Ndaru tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.Dadanya terasa sesak. Tenggorokan tercekat. Dia mengbil nafas panjang berusaha menghentikan air mata yang akan keluar.
Ndaru tak berani melihat Dima yang duduk didepannya dengan tatapan khawatir memandang wajahnya. Meremas lembut tangan yang digenggamnya.
Tujuh hari lagi batas izin tinggal Dima di Bali akan berakhir.
Hanya satu minggu sebelum dia kembali ke negaranya.
Lalu bagaima dengan Ndaru?. Dengan hubungan mereka, apa akan berakhir begitu saja?.
Ndaru takut.
Tentu saja dia takut!
Ndaru harap semua ini hanya lelucon yang di buat Dima.
Lelucon yang sama sekali gak lucu!.
Hanya 9 hari Ndaru untuk pertama kalinya merasakan kebahagiaan dan hangatnya dekapan seorang kekasih. Hari yang hanya ada dalam mimpinya. Mimpi yang pada akhirnya jadi nyata. Namun setiap awalpun ada akhirnya.
Lelucon ini benar- benar gak lucu!!.
" Ndaru..." Dima memangil pelan. Mengangkat kedua tanggannya di kedua pipi Ndaru. Membawa wajah Ndaru untuk melihat padanya.
Melihat mata berwarna coklat gelap itu hanya membuat Ndaru semakin ingin menangis. Untuk kesekian kalinya dia menarik nafas panjang yang hanya membuat hidungnya yang panas karena menahan tangis semakin sakit di setiap tarikan nafasnya.
Ndaru ingin mengatakan ' oke', semua akan baik- baik saja meskipun tanpa Dima. Kalaupun dia bilang ' jangan', itu juga gak akan membuat Dima tinggal. Tapi rasa takut kehilangan Dima. Tidak bisa lagi merasakan hangat pelukannya. Ndaru yang tak berani membayangkan hidup tanpa Dima membuatnya tak mampu mengucapkan satu kata dari bibirnya.
F***ING keimigrasian!!.
Melihat wajah sedih Ndaru, Dima merasakan cengkraman di dadanya. Seperti ada cakar tak kasat mata yang ingin mencabik hatinya.
Dia gak pernah menyangka bisa sesakit ini berpisah dengan pria ini.
Dia juga tak mengira pria ini bisa menjadi sosok yang mampu mengisi kekosongan di hidupnya.
Dima tak pernah main- main dalam menjalin hubungan tapi dia juga tak ingin terlalu serius memberikan semua perasaannya pada seseorang.
Rasa sakit di masa lalu membuatnya gak berani membawa perasaannya terlalu dalam . Dia gak ingin perhatian dan kasihnya terbuang sia- sia.
Jujur saja pertama kali Dima bertemu dengan orang ini, dia sama sekali tak merasakan apa- apa. Hanya menginginkan hubungan sesaat. Dan saat dia harus pergi hubungan ini pun juga berakhir tanpa harus meninggalkan rasa sakit yang berarti.
Dan egoisnya dia berfikir seperti itu.
Dima ingat saat pertama kali bertemu Ndaru melihatnya seolah melihat sosok orang yang dia puja.
Kedua kali bertemu tatapan itu tak menghilang tergambar di kedua matanya.
Ketiga kali bertemu Ndaru masih melihatnya dengan tatapan yang sama.
Sampai saat ini pun dimata Ndaru hanya ada Dima. Semua tentang Dima.
Seperti yang dia katakan dulu pada Ndaru.
' Cinta akan datang dengan berjalannya waktu.'
Saat dia masih mempertanyakan perasaannya tanpa dia sadari Ndaru sudah menjadi hasrat dan obsesinya.
Kalau saja dia lebih cepat bertemu dengan pria ini...
Mereka hanya diam, mata saling pandang. Dima mengusap lembut pipi Ndaru. " sorry...".
Ndaru pun menangis.
Dima membawa Ndaru dalam pelukannya. Menenangkannya. Mengucapkan kata- kata manis di telinganya.
Ndaru mempererat genggamannya pada Dima. Seakan orang ini bisa menghilang kapan saja dari pandangannya.
_____
Ndaru menyembunyikan wajahnya di pundak Dima. Dia merasa malu setelah menangis di depannya. Juga entah bagaimana dia bisa duduk dipangkuan Dima dengan kedua kakinya disamping kanan dan kiri tubuhnya.
" kau tenang sekarang?" tanya Dima sambil mengusap kepala belakang Ndaru.
Ndaru hanya mengeluarkan suara ' hmm'.
" kita masih bisa melanjutkan hubungan ini meskipun saling berjauhan."
Ndaru mengangkat kepalanya dari pundak Dima. Dengan mata merah dia memandang Dima. Menggelengkan kepalanya, dengan suara serau dia berkata." aku gak ingin menjadi penghalang kesempatanmu untuk bertemu dengan orang lain."
Dima tersenyum. Dengan penuh kesabaran dengan ibu jarinya mengusap air mata yang kembali mengalir membasahi pipi Ndaru.
" kamu ingin aku bertemu dengan orang lain?". tanyanya.
Ndaru cepat menggelengkan kepalanya. Menangis lagi.
Berpisah saja tidak rela. Apa lagi membayangkan Dima dengan orang lain selain dirinya. Rasanya mau mati.
Dima memberikan kecupan di kedua mata Ndaru.
" kalau begitu aku tidak perlu orang lain. Aku hanya membutuhkanmu." ucapnya sambil mengecup bibir Ndaru.
Jantung Ndaru seketika berhenti dengan datangnya kecupan itu. Ini pertama kalinya dia berciuman!. Dan pertama kalinya Dima menciumnya!. Di bibir!!.
Tapi Dima sama sekali gak menyadari keterkejutan Ndaru. Dia terlalu sibuk dengan bibir lembut didepannya.
Setelah selama ini akhirnya dia bisa merasakan bibir ini.
Satu kecupan.
Dua kecupan.
Tiga kecupan.
Dia masih merasa tidak puas. Dia ingin merasakan seutuhnya orang ini.
Ndaru kaku tak bergerak. Lagian juga dia tidak tau harus apa.
Dia pemula kalian ingat.Jadi dia hanya diam. Pasrah menunggu apa yang akan dilakukan Dima padanya. Satu tangan Dima memegang kepala belakang Ndaru. Melarikan tangan lainnya dibalik baju Ndaru. Merasakan panasnya telapak tangan itu dikulit punggungnya. Keatas, kebawah, keatas lagi, kembali kebawah. Begitu berulang kali.
Dadanya berdegub dengan kencang. Merasakan lidah Dima terusap di bibirnya. Beberapa kali menghisap bibir Ndaru.
Dima yang kalah oleh hasratnya melupakan logikanya.
Merasakan Dima menggigit bibirnya, reflek membuat Ndaru membuka mulutnya. Dima tak membuang kesempatan itu untuk memasukkan lidahnya kedalam mulut Ndaru.
" eng...ng..."
______////
GWAHAHAHA....
Anyway.
Look pic above.
So SWEEEEEEEEEET...
IF YOU AGREE, VOTE!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngimpi Macarin bule (End)
RomanceNdaru cowok 21 tahun yang sadar kalau dirinya gay nekat merantau ke Bali untuk mewujudkan mimpinya; Mantengin cowok-cowok bule ganteng sepuas-puasnya!. Itulah keeinginan terbesar Ndaru. Simple as that. Dengan hobi yang sedikit mengerikan itu tanp...