holding hand, hug and kiss.

6.7K 363 5
                                    


Ndaru seperti terbang ke atas awan. Hanya dengan bergandengan tangan dengan orang yang kamu sukai bisa membuat hati sebahagia ini.

Ndaru melihat tangannya yang menghilang dibalik genggaman tangan Dima yang lebih besar. Sesekali dia yang lebih dulu menuruni tangga berhenti melihat kearah Ndaru yang berdiri beberapa anak tangga di atasnya. Mengingatkannya untuk berhati- hati menuruni anak tangga yang memang curam juga licin.

Mendapatkan perhatian dari Dima membuat hati Ndaru terasa hangat. Dengan berhati- hati dia menuruni satu- satu anak tangga dengan tangannya yang masih dalam genggaman Dima.

Kali ini Dima mengajak Ndaru kepantai yang cukup tersembunyi bernama GREEN BOWL di desa Ungasan.

Jujur saja meskipun sudah beberapa tahun tinggal di pulau indah ini Ndaru gak pernah datang ke lain pantai selain pantai Kuta. Karena memang sejak awal alasannya untuk datang ke Bali bukan untuk menikmati indahnya pemandangan alam pulau Bali tapi untuk alasan yang gak masuk logika orang normal.

Dan kenyataan kalau Ndaru memang bukan orang normal, tidak begitu mengejutkan.

Kembali kecerita...

Letak pantai ini cukup tersembunyi karena memang sekelilingnya tertutup banyak pohon seperti hutan. Dan juga harus menuruni anak tangga yang curam dan licin ini sebagai jalan masuk ke pantai.

Dima bilang, yang memang beberapa kali datang kesini, waktu yang baik untuk mengunjungi pantai ini saat sore hari karena ombak yang gak begitu tinggi.

Ndaru beberapa kali hampir jatuh terpeleset. Mau bagaimana lagi, lagi- lagi dia salah kostum. Menuruni tangga licin hanya memakai sandal jepit. Untung ada Dima yang selalu sigab menolong setiap kali Ndaru mau jatuh.

Tapi jantung Dima sendiri rasanya mau melompat setiap kali melihat Ndaru hampir terjun bebas ke dasar tangga.

Sudah gak bisa lagi menahan jantungnya yang berkali- kali disiksa melihat Ndaru setiap kali mau terjungkal Dima meminta Ndaru naik punggungnya.

" APA?!?". teriak Ndaru mendengar Dima yang ingin menggendongnya di punggung.

" ayo." ucap Dima yang memperlihatkan punggung tegapnya pada Ndaru dengan kedua telapak tangan di samping kiri dan kanan menghadap ke Ndaru. Bersiap memegang tubuh Ndaru kalau dia menaiki punggungnya.

Ndaru yang merasa sungkan juga malu tergagab menolak tawaran Dima dengan wajah merah padam.

" ng...gak usah... gak usah... aku bisa jalan sendiri kok..."

Dima melihat Ndaru dari pundaknya. "...dan aku beberapa kali hampir jantungan harus melihatmu terjungkal."

Seketika membuat Ndaru terdiam. Melihat punggung Dima yang tegab juga lebar. Membuatnya terlihat gagah.

Apa dia mau menerima tawaran menggiurkan itu?.

Tentu saja Ndaru mau.

Akhirnya dia bisa merasakan punggung gagah itu. ///

" kalau kamu maksa..." ucap Ndaru sambil menelan ludah. Dadanya berdegub sangat kencang terdengar di telinganya.

" ayo, ayo." Dima melambaikan kedua telapak tangannya pada Ndaru.

" permisi aku naik sekarang."

Dima tertawa dengan ucapan Ndaru.

Ndaru yang berdiri dua anak tangga di belakang Dima dengan mudah menaiki punggung Dima.
Mengalungkan kedua lengannya di leher Dima. Kedua kakinya disamping kari dan kanan pinggang Dima dengan tangan Dima yang memegangi pahanya.

Dima pelahan menuruni tangga dengan menggendong Ndaru di punggungnya.

Jantungnya berdegub kencang.

Awalnya Dima ingin menggendong Ndaru karena dia gak tega melihat Ndaru yang kesulitan menuruni tangga, terus- terusan terpeleset.

Dia benar- benar lupa dengan hal selanjutnya.

Tubuh mereka yang saling menempel hanya dibatasi kain kaos yang mereka pakai.

Suhu panas yang dikeluarkan tubuh Ndaru seperti menyelusup ke setiap sel dan tulang- tulang Dima. Hembusan nafasnya yang menggelitik telinganya setiap kali di mengucapakan sesuatu.

Dima dengan sekuat tenaga menahan nafsunya. Berusaha merespon setiap ucapan Ndaru sambil menenangkan gemuruh didadanya. Agar tidak membangunkan sesuatu yang tak boleh dibangunkan.

Akhirnya Dima bernafas lega saat dia menginjak anak tangga terakhir. Berpikir Ndaru akan segera turun dari punggungnya.

Tentu saja Ndaru segera turun. Dia pikir Dima pasti kelelahan harus menggendongnya.

Dan untuk Dima seketika tubuhnya terasa dingin ketika kehangatan tubuh Ndaru menghilang darinya.

Dima melihat Ndaru yang sudah lari ke pantai. Melihat sekelilingnya yang gak begitu banyak orang sore itu. Hanya beberapa wisatawan asing yang sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Dima berjalan mendekati Ndaru yang berdiri menghadap laut. Tanpa ada yang mengucap kata saling menikmati suasana pantai yang tenang sore itu.

Seperti memiliki pantai pribadi.

Mereka berdua berjalan berdampingan menyusuri garis pantai. Saling menceritakan semua hal yang ingin diceritakan. Hal menyenangkan. Mengharukan. Hal lucu, tak ada satu rahasia yang tak terucap. Tanpa sadar tengan mereka saling bergandengan.

Hari yang semakin sore mereka berdua duduk di depan salah satu gua yang banyak terdapat di GREEN BOWL untuk rehat sesaat sebelum pulang.

Dima duduk dengan memeluk Ndaru yang duduk diantara kakinya. Tak ada lagi rasa canggung diantara mereka terutama Ndaru yang untuk pertama kalinya merasakan dipeluk oleh pria lain.

Rasa nyaman dan hangatnya di pelukan Dima membuatnya melupakan rasa canggung dan malunya. Melemparkan semua rasa galau di hatinya ketengah laut hanya meninggalkan rasa bahagia yang tak terucap kata.

Menerima semua perhatian yang diberikan Dima padanya. Merasakan setiap kecupan lembut yang sesekali dilayangkan Dima di kulit lehernya.

Ndaru merasa bahagia.

Sangat bahagia.

Membuatnya tertawa saking bahagianya.

" apa yang kamu tertawakan?" tanya Dima yang melihat Ndaru cekikikan.

" akhirnya aku memiliki pacar." jawab Ndaru masih dengan tawanya.

" hmm...dan siapa pacarmu itu?" Dima bertanya sambil mengusapkan ujung hidungnya diantara pundak dan leher Ndaru.

Ndaru melihat Dima menunjukkan wajah bingung dengan alis mengkerut." ...kau..." ucap Ndaru dengan nada tidak yakin juga takut terdengar diucapannya.

Dima sambil tersenyum memberikan kecupan diantara alis Ndaru " menjadi kehormatanku untuk menjadi kekasihmu."

Mendengar ucapan membuat wajah Ndaru seketika berbinar. Menerangi kegelapan yang mulai datang.

Saat pulang Dima kembali menggendong Ndaru di punggungnya. Berjalan perlahan menaiki anak- anak tangga. Tanpa mempedulikan kegelapan disekelilingnya. Hanya ada suara riang Ndaru yang terdengar ditelinganya.

___///___

Menulis ini rasanya malu sendiri.

Ngimpi Macarin bule (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang