Fourth

779 119 40
                                    

I'm so happy, unknowingly that I'm so stupid .. stupid because of you
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Tepat 3 jam sudah , Jihoon menunggu didepan kantor nya. Tidak ada tanda-tanda dari Jinyoung akan datang menjemputnya. Beberapa kali dia melirik arloji sambil bergumam kesal. Tahu begini dia naik bus saja tadi.

"Gak mau bareng kita aja Hoon?" rupanya Hyunjin baru menjemput kekasihnya dari tempat les, kebetulan lewat depan kantor mereka. "Gausah, aku nungguin Jinyoung aja." tolak Jihoon halus. "Kakak ikut kita aja, keburu gelap loh. Entar kakak tinggal hubungi calon suami kakak." perkataan Jeongin ada benarnya juga, hari sudah hampir petang Jinyoung bahkan tidak datang padahal jam kerjanya sudah berakhir satu jam yang lalu. Setelah sedikit menimang, akhirnya Jihoon menggangguk memutuskan pulang bersama Hyunjin.

🍀Hate You 🍀

Jinyoung melirik arlojinya, dia lupa. Terlalu asik menghabiskan waktu bersama Daehwi hingga lupa bahwa dia harus menjemput calon istrinya.

"Daehwi, gimana kita pulang aja?Aku ada urusan sekarang." Daehwi cemberut, dia tidak suka. Dia tahu Jinyoung pasti akan menemui calon istrinya lagi. Tidak boleh!Sekalipun mereka dijodohkan dirinya sudah mengklaim bahwa Jinyoung adalah miliknya.

"Kamu pasti mau ketemu calon istri kamu kan?"

"Aku udah  janji mau jemput dia sayang." Jinyoung berucap hati-hati, berharap kekasihnya ini akan mengerti.

"Gak! Pokoknya gak boleh! Kalo kamu pergi sekarang kita putus!" ancam Daehwi. Jinyoung menghela nafas sebentar, kekasihnya memang seperti ini tidak bisa diajak kompromi sedikitpun. "Yaudah, aku gak jemput dia. Sekarang kamu mau kemana lagi?" Daehwi memekik senang, Jinyoung lebih memilih dirinya ketimbang calon istrinya.







Jika kau pikir, Jihoon sudah sampai dirumah diantar dengan Hyunjin sepertinya kau salah. Dia kembali turun untuk menunggu Jinyoung, dirinya rela menunggu Jinyoung yang tidak peduli dengan dirinya mungkin?

"Bodoh!Seharusnya ikut Hyunjin saja tadi." Jihoon memukul kepalanya pelan. Ada apa dengan dirinya hingga tiba-tiba melewatkan kesempatan tadi? Seharusnya dia sudah dirumah sekarang.

"Jihoon?"

Jihoon mendongak. Sial, kenapa sih dia harus bertemu orang ini?

"Daniel? Kamu ngapain disini?" tanya Jihoon, Daniel tertawa pelan. "Seharusnya aku yang tanya, ngapain kamu jongkok didepan kantor malem begini?" tanyanya. "Itu bukan urusan kamu." balas Jihoon dingin, bertemu dengan mantannya sungguh merusak moodnya saja. "Ayo pulang, aku antar." Daniel menggenggam tangan Jihoon. Ada benarnya juga Daniel, untuk apa dia menunggu seseorang yang tidak pasti hingga semalam ini? Sebaiknya dia pulang saja.

Sret

"Lepasin tangan kamu dari calon istri saya." Jinyoung tiba-tiba menepis tangan Daniel, lalu merangkul tubuh Jihoon. Daniel hanya tersenyum, dia tahu apa posisinya sekarang. "Oh, jadi kamu calon suaminya. Setega itu kah kamu ninggalin dia disini?" tanya Daniel masih tersenyum, namun nadanya benar-benar menusuk. "Itu bukan urusan anda, intinya saya sudah ada disini sekarang. Ayo masuk ke mobil sayang, kita pulang." Jinyoung menuntun masuk Jihoon kedalam mobilnya.


























"Maaf aku telat, kerjaan aku banyak banget." bohong Jinyoung, tentu saja. "Gapapa Jin, aku tau kok kamu sibuk, lain kali kamu hubungi aku aja kalo lagi sibuk." Jihoon tersenyum manis. Jinyoung mengusap kepalanya pelan, Jihoon terlalu polos. Terlalu polos untuk dibohongi untunglah kekasihnya mau diajak kompromi dengan alasan banyak pekerjaan dirumah. "Sebagai permintaan maaf, kamu mau kan aku ajak ke suatu tempat?" tawar Jinyoung. Jihoon menggangguk ribut, tentu saja dia mau!









Hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang