#12

44 7 0
                                    


Jangan lupa kasih vote dan komentar yah ^^

*****

Masa-masa liburan Jean kini telah usai. Ia kembali pada rutinitas pekerjaannya di kafe. Menatap meja Barista. Bereksperimen dengan biji kopi. Semua Ia lakukan kembali.

"Hey, Je. Bagaimana liburanmu?" tanya Greta yang baru menyematkan celemeknya.

"Menyenangkan," jawab Jean dengan datar.

Memang menyenangkan. Aku bisa bersama dengan seseorang yang Aku puja.

"Karena Kamu minta libur, si Desta jadi ngiri. Di antara kita Ia tidak pernah ambil cuti sama sekali. Sekarang Aku harus merangkap sebagai koki. Sepertinya kita harus hiring pegawai baru deh."

"Satya kemana?"

"Ia izin dua hari karena sakit. Sudah dari kemarin."

Sesaat kemudian, Greta terhentak. Kedua matanya terbelalang ketika melihat sosok Arman bersama seorang gadis kecil di antara lengannya dan seorang wanita cantik, tinggi, dan bergaya modis menemaninya.

"Itu bukannya laki-laki bernama Arman itu?" Greta berusaha memperjelas daya pandangnya, "Ternyata Ia sudah menikah. Punya anak. Serasi lagi dengan istrinya."

Sontak Jean mengangkat wajahnya. Benar saja, Ia melihat sosok Arman sedang menggendong Adel. Keluarga kecil Arman tampak memasuki kafe. Menebar rasa gerah pada sekujur tubuh Jean.

Arman melayangkan pandangannya pada Jean. Terpancar di kedua matanya sebuah kerinduan.

Greta segera menyambut pelanggan pertamanya itu dan mengarahkan mereka untuk memesan menu di bar.

"Siang," sapa Jean jengah.

"Saya mau pesan, affogato, prata, dan air mineral," Arman mendikte, "Adel mau apa?"

"Adel, mau es krim," jawab putri Arman dengan suaranya yang renyah.

Jean menatap Adel sekali lagi. Sungguh gadis pintar dan lucu. Ia sampai tak tega jika gadis itu tahu bahwa ayahnya menyeleweng dengan seorang pria.

"Banana split ya? Nanti ada pisangnya terus di atasnya ada es krimnya," Jean tersenyum hangat pada gadis itu.

Adel hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Kamu mau apa?" Arman menawari Elisa.

"Aku mau Japanese Ice Coffee."

Jean menghitung semuanya dan menyebutkan berapa jumlah uang yang harus dibayarkan oleh Arman.

"Kita duduk di dekat jendela saja ya, Mas," sahut Elisa.

"Oh, iya," jawab Arman.

Mereka kemudian berhambur. Sekilas Arman masih berusaha mendapatkan perhatian dari Jean. Ia melirik Jean dengan tatapan gelisah.

Jean terdiam. Ia kemudian mempersiapkan affogato dan Japanese Ice Coffee sesuai pesanan Arman. Sedangkan Greta berhambur begitu saja menuju dapur.

Setelah pesanan Arman selesai, Jean melihat sebuah kesempatan untuk berbicara dengan Arman. Tepat ketika Elisa dan putrinya pergi ke toilet dan kafe masih sepi.

"Ini pesananmu," sergah Jean, "Ada banyak rumah makan atau kafe di kota Jogja dan kenapa Kamu memilih ke sini?" ujar Jean panik.

"Kamu tahu, Aku tidak bisa jauh darimu walaupun satu jam. Aku sudah merindukanmu sedari kita berpisah kemarin."

"Apakah Kamu tidak melihat ada Adel dan Elisa? Bagaimana perasaannya jika mereka tahu segalanya?"

"Apakah di tubuhku ini tertulis kalau kita punya hubungan? Kamu jangan khawatir."

Karena Cinta Tak Mengenal Batas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang