Seventeenth

661 119 9
                                    

why is fate so cruel that you let me meet again?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Akhir pekan, hari yang indah untuk dinikmati. Bersama hangatnya musim semi, cuaca sejuk mendukung tak lepas untuk hari ini. Benar-benar hari yang indah bukan?

Hari ini, jugalah hari yang indah bagi Jihoon. Dia akan pergi bersama Daniel ke festival bunga sakura, mengenang masa-masa perkuliahan mereka dulu. Dimana waktu itu mereka hanya dua insan penuh kasih. Kebetulan juga, Jihoo hari ini sudah memiliki jadwal ke taman bermain bersama Hyungseob, Seonho, dan Guanlin. Jihoon bisa sedikit leluasa berkeliling melepas penat tanpa rengekan. Walau, Jihoon juga ingin mengajak Jihoo. Mungkin, lain kali dia akan bertamasya hanya berdua dengan putra kesayangannya itu. Sinar matahari mulai sedikit terik, masih pukul 8 pagi. Jihoon sudah sampai di festival menaiki bus, Daniel masih belum datang semoga saja tidak terlambat.

"Menunggu lama manis?" sebuah suara menggelitik tengkuk Jihoon. Itu Daniel, dengan ice cream vanilla ditangannya. "Ini buat kamu, kamu masih suka ini kan?" Daniel menyodorkan ice cream kehadapan Jihoon. "Kamu masih inget aja." Jihoon tersipu malu menyesap ice cream miliknya. "Inget dong, gak mungkin aku lupa." Daniel merangkul bahu Jihoon, berjalan menyelusuri festival bunga sakura.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tahun demi tahun berganti, tak terasa 7 tahun telah berlalu. Semuanya kini telah berubah, begitu juga Jinyoung. Kini, dia sudah sembuh setelah berjuang selama beberapa tahun melawan penyakit jiwa walaupun hingga sekarang tak jarang dirinya mengkonsumsi obat penenang. Seorang Bae Jinyoung kini telah bertranformasi sangat jauh. Tiada lagi senyum di bibirnya, selalu saja muram jangan lupakan kelakuan dinginnya kepada siapapun saja. Sorot matanya selalu datar, seakan tak ada manik kebahagiaan dalam dirinya. Hanya satu yang tidak berubah, memori ingatannya. Memori tentang seseorang yang pernah singgah mengisi hari-harinya 7 tahun yang lalu. Beberapa pertanyaan tak terjawab masih memenuhi otaknya.

Bagaimana keadaannya sekarang?

Apakah anak mereka masih hidup?

Apakah dia sudah melupakan dirinya?

Dan beberapa pertanyaan membludak tak terjawab lainnya. Memikirkannya saja kadang membuat Jinyoung hampir kumat sehingga harus meminum obat penenang. Selama ini, Jinyoung menjadi seseorang yang sangat tertutup. Tak ada satupun yang pernah dekat sekedar bercerita keluh kesah kehidupan kecuali, satu orang ; Park Woojin. Sekretaris sekaligus teman bagi Jinyoung, Woojin satu-satunya yang paham tentang problematika miliknya.

Hari ini, sepertinya hari keberuntungan baginya. Kebetulan, sudah 3 hari dia melakukan perjalanan bisnis di Jepang. Masih ada sehari untuk berjalan-jalan sebelum kembali berkutat pada pekerjaan menguras tenaga dan otak. Beruntungnya lagi, sekarang sudah memasuki musim semi di Jepang. Tanpa berkeliling jauh saja Jinyoung sudah bisa menikmati pemandangan indah musim semi. Kelopak berwarna merah muda berjatuhan, terlihat bagai hujan. Jinyoung membuka jendela mobilnya, mengadahkan tangan agar mendapat kelopak sakura. Sesekali tertawa kecil, teringat memori 7 tahun yang lalu.

Hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang