Twenty One

561 109 12
                                    

Is this a sign we can come back again?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

🍀Hate You🍀

'Park Woojin sialan!'

Berbagai sumpah serapah telah terucap di hati Jinyoung. Tega-teganya Woojin yang notabene adalah sekretarisnya mengerjai dirinya. Tolong ingatkan Jinyoung untuk mencekik lelaki bergingsul itu nanti.

"Mau sampai kapan kamu nunduk gitu?" jengah Jihoon. Setelah ucapan manis ahh.. tidak lebih tepatnya salah presepsi, Jinyoung tak berkutik sedikitpun.

Dia sangat malu.

"Ayo kita pulang, aku yakin pasti Woojin sudah berada disana." Jihoon berjalan mendahului.

"Ayo hyung! Biar aku yang menyimpan bunga ini untuk mama." Jihoo menggandeng serta mengambil bunga dari tangan Jinyoung. Yah.. setidaknya Jihoo mengurangi rasa malu Jinyoung.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suasana hening mendominasi, tak ada satupun kata terucap. Yang satu terlalu malu untuk berbicara, sedangkan yang satu sedang memikirkan sesuatu.

"Hyung! Mama! Lihat disana!" Jihoo berada di kursi belakang menunjuk kaca mobil Jinyoung dengan antusias atas apa yang telah dilihatnya.

"Hyung! Mama! Lihat disana!" Jihoo berada di kursi belakang menunjuk kaca mobil Jinyoung dengan antusias atas apa yang telah dilihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada festival rupanya." ucap Jihoon. Ikut melihat ke kaca mobil.

"Mama! Hyung! Kita kesana ya? Ayolah Jihoo ingin melihat festival." rengek Jihoo. Jika sudah begini, apalagi yang bisa Jihoon dan Jinyoung lakukan selain menurutinya?

"Baiklah kita kesana." Jinyoung menepikan mobilnya.






















Seperti biasa, Jihoo selalu antusias dengan apa yang dilihatnya.

"Jihoo jangan terlalu cepat, nanti mama tidak bisa menemukanmu." Jihoon menarik tangan Jihoo. Jujur, dia sangat merepotkan membawa putranya ditengah keramaian.

"Sini hyung gendong." Jinyoung menaikkan Jihoo di bahunya lalu menganggandeng tangan Jihoon erat.

"Kamu juga jangan jauh-jauh, entar susah nyari yang kaya kamu lagi." bisik Jinyoung membuat Jihoon sedikit memerah. "A-apa sih?!" dengus Jihoon. Namun, tidak melepaskan tautannya sedikitpun.

Duarrr.. duarrr...

Kembang api meluncur menimbulkan percikan di langit, memeriahkan suasana festival. Jinyoung tersenyum, ini adalah saatnya untuk menyatakan semuanya kepada Jihoon.

"Jihoon.." Jihoon menoleh, menatap Jinyoung dengan serius.

"Aku tahu, ini mungkin sulit bagimu. Tapi, bisakah kita kembali bersama lagi? Membangun keluarga bersama aku, kau, dan Jihoo. Aku telah mencarimu selama 7 tahun ini, maafkan semua kesalahanku. Aku sangat menyesal, aku mohon Jihoon.. maukah kau kembali padaku?" Jihoon menatap iris mata Jinyoung lebih dalam, benar adanya ketulusan disana.

Sayang sekali..

Itu tidak bisa mengubah pendiriannya.

Perlahan Jihoon menggeleng, melepaskan tautan tangannya.

"Maaf, aku gak bisa. Karena kesempatan kedua itu tidak ada, sekalipun ada, itu tidak akan merubah apa yang telah terjadi. Tidak ada yang bisa diubah, yang sudah terjadi akan tetap terjadi." jawab Jihoon sambil menunduk. Sungguh, dia tak tahan untuk tidak terisak. Hati kecilnya mengatakan untuk menerima tawaran itu, tetapi egonya lebih besar. Sedangkan Jinyoung tersenyum kecut, dia telah sadar sampai kapanpun perbuatannya tak akan termaafkan. Untung saja, Jihoo sedang asyik menatapi kembang api sehingga tidak terusik dengan konflik batin antara mereka berdua.

'Mengapa rasanya jadi sesulit ini?'

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Woojin memasuki penginapannya dengan wajah berseri, hari ini adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Dimana status lajang miliknya tergantikan oleh memiliki kekasih.

"Astaga Bae Jinyoung! Kau sudah sinting ya?!" Woojin terbelak, melihat keadaan Jinyoung. Ditemani oleh berbotol-botol soju, dan obat penenang.

"Apa sih yang ada dipikiranmu?! Sudah mau mengirim diri ke neraka?" kesal Woojin. Merebut botol yang akan diminum oleh Jinyoung, menyingkirkan semuanya ke tong sampah.

"Jinyoung, kau tidak kumat kan?" ucap Woojin was-was. Pasalnya, Jinyoung hanya diam saja dari tadi. Hingga akhirnya menangkup wajahnya sendiri.

"Aku kalut, dia menolak kembali." keluh Jinyoung. Menghela nafas, semuanya telah sia-sia.

"Cobalah sekali lagi, setelah itu kau bisa menyerah." saran Woojin. Sembari membereskan kekacauan yang telah di perbuat oleh bosnya.

















Pagi ini, Jinyoung mendatangi kediaman Jihoon. Dengan sebuah cincin permata berwarna blue saphire. Senyum tak pernah sirna menghiasi wajah Jinyoung, hingga seketika senyum itu perlahan memudar ketika melihat sesuatu....



























...disana, dia melihat Jihoon dan Daniel saling bertukar senyuman dengan posisi Daniel berlutut menyodorkan kotak cincin kearah Jihoon.







.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

-27/11/2018

Jikyung


Hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang