#5

59 6 0
                                    


Jangan lupa kasih vote dan komentar yah ^^

*****

Jean belum bisa tidur di kamar kosnya. Ia masih membolak-balikan tubuhnya dengan gelisah. Tiga hari pikirannya membayangkan Arman dan kini Ia berusaha melenyapkan imajinasi gilanya itu. Bahkan perasaan aneh, sedang menggantung di dalam hatinya.

Ia masih menyumbari dalam benaknya bahwa dirinya adalah sosok lelaki. Tak mungkin Ia bisa melemah dengan pesona seorang pria. Ia mencoba menelisik masa lalunya. Jean bukanlah korban tindak asusila. Bukan juga anak yang dibesarkan di lingkungan tak beradab. Bahkan kakak perempuannya, satu-satunya saudara yang Ia miliki, tak pernah memengaruhi dirinya untuk mencintai seorang laki-laki.

Bapak Susanto, ayah dari Jean. Ia adalah Purnawirawan Angkatan Laut yang cerdas. Beretika. Mendidik Jean sedari kecil dengan latihan-latihan semi militer. Membentuk fisik Jean agar menjadi pribadi yang tangguh dan kuat. Karate. Basket. Badminton. Lari. Bersepeda. Berenang. Semua olahraga itu Jean pernah menjajakinya. Dan setiap olahraga itu, Jean selalu unggul di dalamnya. Meski tubuhnya masih terlihat ringkih tak berdaya.

Pak Susanto juga menanamkan kelembutan di dalam diri Jean melalui seni musik. Piano klasik. Selalu menjadi penghibur dan pelipur lara.

Jean benar-benar tumbuh dalam keluarga tanpa kekerasan. Namun dalam ketegasan dan kelembutan yang berbaur hingga menjadikan Jean sosok yang disiplin dan cerdas seperti saat ini.

Seiring pertumbuhannya dari kecil hingga di tubir masa pubertas, Jean masih belum pernah terbelenggu dalam hasrat mencintai. Meski mudah baginya mendapatkan hati wanita, namun hal itu tak menjadikannya sosok yang genit pada setiap kaum hawa.

Ayah Jean, menjodohkan Jean dengan putri teman satu angkatannya di akademi militer dulu. Mempererat persaudaraan sesama prajurit. Dengan jalan menikahkan kedua anak mereka. Memperkenalkan Jean kepada dunia Isabella.

Sosok Isabella. Gadis manis bertubuh indah. Tinggi, ramping, rambutnya hitam panjang menyentuh pinggang. Senyumannya memesona. Dengan geraham atasnya yang gingsul sebagai pemanis bibirnya. Hidungnya mancung, kokoh. Matanya lebar dan menatap dengan mantap, namun ramah. Isabella juga sosok yang cerdas. Beretika. Ia berkuliah di sebuah kampus seni di Solo. Kelembutan dan keanggunan sebagai seorang wanita, Ia tunjukkan dalam seni tari yang selalu Ia perankan.

Hanya sekali, dua kali mereka berjumpa dalam pertemuan yang diatur. Makan malam bersama keluarga. Hiburan piano yang Jean lakukan. Perilaku Jean yang seindah penampilannya. Wanita mana yang tak ingin dimiliki sosok Jean? Kerlingan matanya saja akan membuat seseorang membatu. Tak henti-henti menikmati mahakarya yang bernapas hangat.

Pertemuan yang diatur membuat mereka harus berjumpa sendiri. Hanya berdua. Seperti sebuah kencan dalam dunia pertemanan. Hanya Jean dan Isabella. Membentuk sebuah tali asmara tanpa daya. Jean menyetujuinya. Bertumpu pada prinsip membahagiakan orangtuanya.

Siapa yang tidak ingin? Cinta mereka, kasih sayang mereka. Mereka limpahkan selamanya pada Jean. Membuat Jean lemah akan tubuhnya sendiri. Hanya berputar pada keinginan orangtuanya. Menjadi sarjana ekonomi yang berhasil. Mendapatkan pekerjaan yang layak. Menikahi wanita pilihan mereka. Bahkan sampai sekarang hubungan Jean dan Isabella masih berlanjut. Entah mengapa, hambar. Tetapi Jean membiasakan diri menumbuhkan benih cintanya kepada Isabella.

Hati Jean seperti sebuah harpa yang ditinggalkan. Ia mengizinkan Isabella memetik setiap dawai di hatinya. Menimbulkan suara merdu dan syahdu. Berpadu dalam sebuah simfoni tentang cinta. Tetapi, nada-nada itu masih belum menggugahnya. Masih belum.

Hingga Arman datang dengan pesonanya. Tanpa Ia memetik dawai-dawai itu. Hanya dengan tiupan lirih saja, dawai itu bergetar. Menggantikan lagu dari Isabella dengan cepat bagai kilatan yang melesat.

Tapi kenapa? Sebelum terlalu jauh rasa ini merajalela, Aku harus sadar. Aku harus menghindar. Aku tak boleh berpikir bahwa ini sebuah hubungan lebih dari pertemanan. Lagi pula, bagaimana bisa Aku jatuh cinta pada seorang lelaki? Dan Ia sudah beristri.

*****

Karena Cinta Tak Mengenal Batas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang