Fifteenth

704 123 8
                                    

Is this painful to hurt?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🍀Hate You🍀

Tahukah kalian tentang istilah karma is like 69 style?

Terlihat ambigu memang, tetapi itu benar adanya.

Karena semua itu benar terjadi padaku.. Aku telah jatuh.. Terjatuh dalam lubang penyesalan yang amat dalam.

Jika diberi kesempatan, aku ingin keluar dari sini. Dengan seseorang yang akan membantuku keluar dari semua ini... Apakah bisa?

Jawabannya tidak, semua perbuatan pasti memiliki konsekuensi.

Kini, yang kulakukan hanyalah menikmati semua ini.




Pagi ini Jinyoung merasa aneh, ini terasa seperti bukan kamarnya. Kepalanya sangat pening, dia juga tahu penampilannya pasti sangat berantakan. Tetapi, tubuhnya terbalut pakaian inap khas rumah sakit. Tunggu dulu! Bukankah ini pakaian pasien rumah sakit jiwa? Apa kakaknya mengira dia gila?

Pintu ruang inap Jinyoung terbuka. Dia ingat siapa lelaki itu, salah satu teman kakak iparnya. Jinyoung sama sekali tidak mengetahui siapa namanya karena mereka hanya bertemu saat pernikahan Hyunbin dan Minhyun.

"Hai Jinyoung, bagaimana keadaanmu?" sapa Donghan dengan ramah. Jinyoung tak bergeming sedikitpun. Donghan tetap tersenyum memaklumi. Jinyoung pasti merasa sedikit syok mengapa dia ditempatkan disini. "Kau akan menjalani perawatan disini hingga depresimu membaik. Kira-kira, selama seminggu jika kau bisa berusaha pulih. Jika tidak, terpaksa kau lebih lama tinggal disini."

Tidak bisa, Jinyoung tidak mau menerimanya. Dia tidak gila.

Dengan cepat, Jinyoung menyerang Donghan. Mencekiknya serta memojokkannya di dinding. Matanya berkaca-kaca.

"Bisakah kalian mengerti? Aku tidak gila! Mengapa kalian bersikeras menganggapku gila!?" teriak Jinyoung, semakin kuat mencekik Donghan. Tiba-tiba cengkeramannya mengendur, Jinyoung mulai sadar dengan apa yang dilakukannya langsung beringsut mundur.

"A-aku.. T-tidak melakukannya..." tubuh Jinyoung merosot, depresi nya kembali. Tubuhnya gemetar, seraya meremas rambutnya sendiri. Donghan menekan tombol darurat yang berada di sebelah ranjang Jinyoung, beberapa perawat langsung datang membawa peralatan untuk menenangkan Jinyoung.

"Lepaskan aku! Aku tidak gila! Lepas!" Jinyoung meronta saat beberapa perawat memegangnya. Donghan menyiapkan suntikan penenang. "Inilah alasan mengapa kau harus tetap berada disini." Donghan menyuntik leher Jinyoung. Dia kembali tenang tak sadarkan diri.

Hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang