Autumn in Massachussets
#Back_to_the_PastHari berganti begitu cepat. Nuansa kuning kemerahan perlahan berubah menjadi pucat. Titik-titik lembut berwarna putih jatuh menyelimuti tanah, menghiasi pepohonan menggantikan hijau daun menjadikannya putih sempurna. Pun dengan langit yang seakan mendukung pucatnya sang bumi disertai angin dingin yang menusuk.
Nuansa putih pun tak berlangsung lama. Sedikit demi sedikit salju mulai mencair. Membuka tanah lapang untuk lahan tanaman yang bersemayam di bawahnya tumbuh. Mengubah warna putih pucat menjadi warna-warni yang indah. Dengan langit yang menampakan sinarnya kembali.
Perlahan namun pasti, putih itu menghilang dengan bantuan sang surya yang seolah baru terbangun dari tidur panjangnya. Memberi makan untuk seluruh tumbuhan di permukaan tanah dengan cahaya hangatnya. Memberi kekuatan pada pohon-pohon besar untuk kembali menumbuhkan dedaunan yang akan menjadi atap alami di sepanjang jalan.
Lama-kelamaan, sinar hangat sang surya semakin menjadi. Sepertinya, dia sedang bersemangat membagi sinarnya untuk makhluk bumi. Angin sepoi-sepoi yang datang menjadi hal yang luar biasa dinanti demi menyejukkan diri.
Saking semangatnya matahari membagi sinar, lambat laun hijau dedaunan pun menguning, kering hingga satu per satu gugur tertiup angin yang menyapa.
Namun, sepertinya banyaknya daun yang berguguran tidak sebanyak cinta yang meluap di antara sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Hari-hari yang mereka lewati bersama semakin menambah erat hubungan keduanya.
Tak habis rasa syukur Scarlette atas kejadian satu tahun silam yang membuatnya bertemu dengan pria idamannya. Pria yang nyaris sempurna di matanya. Tidak hanya tampan, tapi dia juga lelaki yang baik. Lelaki yang teramat dicintainya.
Hari ini, tidak ada rencana kegiatan apa pun yang akan dia lakukan. Kesibukkan selama ujian beberapa waktu yang lalu cukup menguras otak dan kali ini dia hanya ingin beristirahat. Menghabiskan waktu dengan menonton beberapa film.
Scarlette menyandarkan kepalanya di dada bidang Arnold yang merangkulnya sambil memainkan rambut halusnya. Sesekali, Scarlette menyuapkan tortilla pada Arnold tanpa mengubah posisi. Dia terlalu nyaman bersandar dalam dekapan lelaki itu.
Mereka sedang berada di flat milik Scarlette. Arnold tahu betapa lelahnya gadis itu setelah menghadapi segala macam ujian di kampus. Maka, Arnold menuruti saja kemauan Scarlette yang ingin berdiam diri menghabiskan waktu dengan beberapa kaset DVD, cemilan juga dirinya. Bukan suatu hal yang sulit untuk dituruti.
"Kau sudah berulang kali menonton film itu, apa tidak bosan?" tanya Arnold sambil menaruh dagunya di atas puncak kepala Scarlette, menghidu aroma mawar di tiap helai rambut gadis itu.
"Aku suka akting Leonardo DiCaprio di film ini. Dia juga tampan," jawab Scarlette dengan mulut sibuk mengunyah tortilla.
"Wanita mana yang tidak menyukai pria tampan? Apalagi dengan popularitas dan kekayaan. Itu sudah seperti magnet untuk menarik wanita."
Scarlette mengubah posisinya, menatap Arnold yang seolah menonton televisi. Padahal pikiran lelaki itu sedang melanglang buana entah kemana.
"Sepertinya aku mendengar nada kesal dari ucapanmu. Apa kau cemburu?" goda Scarlette.
"Tidak."
"Bohong! Kau pasti cemburu, iya, kan?"
Scarlette terus menggoda Arnold dengan menggelitiki pinggang. Membuat tawa Arnold meledak. Dia suka sekali menggoda Arnold, kadang dia rela bertingkah konyol hanya untuk membuat lelaki itu tertawa. Untuk sesaat, mereka saling balas menggelitiki. Tawa keduanya terurai memenuhi flat kecil itu. Sampai Arnold menahan kedua tangan ramping Scarlette dan menggenggamnya di kedua sisi tubuh gadis itu. Menatap mata biru terang yang bersinar jenaka dengan jarak yang cukup dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Penghujung Senja (Istri yang Terlupakan)
Romance[Update setiap hari] [Sedang masa revisi] "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau begitu mengenalku?" "Seperti yang dikatakan Nyonya Carol, saya hanya asisten perawat di sini," ucapku sambil lalu meninggalkan meja makan. Ya, aku hanya seorang asisten r...