Eighteenth

730 122 10
                                    

can everything come back as before?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

🍀Hate You🍀





Sudah memasuki waktu pulang bagi sekolah dasar, beberapa orang tua menjemput anaknya. Juga, ada beberapa yang pulang bersama teman mereka. Sesekali bertukar canda riang khas anak bangku sekolah dasar. Itu tidak berlaku bagi ; Park Jihoo.

Bocah berumur 7 tahun itu duduk sendirian. Menatap lurus kearah anak yang dijemput oleh ayah maupun ibunya. Sesekali menunduk murung, sudah tertebak apa dipikirkan olehnya.

"Kenapa masih diam saja disini?" Jihoo mendongak, seorang pria tampan berambut dark brown menghampiri dirinya, lengkap dengan setelah formal. Kelihatannya seseorang penting. "Boleh aku menemanimu disini?" tanya pria itu. Jihoo mengangguk, tak ada salahnya bukan ditemani oleh orang asing. Lagipula, Jihoo bisa menjaga dirinya sendiri walaupun Jihoo merasakan sesuatu ketika bertemu pria ini. Pria itu mengikuti arah pandangan Jihoo.

"Kenapa? Apa kau juga ingin dijemput seperti anak lain?" Jihoo menggeleng pelan.

"Jihoo ingin dijemput oleh papa juga." pria itu sedikit mengernyit bingung. "Bukankah kau sudah memilikinya?" lagi-lagi, Jihoo menggeleng. "Daddy Daniel bukan papa Jihoo, Daddy sudah memiliki Dahee dan mommy Seongwoo walaupun mereka sudah berpisah." pria itu mengangguk paham. "Memangnya, mamamu tidak pernah membicarakan tentang papa?" tanya nya lagi.

"Tidak, Jihoo takut jika menanyakan itu pada mama. Mama akan bersedih jika Jihoo bertanya. Jihoo pernah melihat mama melihat fotonya bersama seorang lelaki tampan, lalu mama menangis. Karena itulah, Jihoo tidak pernah bertanya pada mama." lanjut Jihoo. Pria itu mengusak surai gelap Jihoo pelan.

"Suatu saat nanti kau pasti akan bertemu papamu, aku yakin." perkataan itu sedikit menenangkan hati Jihoo.

"Omong-omong, nama hyung siapa?"

"Bae Jinyoung, kau bisa memanggilku Jinyoung hyung." Jinyoung tersenyum. "Apakah kau mau menemani hyung berkeliling kota Jepang?Kebetulan, hyung sedang berlibur disini." tawar Jinyoung yang ternyata langsung diterima dengan semangat oleh Jihoo.

"Tentu saja Jihoo mau! Ayo hyung! Kita berjalan-jalan." ujar Jihoo antusias. Jinyoung terkekeh, antusiasme Jihoo mengingatkan Jinyoung kepada Jihoon ketika sedang menginginkan sesuatu dulu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sedari tadi, Jihoon melayani pengunjung dengan perasaan cemas. Beberapa kali dirinya salah menghitung uang atau salah memberikan kembalian, beruntung pelanggan mereka adalah orang jujur. Jika tidak, rugi sudah mereka selama hari ini. Bagaimana dirinya tidak cemas, ini sudah lewat dari jam pulang sekolah putranya. Jihoon sudah menghubungi pihak sekolah maupun Daniel, mereka tidak tahu keberadaan Jihoo. Bahkan, pihak sekolah mengatakan Jihoo sudah pulang.

"Jihoo belum pulang juga kak?" tanya Seonho dari tadi mengamati gerak-gerik cemas Jihoon.

"Iya, dia belum pulang juga. Aku khawatir."

"Kalo gitu, kakak cari aja dia sama Hyungseob sekarang." Seonho menyerahkan kunci mobilnya kepada Jihoon. "Tapi.. Gimana sama cafe?" seberapa cemas nya Jihoon, dia tidak akan lalai dari tanggung jawab. Kondisi cafe benar-benar ramai oleh pengunjung saat ini.

Hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang