Twenty Four (End)

834 117 16
                                    

Apakah kau tahu?

Aku begitu mencintaimu bahkan ketika kita pertama kali kita bertemu setelah sekian lama..

Tetapi, sayangnya kau berhianat. Semuanya terasa runtuh.

Aku benci..

Aku benci diriku yang masih mencintai dirimu yang telah menyakitiku.

Aku benci dirimu yang meninggalkanku setelah aku merasakan nyaman untuk kedua kalinya.

Mengapa?

Mengapa aku harus merasakan semua ini?

Aku begitu naif, meskipun sesakit apapun, sebenci apapun, aku tetap mencintaimu.

🍀Hate You🍀

Tubuh Jihoon merosot begitu saja ke lantai bandara, isakannya telah lolos.

Tidak, ini semua tidak benar bukan?

Setelah mendapatkan beberapa informasi, ternyata benar. Jinyoung termasuk dalam penumpang pesawat tersebut, kabarnya pesawat itu jatuh menabrak gunung. Sangat kecil kemungkinan untuk menemukan korban selamat.

"Mama, jangan menangis." Jihoo memeluk Jihoon berusaha menenangkan ibunya. Beberapa menit yang lalu, semuanya menyusul ke bandara termasuk ; Daniel, Hyungseob, serta Guanlin dan Seonho.

"Hiks.. Jihoo.. ini semua gara-gara mama." tangisan Jihoon semakin keras. Membuat semua melihatnya dengan tatapan iba.

"Udah Hoona, kita tunggu kabar lagi dari bandara oke?" Hyungseob ikut menenangkan Jihoon.

"Gimana? Gimana bisa aku tenang seob? Jinyoung pergi karena aku, kalo aku gak nolak dia mungkin dia gak bakal pergi." Jihoon semakin histeris.

"Tenang Jihoon, bener kata Hyungseob. Kamu harus tenang apapun hasilnya. Histeris kayak gini juga cuman buang tenaga doang." ucap Woojin. Akhirnya, Jihoon mulai sedikit tenang walau terisak. Hatinya benar-benar sangat cemas dan berdoa. Walaupun dia yakin, doanya pasti akan terasa sia-sia mengingat kecilnya kemungkinan selamat dari kecelakaan pesawat.

"Mama, jangan nangis. Jihoo yakin Jinyoung hyung pasti selamat." senyum Jihoo.

"Bukan hyung sayang, tapi papa. Dia papa kamu."

"Papa?Jadi selama ini Jihoo punya papa?" Jihoo menatap ibunya dengan tak percaya membuat Jihoon sedikit terkekeh.

"Iya sayang, Jihoo punya papa. Jihoo senang kan punya papa?"

"Senang banget ma!Jihoo bangga punya papa kayak Jinyoung hyung!" Jadi, selama ini Jihoon salah. Jihoon pikir putranya akan membenci ayahnya karena telah meninggalkannya atau lebih tepatnya Jihoon yang menjauhinya selama bertahun-tahun, tetapi semua berbanding terbalik. Putranya malah sangat menyukai Jinyoung apalagi sebagai ayahnya lebih dari menyukai Daniel. Penyesalan tetaplah penyesalan bukan? Sekarang, tak ada yang tahu keadaan Jinyoung. Jika diberi kesempatan, Jihoon ingin mengulang semua itu dia ingin mengulang dimana Jinyoung memintanya kembali bersama. Tentu, dia akan menerimanya dengan sepenuh hati.

Jihoon kembali menangis, kali ini isakannya tidak sebesar tadi. Meruntuki semua ego, sehingga tekah menghancurkan semuanya. Dia hanya pasrah, tidak tahu harus bagaimana lagi. Kedua tangannya saling bertautan memanjatkan doa sambil menangis.

Hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang