MAKASIH SEMUA YANG DAH nge VOTE!!...
JUGA COMMENT- nya BIKIN SEMANGAT UNTUK MENULIS CERITA INI.____
Ndaru berdiri didepan kaca di atas wastafel di kamar mandi. Melihat pantulannya di cermin. Hanya memakai boxer dan kaos Dima yang kebesaran di tubuhnya. Sama sekali tidak menutupi warna merah seperti lebam yang menutupi sebagian besar leher dan dadanya juga beberapa di pahanya.
Kalian gak perlu bertanya bekas apa itu.
Pinggang Ndaru sakit juga bagian belakangnya. Ndaru sendiri harus bersusah payah berjalan ke kamar mandi dengan kakinya yang masih terasa lemas.
Semalam akhirnya Ndaru melakukannya.
Apa dia menyesalinya?
Tentu saja tidak.
Lagi pula dia melakukannya dengan Dima.
Pada awalnya memang terasa sakit. Sepelan apapun Dima melakukannya tetap terasa sakit. Atau memang (?) Dima yang terlalu besar.
Tapi semakin lama Ndaru ketagihan juga.
Ndaru bukan wanita ataupun pria lugu yang malu mengakui kenikmatan dalam bercinta.
"......"
Dima.
Dia kekasih pertamanya. Kencan pertamanya. Berpelukan. Ciuman. Seks. Semuanya.
Apa dia bisa berpisah dari Dima.
Jawabannya sudah jelas. Tapi dia gak mampu menghentikannya.
Ndaru membasuh wajahnya dengan air kran. Berusaha melupakan kenyataan menyakitkan yang menunggunya.
Tiba- tiba saja pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Dima dengan wajah panik.
" ada apa?" tanya Ndaru yang terkejut dengan Dima yang terlihat panik.
Melihat Ndaru akhirnya Dima menghembuskan nafas lega. Masuk kekamar mandi berjalan mendekati Ndaru kemudian memeluknya dari belakang.
" saat aku bangun kamu tidak ada..." katanya sambil mengusap wajah Ndaru yang masih basah dengan handuk kecil.
" ...aku mau pipis..."
Dima tertawa kecil. Menyandarkan kepalanya diatas kepala Ndaru. " ...aku sudah berlebihan..."
" hmm...apa...?"
Dima melihat pantulan mereka di cermin. Membawa jemari tangannya mengikuti bekas merah kebiruan terlihat menyakitkan menutup hampir seluruh leher Ndaru.
Ndaru hanya diam tak tau harus bilang apa.
" padahal baru pertama kali kau melakukannya..."
" ......"
Mengangkat kepalanya untuk bisa langsung menatap Dima ( yang memang jauh lebih tinggi darinya). Dengan senyum sinis... " bahkan kau tau perbedaan pertama kali dan sekian kali. Memang berapa kali kamu sudah melakukannya?"
" haha."
______
Ndaru anteng duduk didepan tv. Meskipun dia terlihat menonton busa kuning yang bisa bicara, kenyataannya dia sedang melamun.
Kemarin karena perasaan dan hatinya yang diselubungi kesedihan benar- benar melupakan hal ini.
Dia ada di rumah Dima sekarang. Lebih tepatnya rumah yang di sewa Dima selama dia tinggal di Bali.
Homestay kecil namun nyaman juga tenang. Di belakang rumah ada taman kecil yang indah juga rindang. Juga ada kursi ayun disana yang terpasang diteras.
Ndaru juga ingat kalau semalam dia tidur diatas tempat tidur Dima. Berguling- guling diatasnya. Sekarang menonton tv nya. Memakai kaosnya juga.
Astaga.
Dia ingat rasa senangnya saat Dima membawanya ketempat dia tinggal.
Sampai akhirnya dia mendengar berita itu. Dia melupakan semuanya.
Ndaru menghirup nafas panjang kemudian dia keluarkan.
Tinggal enam hari lagi...
" kenapa wajahmu muram begitu?".
Dima meletakkan sarapan diatas meja didepan sofa tempat Ndaru duduk.
Ndaru diam menggigit bibirnya.
Dima duduk disamping Ndaru. Memeluknya dari samping. Ndaru meletakkan kepalanya di pundak Dima. Setiap kali dia bernafas wangi Dima mengikuti menggelitik indra penciuman Ndaru.
Menyegarkan juga menenangkan.
" kita masih bisa berkirim pesan atau videocall." ucap Dima berusaha meyakinkan hati Ndaru.
." ...kamu mengatakan seakan semua itu mudah..."
Dima meremas pundak Ndaru juga mencium keningqnya. " memang semudah itu."
" hmm..." Ndaru naik diatas pangkuan Dima. Mengalungkan tangannya dilehernya, meletakkan wajahnya diantara pundak dan leher Dima.
Dima memeluk pinggang Ndaru. " kau percaya padaku?".
Setelah lama terdiam. Masih dengan wajah dipundak Dima, Ndaru menjawab." ...aku tidak ingin berpisah denganmu...aku rasa gak ada pilihan lain selain percayaimu."
Dima tertawa. Melarikan ujung hidunngnya dileher Ndaru. Menikmati aroma yang keluar dari tubuhnya. " aku janji tidak akan membuatmu kecewa."
Ucapan Dima membuat Ndaru tersenyum juga sedikit menenangkan hatinya.
Mereka terdiam dengan Ndaru masih duduk di pangkuan Dima, saling berpelukan. Menikmati setiap waktu yang tersisa. Menikmati setiap kebersamaan mereka.
" ...aku lapar..." bisik Dima.
" kamu benar- benar merusak suasana."
_____
BIG THANKYOU buat faridmunsy untuk semua vote dan komen- nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngimpi Macarin bule (End)
RomanceNdaru cowok 21 tahun yang sadar kalau dirinya gay nekat merantau ke Bali untuk mewujudkan mimpinya; Mantengin cowok-cowok bule ganteng sepuas-puasnya!. Itulah keeinginan terbesar Ndaru. Simple as that. Dengan hobi yang sedikit mengerikan itu tanp...