Elevent

659 121 12
                                    

Jihoon mondar-mandir dengan cemas, sudah menujukan pukul 12 siang. Jinyoung belum menunjukan dirinya sama sekali. Untung saja, Jihoon sudah mengabari Minhyun bahwa mereka berdua tidak bisa datang dikarenakan dirinya sedang tidak enak badan.

Jihoon benar-benar sangat gelisah. Pasalnya, seorang teman dekat Jihoon semasa SHS —Park Woojin— merupakan sekretaris Jinyoung. Mengatakan kalau Jinyoung sudah pulang sejak dua jam yang lalu. Tetapi sekarang? Tidak ada tanda kepulangan sang suami. Sedari tadi, Jihoon mencoba menghubungi Jinyoung tetapi tidak ada jawaban sedikitpun, ponselnya mati. Dirinya merasa de javu, teringat kejadian saat hujan dua bulan lalu. Masalahnya, sekarang berbeda. Jika dulu, Jihoon kebal dengan semua sikap acuh Jinyoung setelah mereka menikah. Bagaimana bisa, sekarang Jihoon kebal dengan sikap Jinyoung mengingat empat bulan ini Jinyoung memperlakukannya sangat manis. Jihoon kembali jatuh kedalam pesona Jinyoung dibuatnya.

Jihoon menatap nanar beberapa barang sudah disiapkan untuk surprise Jinyoung. Sekali lagi, kejutannya harus gagal oleh si penerima kejutan. Jihoon mengelus perutnya gelisah, tak sadar sebuah cairan membasahi pipinya.

"Papa kamu kemana sih? Apa dia gak mau tahu tentang kamu?" gumam Jihoon pelan, semakin terisak. Kedua kalinya dirinya menangis akibat kekecewaan terhadap suaminya. Jihoon terus mencoba menghubungi Jinyoung, hasilnya tetap sama nihil.
Jinyoung seolah lenyap bak ditelan bumi selama beberapa jam terakhir.

"Semoga aja perasaan buruk mama gak bener terjadi ke papa kamu."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Disaat Jihoon tengah jengah menunggu kedatangan suaminya, disini suaminya ; Jinyoung malah sibuk terlelap dengan Daehwi didekapannya. Detik kemudian Jinyoung terbangun dengan pening mendera di kepala. Dia ingat betul dengan semuanya yang terjadi, Daehwi sengaja menjebak dirinya. Baru saja ingin mengeluarkan argumen, Daehwi langsung memeluk dirinya erat.

"Jinyoung jangan tinggalin aku." Jinyoung masih diam, dia juga tahu ini semua kesalahan dirinya. Seharusnya dia tidak berpaling dari Daehwi dengan menyukai Jihoon.

"Jinyoung.. Kalau aku hamil, kamu bakalan tanggung jawab kan?" Jinyoung menatap Daehwi sebentar lalu tersenyum hangat sembari mengelus kepala nya pelan.

"Iya aku bakal tanggung jawab." membuat Daehwi tersenyum dengan lebar.

Siap-siaplah untuk mengucapkan selamat tinggal pada Jinyoung Park Jihoon sialan.






Tepat pukul 8 malam Jinyoung pulang kerumah. Jihoon yang tadinya tidur disofa langsung dengan sigap bangkit menuju pintu depan menyambut kedatangan sang suami.

"Jinyoung kamu kemana aja tadi?" tanya Jihoon ada guratan cemas terselip pada perkataannya. Tetapi, hanya dibalas tatapan datar oleh Jinyoung. "Aku ada kerjaan." balasnya singkat.

"Tapi tadi aku tanya sama Woojin katanya kamu udah—"

"Cukup Park Jihoon!" Jihoon sedikit tersentak, ini pertama kalinya Jinyoung membentak dirinya. Dan pertama kalinya juga Jinyoung memanggil tanpa ada embel-embel "Bae" pada namanya.

Melihat ekspresi Jihoon, Jinyoung mengusap wajahnya kasar.
"Maaf, aku capek. Kita ngomongin ini besok aja." ujar Jinyoung meninggalkan Jihoon yang masih mematung di tempat. Perlahan Jihoon menunduk, padahal hari ini dia ingin memberitahu berita bahagia bagi mereka, tetapi sepertinya Jinyoung seolah enggan mendengarnya.

Hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang