Epilog

1K 117 9
                                    

Beberapa bulan ini Jihoon merasakan hal yang aneh, tubuhnya merasa mual serta lemas. Jinyoung telah kembali ke korea untuk mengurus beberapa pekerjaan, terkadang Jihoon bingung apakah ini efek karena Jinyoung meninggalkannya?

Didalam pikirannya, terdapat satu kemungkinan. Dan dia tidak yakin dengan kemungkinan tersebut, karena itulah dirinya akan mencoba untuk mengetahui kebenarannya.

"Ini tidak mungkin."

Jihoon menatap tespacknya sedikit gemetar. Ini tidak mungkin, tidak mungkin ia hamil lagi.

Apa kata Jinyoung nanti?

Bagaimana jika kejadian dulu terulang kembali?

Beberapa pertanyaan berkecamuk dipikirannya. Ayolah, dia baru saja berbahagia dengan putra dan suaminya. Masa harus ditimpa masalah kembali? Tentu saja dia tidak rela.

"Aku harus mengeceknya, ini pasti salah." Jihoon bergegas menuju rumah sakit.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sebenarnya, dua hari sebelumnya Jinyoung sudah kembali. Namun, dia sengaja tidak memberi tahu istrinya. Untunglah, putra mereka pandai menjaga rahasia sehingga tidak memberitahu ibunya sedikitpun. Jinyoung berencana membuat kejutan untuk Jihoon, bahkan ia sudah memboyong keluarganya dan keluarga Jihoon untuk menyaksikan kejutan itu.

"Papa?" panggil Jihoo. Untuk informasi ; mereka sedang berada di hotel, bersama keluarga. Kebetulan, sekarang adalah hari libur dan Jihoo dapat kesini karena bantuan Guanlin.

"Kenapa nak?" Jinyoung mengelus surai hitam Jihoo.

"Mama sedang sakit, dia muntah terus. Apa artinya Jihoo akan punya adik?" tanya Jihoo polos, dahi Jinyoung sedikit mengkerut bingung.

"Darimana Jihoo tahu hal itu?"

"Dahee bilang, mommy sedang sakit dan ternyata dia mengandung adik bayi! Jihoo ingin punya adik!" ucap Jihoo antusias. "Apakah benar itu berarti mama mengandung?" tanyanya lagi.

"Kita doakan saja, semoga mama memberikan adik untuk Jihoo." senyum Jinyoung.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jihoon memandang lesu kertas ditangannya, dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Didalamnya tertulis bahwa dirinya positif hamil tiga bulan. Rasanya sangat frustasi, lantaran takut dan bahagia. Bahagia karena tuhan memberikan kepercayaan dengan mengandung anak lagi, dan takut kebahagiannya akan sirna begitu saja. Luka lama itu sangat berpengaruh baginya, jika saja kejadian itu terulang Jihoon tak tahu harus sehancur apalagi jadinya.

"Hoona." seseorang menepuk bahunya, itu Hyungseob.

"Kamu kenapa?"

"A-aku.. hamil." lirih Jihoon. Hyungseob sedikit tersentak kaget. "Berarti, Jihoo bakal punya adek dong." girang Hyungseob, Jihoon tersenyum tipis.

"Aku takut.." mata Jihoon mulai memanas, siap mengeluarkan air mata. Melihat hal itu, Hyungseob langsung mendekap sahabatnya.

"Aku takut.. Jinyoung ninggalin aku lagi. Ninggalin aku sama Jihoo atau mungkin, ninggalin aku sendirian. Kamu tahu sendiri kan, waktu aku mau cerai sama dia aku dalam keadaan hamil juga." ujar Jihoon.

Hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang