Mereka sangat serasi. Orang pun akan iri. Tampan dan cantik.

Satu tahun mereka dipersatukan dalam ikatan perkawinan, mereka dikaruniai bidadari kecil mungil. Arman memberi nama putrinya, Adelina. Malaikat yang merubah hidupnya menjadi sosok yang lebih bijaksana.

Hampir tak pernah ada masalah antara Elisa dengan Arman. Pernikahan yang dipandang dingin dari luar, tampak seperti biasa saja. Tetapi hangat di dalam kehidupan mereka berdua.

Sayangnya, mereka berdua menjalani kehidupan dengan diperbudak oleh rutinitas. Tanpa ada jeda bagi mereka untuk bertatap muka. Elisa kembali dalam kehidupannya sebagai wanita karir yang sibuk melalang buana. Begitu juga Arman yang merasakan kesibukan berkeliling pulau dan benua. Hambar. Tapi cinta masih ada. Meski intensitas mereka berjumpa disekat oleh kesibukan pekerjaan mereka.

Dua bulan lalu, Arman mengalami kecelakaan hebat. Mobilnya sampai ringsek. Beruntung Ia segera mendapatkan pertolongan medis dari rumah sakit terdekat. Kecelakaan itu membuat Arman kehilangan banyak darah. Kepalanya harus menerima empat puluh tiga jahitan.

Di masa-masa sakit, hanya sehari saja Elisa bisa datang untuk merawat Arman. Suaminya belum pulih total dan Ia sudah dirubungi kembali oleh kesibukan yang luar biasa menyita waktunya.

Arman berangsur-angsur pulih. Ia sembuh tanpa ada Elisa di sampingnya. Ia tidak berpikir itu adalah sebuah ironi. Ia berpikir segalanya harus segera kembali normal. Kenormalan keluarga kecil Arman adalah sebuah pekerjaan. Pekerjaannya yang terbengkalai telah menunggu untuk dijamah kembali. Dan terjun pada rutinitas seperti tanpa lelah.

Hingga suatu kesempatan Arman terbang ke Yogyakarta. Menjalankan sebuah proyek pembangunan jalan penghubung wilayah. Menikmati suasana kota Yogyakarta seorang diri. Lepas. Namun jenuh. Bahagia. Tapi pilu.

Karena Cinta Tak Mengenal Batas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang